Sejarah Orientalisme Dan Tokoh-Tokoh Orientalis

Berbicara mengenai perihal ketimuran yang dilakukan oleh para orientalisme, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui perihal bagaimana sejarahnya orientalisme. 

Sejarah Orientalisme 

Kita tidak tahu secara niscaya siapa orang Eropa pertama yang menawarkan perhatiannya terhadap studi-studi ketimuran dan kapan pula waktunya. Namun yang terang ialah bahwa beberapa orang rahib Barat pernah tiba ke Andalusia di masa kejayaannya. Mereka berguru di sekolah-sekolah yang ada di sana, menerjemahkan al-Qur’an serta buku-buku yang berbahasa Arab ke dalam bahasa-bahasa mereka. Dalam banyak sekali cabang ilmu pengetahuan, khususnya di bidang filsafat, kedokteran dan ilmu-ilmu pasti.

Yang paling pertama di antara mereka ialah rahib Jerberi yang terpilih menjadi Paus di Roma pada tahun 999 M, setelah kembali dari studinya di Andalusia. Juga Pierrele Aenere (1156-1092), serta Gerard de Gremone (1187-1114). Setelah rahib-rahib tersebut kembali ke negerinya masing-masing mereka menyerbarluaskan kebudayaan Arab serta buah karya ulama-ulama terkenal. Dan mereka pun mendirikan akademi-akademi yang bergerak di bidang studi-studi ketimuran, ibarat sekolah “Baduy” Arabi.

Menjelang pertengahan era ke-19, bahwa literatur Barat menghantam Islam akarnya kembali pada pertengahan ideologis, historis, dan kultural antara Katolik dan Islam. Sedangkan pada era ke-20, bahwa kaum missionaries ialah dengan mengklaim bahwa agama Kristenlah yang paling banyak berjasa bagi kemajuan yang telah diraih oleh dunia barat dengan banyak sekali faktor tersebut.

Perkembangan besar dalam sejarah dengan adanya peristiwa-peristiwa yaitu dengan munculnya gerakan kebangkitan yang mencapai puncaknya pada era 15 yaitu pada masa Renaisance, di mana ilmu-ilmu Yunani dikembangkan dengan para ilmuwan muslim yang telah diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa-bahasa besar Eropa di bidang fisika, matematika, filsafat dan sebagainya. akan tetapi semua itu belum bisa menghipnotis image sejarah, teologi, dan pedoman Islam di mata dunia Barat Kristen. Sedangkan insiden yang kedua, bahwa persatuan dunia Katolik dibawah kepemimpinan Gereja terganggu oleh lahirnya paham nasionalisme dan kepentingan ekonomi setelah lahirnya revolusi industri.

Dalam Islam dibangunkan oleh Perang Salib modern, ketika Jenderal Alleaby setelah merebut Yerusalem pada tahun 1917 dari Turki Usmani, dengan menyampaikan : “today ended the crusade” (baru sekaranglah berakhir Perang Salib). 

Faktor yang Mendorong Munculnya Orientalisme 

Dr. Mustofa as-Siba’iy pertanda hal-hal yang mendorong kaum orientalis barat untuk menyidik dan mempelajari perihal ketimuran yaitu sebagai berikut :

Dorongan keagamaan 

Dorongan keagamaan, maka kaum orientalis yang terdahulu telah memanfaatkan hasil penelitiannya perihal agama Islam dan yang bekerjasama dengan agama Islam, secara positif dan negatif. Dan banyak melontarkan hasil penelitian yang bertentangan dengan pedoman Islam yang bergotong-royong dan membawa dampak yang jelek.

Dorongan penjajahan 

Ketika berakhirnya Perang Salib, dengan kekalahan kaum Salib, pada ketika itu merupakan perang agama dan pada hakekatnya perang penjajahan, orang-orang Barat tidak gampang frustasi untuk kembali menduduki negeri-negeri Arab dan orang Islam. Sewaktu kekuatan militer dan politik sudah berada dalam tangan mereka, kemudian di antara yang mendorong orientalisme itu ialah untuk melemahkan perlawanan jiwa dan impian dari kaum muslimin.

Dorongan perniagaan dan ekonomi 

Dorongan ini konkret sekali bagi negeri-negeri industri yang memerlukan pasaran untuk melemparkan hasil industrinya. Mereka harus meneliti kesukaan negeri-negeri yang jadi sasarannya. Kaum orientalis yang terdorong penelitiannya perihal Timur oleh dorongan ekonomi dan perniagaan, harus bekerja keras, supaya tidak ketinggalan. Mereka harus menempuh cara-cara gres yang menguntungkan kedua pihak atau segala pihak, dengan menawarkan pinjaman, persahabatan dan sebagainya demi kepentingan ekonomi dan perniagaan.

Dorongan politik 

Dorongan ini menonjol pada masa kini setelah negeri-negeri Islam dan negeri-negeri Timur umumnya mencapai kemerdekaannya. Pada masa sekarang, setelah berkembang blok timur dan blok barat, maka masing-masing dari mereka berusaha menghipnotis akan masyarakat di mana mereka ditempatkan untuk laba politik dari negaranya.

Dorongan ilmiah 

Dr. Mustafa as-Siba’iy pertanda lebih lanjut, bahwa golongan yang didorong oleh dorongan ilmiah, sangat sedikit yang salah pemahamannya perihal Islam dan peninggalan Islam. Karena mereka tidak sengaja untuk menyelewengkan agama Islam dan memasukkan yang bukan-bukan ke dalam Islam. 

Tokoh-tokoh Orientalisme dan Karya-karyanya 

Berikut ini secara khusus dikemukakan beberapa tokoh orientalis yang sanggup mewakili tokoh-tokoh orientalisme besar, yaitu di antaranya :

• Christian Snouck Hurgronje (1857-1936) 

Christian berasal dari Belanda, di sekolah menengah selama 5 tahun di Breda, ia masuk di fakultas Theology Universitas Leiden. Setelah itu ia masuk ke jurusan sastra dengan gelar doktor dengan promosi “cum laude” pada 24 November 1880.

Karyanya yang berjudul “De Atjehers” (Penduduk Aceh) dalam 2 jilid pada tahun 1893-1894. Dalam buku disertasinya “Het Mekka anche Feest” ia pertanda arti haji dalam Islam, asal-usulnya, dan tradisi yang ada di dalamnya. Kemudian mengakhiri tulisannya dengan kesimpulan bahwa haji dalam Islam merupakan sisa-sisa tradisi Arab jahiliyah.

• Harry St. John Philby (1885-1960) 

Ia ialah seorang orientalis berkebangsaan Inggris yang memiliki jiwa imperialisme sangat menonjol dan membenci Islam, sehingga dipandang banyak berjasa kepada pemerintah kolonial Inggris. Dia dilahirkan di Srilangka, dan ia lulus dari Universitas Oxford pada jurusan bahasa-bahasa Timur pada tahun 1908. Philby kemudian mendapat kiprah untuk menerbitkan harian “Jaridatul Arab” (Arab News) di Bagdad tahun (1917). Karyanya yaitu Arabian Days terbitan tahun 1948.

• Evariste Leri Provencal (1894-1956) 

Ia ialah seorang orientalis Prancis berdarah Yahudi, yang berjiwa imperialis, dan berprofesi seorang guru besar. Dia lahir dari sebuah keluarga Yahudi di Aljier ibu kota Aljazair, Afrika Utara, ia tumbuh dalam lingkungan Yahudi dan berguru di Universitas Aljier. Karya-karya yang ditulis yaitu “Sejarah Spanyol Islam”, pada tahun 1953.

• Fritz Krenkov (1872-1953) 

Lahir di Jerman bab utara, namun dibesarkan di Inggris dan mendapat kewarganegaraan. Karyanya sendiri seperti, Persatuan dalam Islam (1927), Sastra Rakyat Arab (1928), dan beberapa karya terjemahan.

• Blachere (1900-1973) 

Ia berguru di sekolah menengah atas di kota Casablanca (Darul Baidha) Marokko. Dia memasuki fakultas Adab pada Universitas Aljier (1922). Karya Blachere banyak sekali jumlahnya, baik mengenai kesusastraan maupun ke-Islaman, di antaranya, Biografi al-Walid Raja Dinasti Umayyah (1935), Perdana Menteri Penyair, Ibnu Zamrah (1937), Tarikh al-Adab al-Arabi (Sejarah Kesusastraan Arab) di tulis dalam bahasa Perancis terbitan tahun 1952.

• Louis Massignon (1883-1963) 

Ia banyak berguru dari tokoh-tokoh orientalis berbahaya ibarat orientalis Hongaria Goldziher. Selama 3 tahun ia mengadakan studi lapangan mengenai keadaan sosial dan politik dunia Islam sampai tahun 1954. Kemudian meneruskan perjalanannya ke Kairo pada tahun 1906-1909, dan berguru di al-Azhar. Karyanya La Passion d’ al-Hallaj, Martyr Mystique de I’Islam, Aliran Sufi al-Hallaj (1909), al-Hallaj (1911), Sejarah Pengumpulan Rasari Ikhwan ash-Shafa (1913), Sejarah Ilmu Pengetahuan Kalangan Bangsa Arab (1957), dan lain-lain.

• Abdul Kareem Germanus (lahir 1884) 

Ia lahir di Budapest pada tahun 1884. Kemudian menjadi anggota staff forum penelitian di Kairo tahun 1956-1963 di Baghdad. Karyanya Pengaruh Turki dalam Sejarah Islam (1932), Studi perihal Susunan Bahasa Arab (1954), Syair Arab Pilihan (1962).

• David Santillana (1855-1931) 

Ia ialah seorang orientalis politis dan akademis berdarah Yahudi. Karyanya at-Tamhid li Tarikh al-Falsafah al-Islamiyah (Pengantar Filsafat Islam), terbit di Kairo tahun 1904. 

KESIMPULAN 

Bahwa dari sejarah orientalisme itu ada beberapa faktor yang mendorong munculnya orientalisme dan dimulai dari Perang Salib yang berawal dari konflik yang terjadi antara Islam-Kristen di Palestina (Jerussalem). 

DAFTAR PUSTAKA 

Dr. Musthafa as-Siba’ie, Akar-Akar Orientalisme, alih bahasa oleh Ahmadie Thaha, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1983.

Mutolah Maufur, M.A., Orientalisme Serbuan Ideologis dan Intelektual, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 1995.

Prof. H. Ismail Jakub, S.H., Orientalisme dan Orientalis, Faizan, Surabaya, 1983.

Sumber http://makalah-ibnu.blogspot.com

Share this post

Berlangganan update artikel terbaru via email: