Kredit Itu Kepercayaan: Bukan Semata-Mata Menomorsatukan Agunan

Sebagai ilustrasi saja, nilai pasar agunan tersebut ialah sebesar Rp1,8 miliar, kemudian dipasang hak tanggungan peringkat pertama sebesar Rp1,5 miliar dengan nilai pinjaman sebesar Rp1,2 miliar.
Dalam kondisi dialog yang santai dan banyak bercanda, debitur sempat mengeluhkan bahwa mengapa agunan tersebut hanya "dihargai" sebesar pinjaman Rp1,2 miliar, padahal harga pasarnya jauh diatas pinjamannya. Saya sempat terenyuh dan berfikir sejenak untuk menjawab pertanyaan tersebut. kemudian dengan santai saya jawab, "sebetulnya tujuan kami menawarkan kredit bukanlah untuk menguasai/membeli agunan sdr, kami "menaruh kepercayaan" terhadap sdr, dengan mempertimbangkan karakter, kapasitas, cashflow serta segala risiko yang mungkin timbul, oleh alasannya ialah perhitungan tersebut, semakin menambah keyakinan kami bahwa sdr bisa menunaikan kewajiban sesuai periode yang telah disepakati, sedangkan agunan ialah jaminan kami sebagai second wayout untuk menjaga ketertiban pembayaran kewajiban sdr"
Well, mungkin seringkali ilustrasi yang saya gambarkan diatas sering kita temui sebagai praktisi perbankan sehari-hari. Dalam persepsi debitur/ calon debitur, pada umumnya agunan ialah segala-galanya, kalau bisa kredit yang diterima harus sama dengan nilai agunan tersebut. Suatu persepsi yang ironi, padahal arti kata kredit ialah "kepercayaan", tidak lain tidak bukan, derma kredit merupakan suatu bentuk dogma bank kepada debitur yaang direalisasikan, bank percaya bahwa debitur bisa dan mau mengembalikan kewajiban sesuai dengan akad/jangka waktu yang disepakati bersama. Karakter, kemampuan, dan prospek perjuangan debitur, idealnya merupakan "jaminan" utama untuk mengembalikan pinjaman. Sebagai forum keuangan yang sebagian besar sumber pendanaan berasal dari dana masyarakat, dan memang kewajiban bank untuk melakukan prinsip kehati-hatian (prudential banking), maka bank memerlukan second way out apabila segala sesuatu yang diperhitungkan/dianalisis pada sebelum kredit dikucurkan berbeda keadaannya dikemudian hari. Maka bank dalam rangka menjaga dana nasabah yang diusahakannya, pada umumnya memerlukan "agunan" untuk menjamin kelancaran pembayaran debitur.
So, pointnya adalah, bahwa kredit merupakan kepercayaan, mengapa bisa percaya? percaya bukan asal percaya, namun dogma tumbuh dari analisis yang dilakukan oleh bank terhadap calon debiturnya.
David Iskandar | Create Your Badge

Sumber http://belajarperbankangratis.blogspot.com
0 Response to "Kredit Itu Kepercayaan: Bukan Semata-Mata Menomorsatukan Agunan"
Posting Komentar