iklan

Fungsi Maqamat Bagi Kehidupan Sufi

Kaum sufi selalu berusaha mensucikan diri guna lebih mendekatkan diri pada Allah. Berbagai maqam (tingkatan) dilalui untuk mencapai tingkatan tertinggi. Dengan aneka macam macam usaha penyucian diri, maka bertambahlah cerahnya mata bathin dalam melihat kemakhlukan diri. 

PENGERTIAN MAQAM 
Yang dimaksud dengan tingkatan (maqam jamaknya maqamat) oleh seorang hamba Allah dihadapan-Nya dalam hal ibadah dan latihan-latihan jiwa yang dilakukannya. Maqam merupakan hasil dari kesungguhan dan usaha terus menerus, ini berarti bahwa seorang salik gres sanggup berpindah dan naik dari satu maqam ke maqam berikutnya sehabis melalui latihan-latihan dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik lagi dan telah pula menyempurnakan syarat-syarat maqam yang ada di bawahnya. Dalam tasawuf, perantau atau penempuh jalan untuk mendekat kepada Tuhan disebut salik. Seorang salik untuk berada bersahabat pada Tuhan harus menempuh jalan panjang yang berisi stasion-stasion yang disebut maqamat. Menurut Abu Bakar Muhammad al-Halabadi, seorang salik akan hingga pada hal tertentu, maka harus melalui stasion-stasion (maqamat) tahap demi tahap.
Untuk selanjutnya dijelaskan sembilan maqamat (tingkatan) yang diawali dengan taubat.
1. Taubat 
Taubat merupakan kiat pertama dan terpenting di antara pokok-pokok agama yang merupakan fase pertama bagi salikin (orang yang berjalan menuju ma’rifatullah). Menurut bahasa, taubat artinya kembali, sedang berdasarkan istilah, taubat yakni kembali dari segala sesuatu yang dicela oleh Allah menuju ke arah yang dipuji Allah.
2. Zuhud 
Zuhud merupakan maqam lanjutan dari taubat, artinya apabila seorang salik telah bertaubat, maka ia sanggup menuju pada maqam berikutnya. Zuhud artinya perilaku menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia. Seorang zuhud seharusnya hatinya tidak terbelenggu atau hatinya tidak terikat oleh hal-hal yang bersifat duniawi dan tidak mengakibatkan sebagai tujuan, hanya sarana untuk mencapai derajat ketaqwaan yang merupakan bekal akhirat.
3. Wara’ 
Yang dimaksud dengan wara’ yakni menghindari apa saja yang tidak baik, atau dalam pengertian lain wara’ merupakan perilaku menjauhkan diri dari segala hal yang di dalamnya terdapat syubhat.
4. Faqr 
Sikap tidak meminta lebih dari apa yang telah ada pada dirinya, tidak meminta rizqi kecuali hanya untuk sanggup menjalankan kewajiban-kewajibannya, namun tidak pernah menolaknya. Sikap hidup merdeka “tidak ngoyo” tetapi “nrimo” apa adanya.
5. Sabar 
Sabar artinya konsekuen dan konsisten dalam melaksanakan semua perintah Allah SWT, berani menghadapi kesulitan dan tabah dalam menghadapi cobaan-cobaan selama usaha demi tercapainya tujuan. Menurut al-Ghazali, tabah dibagi menjadi dua: al-shabr al-nafs yaitu pengekangan tuntutan nafsu dan amarah, dan al-shabr al-badani, yaitu menahan terhadap penyakit fisik.
6. Tawakkal 
Tawakkal yakni pasrah bundar kepada Allah sehabis melaksanakan planning atau usaha. Kita dilarang bersikap memastikan terhadap suatu planning yang telah kita susun, tetapi harus bersiap menyerahkan kepada Allah. Manusia hanya merencanakan dan mengusahakan, tetapi Tuhan yang memilih hasilnya.
7. Ridha’ 
Dzu Nun al-Misri mengartikan ridha dengan mendapatkan qadha’ dan qadar dengan kerelaan hati.
Menurut Rabi’ah al-Adawiyah, jiwa yang ridha yakni jiwa yang luhur, mendapatkan apa yang ditentukan oleh Allah, ridha dengan qadha dan qadar-Nya, berbaik sangka dengan aneka macam tindakan dan keputusan-Nya, serta meyakini firman-Nya.
8. Mahabbah 
Cinta yang tepat yakni yang menawarkan segalanya, tidak mengharapkan apapun. Harun Nasution menjelaskan pengertian mahabbah sebagai berikut :
  1. Memeluk kepatuhan Tuhan membenci perilaku melawan-Nya 
  2. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi 
  3. Mengosongkan hati dari segala-galanbya, kecuali dengan yang dikasihi 
9. Ma’rifat 
Mahabbah lebih menggambarkan korelasi rapat dalam bentuk cinta, sedangkan ma’rifat lebih menawarkan pengertian adanya korelasi yang rapat dalam bentuk gnosis (ilmu pengetahuan dengan hati sanubari). 

Fungsi maqamat 
Dengan demikian, sanggup dipahami tujuan maqamat tersebut yakni sebagai upaya meningkatkan amal kebaikan semata-mata (lifadla’il al-a’mal), mengamalkannya akan membuka hati dan memberi cahaya bagi jiwa menuju kesucian untuk mencapai derajat dedikasi yang tinggi kepada Allah SWT. 

KESIMPULAN 
Maqam merupakan hasil dari kesungguhan dan usaha terus menerus bagi seorang salik untuk berada bersahabat pada Tuhan dengan menempuh jalan panjang yang berisi stasion-stasion, yaitu dijelaskan dalam sembilan tingkatan yang diawali dengan taubat, zuhud, wara’, faqr, sabar, tawakkal, ridha’, mahabbah, dan ma’rifat. Fungsi maqamat yakni membuka hati dan memberi cahaya bagi jiwa menuju kesucian untuk mencapai derajat dedikasi yang tinggi kepada Allah SWT. 

DAFTAR PUSTAKA 
Djamaludin al-Bumy, Missi Suci Para Sufi, Jakarta, 2000.
Dr. H. Asep Usman Ismail, M.A., “Tasawuf”, Pusat Study Wanita (PSW), UIN Jakarta, 2005.
Prof. Dr. H. M. Amin Syukur, M.A., Tasawuf Kontekstual Solusi Problem Manusia Modern, 2003.

Sumber http://makalah-ibnu.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Fungsi Maqamat Bagi Kehidupan Sufi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel