iklan

Penelitian Di Puskesmas Banda Sakti

PENELITIAN DI PUSKESMAS BANDA SAKTI



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2003), angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi sebesar 35/1000 kelahiran hidup dan kematian awal neonatus 224/1000 kelahiran. Penyebab utama kematian lantaran penyakit abses jalan masuk nafas 27,6% dan diare 9,4%. Dinegara berkembang 1000 milyar lahir setiap tahun dan 5 milyar dari bayi terkena diare, 1 milyar mati lantaran diare yang di sebabkan oleh derma susu formula (Husnah et al., 2008)
Bayi yang diberi susu formula mengalami kesakitan diare 10 kali lebih banyak yang menimbulkan angka kematian bayi juga 10 kali lebih banyak, abses usus lantaran basil dan jamur 4 kali lipat lebih banyak, sariawan lisan lantaran jamur 6 kali lebih banyak. Penelitian di Jakarta menunjukkan persentase kegemukan atau obesitas terjadi pada bayi yang mengkonsumsi susu formula sebesar 3,4% dan kerugian lain menurunnya tingkat kekebalan terhadap asma dan alergi (Dwinda, 2006).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Cohen dan kawan-kawan di Amerika pada tahun 1995 diperoleh bahwa 25% ibu-ibu yang menunjukkan ASI secara langsung pada bayi dan 75% ibu-ibu yang menunjukkan susu formula pada bayi. Bayi yang mendapat ASI secara langsung lebih jarang terjangkit penyakit dibandingkan dengan bayi yang memperoleh susu formula, lantaran susu formula memerlukan alat-alat yang higienis dan perhitungan dosis susu yang tepat sesuai dengan umur bayi. Hal ini membutuhkan pengetahuan ibu yang cukup perihal dampak derma susu formula (Roesli, 2000).
Susu formula mempunyai resiko yang besar terjadi gangguan dan alergi. Ditambah lagi dengan penggunaan perlengkapan untuk menyajikan susu kepada anak misal dot harus benar-benar steril, jikalau tidak maka ancaman lanjutan berupa kuman-kuman dari wadah yang tidak higienis dan steril bisa menyerang anak (Eko, 2011)
Rekomendasi dari WHO (World Health Organization) dan UNICEF di Geneva pada tahun 1979 menyusui merupakan pecahan terpadu dari proses reproduksi yang menunjukkan masakan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Memberikan susu formula sebagai pelengkap dengan dalih apapun pada bayi gres lahir harus dihindarkan. (Wiknjosastro, 2002).
Angka tragedi dan kematian akhir diare pada belum dewasa di negara-negara berkembang masih tinggi, lebih-lebih pada anak yang sedang mendapat susu formula dibandingkan dengan anak yang mendapat ASI. Meningkatnya penggunaan susu formula sanggup menimbulkan barbagai masalah, contohnya kekurangan kalori protein tipe marasmus, moniliasis pada mulut, dan diare lantaran abses (Soetjiningsih, 1997).
Menurut IPB (institut pertanian Bogor), tanda-tanda keracunan yang di timbulkan  oleh susu formula pada bayi tidak disebabkan oleh komponen biokimia atau materi yang terkandung di dalamnya namun dikarenakan oleh basil E.sakazakii yang terdapat dalam susu formula, dari hasil penelitian terhadap 74 sampel susu formula 13,5% diantaranya mengandung basil berbahaya tersebut maka menetapkan bahwa susu bubuk formula bayi bukanlah produk komersial yang steril (Novayanti, 2008).
Dari hasil penjajakan awal yang di lakukan di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe selama 1 minggu, jumlah ibu hamil trimester III dari bulan Januari hingga April 2012 sebanyak 142 orang dan bayi yang terkena diare sebanyak 27 orang, ternyata dari sekian ibu-ibu hamil ada beberapa diantara yang pernah menunjukkan susu formula maka dari uraian di atas penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Bahaya Pemberian  Susu Formula”.

B.  Perumusan Masalah
 Bayi yang mendapat ASI secara langsung lebih jarang terjangkit penyakit dibandingkan dengan bayi yang memperoleh susu formula, lantaran susu formula memerlukan alat-alat yang higienis dan perhitungan dosis susu yang tepat sesuai dengan umur bayi. Hal ini membutuhkan pengetahuan ibu yang cukup perihal dampak derma susu formula. Maka yang menjadi rumusan dilema dalam penelitian ini adalah” Bagaimana citra pengetahuan ibu hamil perihal ancaman derma susu formula di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe  tahun 2012”.
C.  Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil perihal ancaman derma susu formula di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe  tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a.    Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai salah satu persyaratan bagi mahasiswa untuk mendapat gelar Ahli Madiya Kebidanan dan sebagai acuan bagi perpustakaan di Akademi Kesehatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Utara.
b. Bagi Ibu
     Dapat menambah pengetahuan gres bagi ibu hamil perihal bahaya derma susu formula.
c.Bagi Masyarakat
Penelitian ini akan menjadi informasi dan masukan dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang ancaman derma susu formula.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam menerapkan ilmu yang sudah di sanggup dari pendidikan.

b. Bagi Peneliti Lain
Sebagai materi masukan dan pembanding untuk penelitian yang sejenis demi kesempurnaan penelitian tersebut.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Pengetahuan
1.  Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi sesudah orang melaksanakan pengindaran terhadap suatu objek tertentu. Pengindaran terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan insan diperoleh melalui mata dan pendengaran (Notoatmodjo, 2007).
2.    Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan meliputi tindakan sebagai berikut :
a.    Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan.Tingkat ini yaitu mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh materi yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b.    Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar perihal objek yang diketahui, dan sanggup menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c.    Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk memakai materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e.    Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f.     Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau evaluasi terhadap suatu materi atau objek.
3.    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2003) pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yaitu :
a.    Pendidikan
Pendidikan yaitu sebuah proses pengubahan perilaku dan tata laris seseorang atau kelompok dan juga perjuangan mendewasakan insan melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka terang sanggup kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
b.    Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Makara teladan dari media massa ini yaitu televisi, radio, koran, dan majalah.
c.    Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang di lakukan orang-orang tanpa melalui budi budi apakah yang di lakukan baik atau buruk, status sosial ekonomi ini akan menghipnotis pengetahuan seseorang.
d.   Lingkungan
Lingkungan yaitu segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial, lingkungan besar lengan berkuasa terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tarsebut.
e.    Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan yaitu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang di peroleh dalam memecahkan masalah.
f.     Usia
Usia menghipnotis terhadap gaya tangkap dan pola piker seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang di perolehnya semakin membaik.
Menurut Nursalam (2003), usia yaitu umur individu yang terhitung mulai ketika dilahirkan hingga berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Umur atau usia yaitu satuan waktu yang mengukur keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati.

A.  Konsep Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap perempuan yang mempunyai organ reproduksi sehat yang telah mengalami menstruasi dan melaksanakan kekerabatan secual dengan seorang laki-laki yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamilan (Mandriwati, 2008).
Kehamilan insan terjadi selama 40 ahad antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 ahad dari pembuahan). Istilah medis untuk perempuan hamil yaitu gravida, sedangkan insan di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran) (Astria, 2009).
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun kadang tidak sesuai dengan yang diperlukan (Kusmiyati et al , 2008).
Kehamilan yaitu masa di mulai dari kontrasepsi hingga janin lahir, usang hamil normal yaitu 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang di hitung dari hari pertama haid terakhir ( Wiknjosastro, 2003).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi hingga lahirnya janin yaitu kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, triwulan I di mulai dari konsepsi hingga 12 minggu, triwulan II dari 12 hingga 28 ahad dan triwulan III dari 28 hingga 40 ahad (Lerant, 2010).
Dalam triwulan pertama alat-alat mulai dibentuk. Dalam triwulan kedua alat-alat telah dibentuk, tetapi belum tepat dan viabilitas janin masih disangsikan. Janin yang di lahirkan dalam trimester terakhir  telah viable (dapat hidup). Bila hasil konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri pada kehamilan di bawah 20 ahad disebut abortus (keguguran). Bila hal ini terjadi dibawah 36 ahad disebut partus prematurus. Kelahiran dari 38 ahad hingga 40 ahad disebut partus aterm. Bila kehamilan lebih dari 43 ahad disebut postmatur (Winkjosastro, 2005).

B.  Konsep Bahaya Pemberian Susu Formula
Meningkatnya resiko abses yang berasal dari susu formula yang tercemar dari masalah merebaknya wabah Enterobacter Sakazzaki, dilaporkan kematian seorang bayi berusia 20 hari yang mengalami demam, menurunya aliran darah dan kejang pada usia 11 hari. E. Sakazzaki adalah kuman yang terlacak pada bubuk susu formula (Roesli,2008).
Sukrosa merupakan sejenis karbohidrat dalam susu yang sanggup mamberikan rasa manis dan sumber energi cepat untuk badan (dapat meningkatkan gula darah dalam waktu singkat). Konsumsi sukrosa dalam jumlah berlebihan dan dalam jangka panjang sanggup menyebabkan karies pada gigi. Jika masakan yang dimakan mengandung gula, pH lisan akan turun dalam waktu 2,5 menit dan tetap rendah selama 1 jam. Bila sukrosa dikonsumsi 3 kali sehari, artinya pH lisan selama 3 jam akan berada dibawah 5,5.Dan ini tidak terjadi di permukaan, melainkan subsurface/lapisan di bawah permukaan gigi. ( Asrori, 2011).
Susu formula mempunyai resiko yang besar terjadi gangguan dan alergi. Ditambah lagi dengan penggunaan perlengkapan untuk menyajikan susu kepada anak misal dot harus benar-benar steril, jikalau tidak maka ancaman lanjutan berupa kuman-kuman dari wadah yang tidak higienis dan steril bisa menyerang anak (Eko, 2011).
Di dalam air susu ibu terdapat laktosa yang di ubah menjadi asam laktat, maka akan menghambat pertumbuhan basil berbahaya dan menjadikan daerah yang subur bagi basil usus yang baik yaitu Lactobacilus bifidus. Faktor bifidus ini akan rusak dalam 2 hari setiap kali bayi diberi susu formula, hal ini disebabkan oleh adanya protein asal mamalia yang akan menimbulkan alergi dan bayi akan mengalami diare.Terganggunya faktor bifidus juga akan menimbulkan vitamin yang seharusnya dibuat di usus tidak sanggup dibuat sehingga sangat merugikan perkembangan bayi yang sedang mengalami tumbuh-kembang pesat (Purwanti 2004).
Bayi yang diberi susu formula lebih beresiko mempunyai gigi yang berlubang, hal ini disebabkan lantaran derma susu formula dengan botol dan dot, terutama pada malam hari menjelang tidur menimbulkan gigi lebih usang kontak dengan sisa-sisa susu formula. Sisa-sisa susu akan terurai menjadi senyawa-senyawa asam yang sanggup merusak gigi bayi (Arif 2009).
Dibandingkan dengan ASI, susu formula mempunyai banyak kelemahan terutama dalam hal kandungan gizinya. Selain itu, penggunaan susu formula harus dikontrol dari kemungkinan masuknya organisme-organisme patogen, yang akan menimbulkan terjadinya perubahan kualitas dari zat-zat gizi yang terkandung di dalam susu formula. Apabila bayi meminumnya maka sanggup menimbulkan diare (Krisnatuti et al., 2000).
Terdapat banyak sekali kerugian atau ancaman yang sanggup ditimbulkan dari penggunaan susu formula seperti: rentan terhadap terkenanya penyakit, gangguan ginjal, gangguan pencernaan, alergi, tersedak, congekan, muntah dan perut kembung, kebutuhan tidak terkontrol, serta kehilangan rasa kondusif dan terlindungi (blogspot, 2008).
Beberapa kerugian susu formula berdasarkan Purwanti, (2008) adalah:
1. Segi Kandungan
a)       Rentan terhadap penyakit
Air susu ibu (ASI) banyak mengandung zat antibody (zat yang meningkatkan kekebalan tubuh), sehingga bayi yang mendapat air susu ibu secara tidak langsung sudah mendapat kekebalan terhadap kuman penyebab penyakit.

b)      Beban pada ginjal
Kandungan protein pada susu formula jauh lebih tinggi dari air susu ibu, sehingga jumlah zat yang larut pada susu formula lebih tinggi yang menimbulkan beban pada ginjal.
c)       Gangguan pencernaan
Pada air susu ibu, kandungan lemaknya gampang diserap dibanding dengan lemak yang terdapat pada susu formula. Pada bayi premature (kurang bulan) yang diberi susu formula sering timbul gangguan pencernaan dimana buang air besarnya bercampur dengan lemak.
d)   Pencemaran oleh kuman
Air susu ibu pada umumnya bebas kuman, kecuali bila ibu menderita suatu penyakit infeksi. Pada susu formula kemungkinan terjadinya pencemaran oleh kuman besar.
e)       Alergi
Belum pernah terjadi adanya bayi yang alergi terhadapat air susu ibu. Namun kemungkinan timbulnya alergi terhadap susu formula ada, lantaran terbuat dari susu sapi dan dalam proses pengolahan susu formula telah ditambahkan beberapa materi lain.
f)    Muntah dan perut kembung
Sering terjadi posisi botol dot tidak pas sehingga udara sanggup terhisap, yang bisa menimbulkan muntah dan perut kembung.

2.    Kerugian pada ibu
Menyusui langsung anak dengan air susu ibu menimbulkan rahim cepat mengkerut, ini berkhasiat untuk mengentikan perdarahan sesudah melahirkan. Pada penggunaan susu formula tentunya hal ini tidak terjadi. Ibu-ibu yang menyusui anaknya juga terbukti menjarangkan kehamilan walau tidak 100%, pada penggunaan susu formula tidak menjarangkan kehamilan sama sekali. Penggunaan susu formula sanggup menurunkan rasa keibuan dan eratnya kekerabatan ikatan batin antara ibu dan anak.
3.          Beberapa perbandingan kekurangan susu formula dengan ASI , diantaranya adalah:
a)    menimbulkan alergi
b)   Bisa menimbulkan diare pada bayi.
c)    Nutriennya Mudah tidak sesempurna ASI.
d)   Lebih gampang menimbulkan gigi berlubang.
e)    Kurang mempunyai imbas psikologis yang menguntungkan.
f)    Tidak merangsang involusi rahim.
g)   Tidak menjarangkan kehamilan.
h)   Tidak mengurangi tragedi kanker payudara.
i)     Tidak mudah dan ekonomis.
j)     Kerugian bagi  negara menambah beban anggaran yang harus     dikeluarkan   untuk membeli susu formula, biaya perawatan ibu, dan anak (Jaka, 2010)
4.  Susu formula tidak di anjurkan kepada bayi karena:
a)             Susu formula gampang terkontaminasi.
b)             Pemberian susu formula yang terlalu encer akan menciptakan bayi kurang gizi.
c)             Pemberian susu formula yang terlalu kental akan menciptakan bayi kegemukan (Proverawati, 2010).
















D.Kerangka Teori
Domain Kognitif :
Tahu
Memahami
Aplikasi
Analisis
 sintesis
Evaluasi

 
            Dari teori yang telah diuraikan diatas, maka sanggup dijabarkan kerangka teori menurutMachfoedz (2010) sebagai berikut :


 







Gambar 2.1 Kerangka teori
Modifikasi  : (Machfoedz, 2010), (Nursalam, 2003), (Notoatmodjo, 2007), (Notoatmodjo, 2003).                                                            
Keterangan :                     : Diperoleh dari (tidak diteliti)      
                  : Ada hubungan/ada dampak (tidak diteliti)
                  : Tingkat domain yang dipakai dalam penelitian
                  : Kategori yang digunakan
                  : Dimensi tingkat pengetahuan susu formula yang diteliti
    : Yang    : yang diteliti


BAB III
KERANGKA KONSEP

A.  Variabel Penelitian
Kerangka Konsep dalam penelitian ini berdasarkan dari kerangka teori sehingga sanggup digambarkan kerangka konsep sebagai berikut :






Kategori
Baik
Cukup
kurang

 


 
                                                          


 
Dimensi


 


             



Gambar  3.1  Kerangka Konsep


B.       Definisi Operasional

No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
1
Pengetahuan ibu menyusui tentang ancaman pemberian susu formula
Hasil tahu ibu menyusui perihal  hal-hal  yang merugikan dalam pemberian susu buatan pengganti Air Susu ibu (ASI).
Penyebaran Kuesioner
Kuesioner
Ordinal
Baik
Cukup
Kurang


C.    Metode Pengukuran Variabel
Untuk mengukur pengetahuan Ibu menyusui tentang ancaman derma susu formula peneliti menyusun pertanyaan berupa kuisioner yang berisi 20 pertanyaan.
1.      Penilaian
Menurut Erfandi (2009), untuk setiap pertanyaan kriteria evaluasi yaitu sebagai berikut :
a.       Jika menjawab Ya = 1
b.      Jika menjawab Tidak = 0




2.      Pengkatagorian
                        Kriteria evaluasi dibuat menurut Nursalam (2003) sebagai berikut :
a.             Baik       : Bila responden sanggup menjawab dengan benar : 76 %-100 % dari seluruh pertanyaan yang diberikan kepada kuisioner.
b.             Cukup    : Bila responden sanggup menjawab dengan benar : 56 %-75 % dari seluruh pertanyaan yang diberikan kepada kuisioner.
c.             Kurang  : Bila responden sanggup menjawab dengan benar : <56 % dari seluruh pertanyaan yang diberikan kepada kuisioner.



BAB IV
METODE PENELITIAN


A.  Jenis penelitian
Penelitian ini bersifat Deskriptif, yaitu penelitian yang akan menggambarkan seluruh subjek penelitian (Machfoedz, 2010). Dalam penelitian ini peneliti ingin mendapat fenomena yang muncul mengenai gambaran pengetahuan ibu hamil tentang bahaya derma susu formula di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2012.

B.  Tempat dan waktu penelitian
1.      Tempat penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Banda Sakti  Kota Lhokseumawe tahun 2012.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian telah dilakukankan pada tanggal 05 sampai 23 Juni 2012.
C.  Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh ibu-ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2012 yang berjumlah 30 orang.    
2.      Sampel
Teknik pengambilan Sampel dalam penelitian ini adalah secara Accidental sampling yaitu dengan mengambil seluruh populasi ibu-ibu hamil trimester III yang berkunjung ke Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

D.  Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam  penelitian ini yaitu data primer dengan cara memberi kuesioner langsung pada ibu-ibu hamil, kuesioner dibagikan sendiri oleh peneliti dan harus diisi di Puskesmas Banda Sakti tanpa boleh dibawa pulang, kemudian sesudah kuesioner tersebut terisi peneliti kumpulkan sesuai dengan nomor urut untuk di olah datanya.

E.  Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang dipakai yaitu berupa kuesioner dalam pernyataan ya atau tidak.

F.   Rencana dan analisis data
1.      Rencana pengolahan data
Menurut Budiarto (2002), pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian. Oleh lantaran itu harus dilakukan dengan baik dan benar. Pengolahan data dilakukan secara manual melalui tahap :

a.    Pemeriksan data (Editing)
Yaitu menyidik data yang telah di kumpulkan dari daftar pertanyaan. Yang dilakukan pada aktivitas menyidik data ialah menjumlahkan dan melaksanakan koreksi.
b.    Pemberian kode (Coding)
Untuk mempermudah pengolahan, sebaiknya semua variable di beri kode terutama data klasifikasi.
c.    Penyusunan data (Tabulating)
Yaitu pengorganisasian data sedemikian rupa biar dengan gampang sanggup dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan.
2.      Analisis Data
Menurut Budiarto (2002), Penelitian ini hanya bersifat deskriptif, yang memakai tabel distribusi frekuensi disetiap variabel yang di gunakan untuk perhitungan hasil ukur yang kemudian di persentasekan dengan rumus:
 P =     
Keterangan :
P = Presentase
f  = Frekuensi teramati
N = Jumlah seluruh observasi

Sumber http://lussychandra.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Penelitian Di Puskesmas Banda Sakti"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel