Tes Non Objektif
Dalam rangka penilaian hasil mencar ilmu penerima didik, banyak hal yang dilakukan. Namun, penilaian ini tidak harus berupa tes-tes hasil belajar. Akan tetapi dalam setiap sekolah atau forum pendidikan, penilaian hasil mencar ilmu yang sering dilakukan ialah dengan memakai tes hasil belajar. Tes hasil mencar ilmu merupakan salah satu jenis tes yang dipakai untuk mengukur perkembangan atau kemajuan mencar ilmu penerima didik sehabis mereka mengikuti proses pembelajaran.
Sebagai salah satu pengukur perkembangan dan kemajuan mencar ilmu penerima didik, apabila ditinjau dari segi bentuk soalnya sanggup dibedakan menjadi 2 macam yaitu : tes hasil mencar ilmu bentuk uraian (non objektif) dan tes hasil mencar ilmu bentuk obyektif.[1]
Tes ialah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu kiprah / serangkaian kiprah yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai wacana tingkah laris atau prestasi anak tersebut yang sanggup di bandingkan dengan nilai yang dicapai oleh belum dewasa lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.
Tes uraian ialah salah satu jenis tes hasil mencar ilmu yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:[2]
Sebagai salah satu pengukur perkembangan dan kemajuan mencar ilmu penerima didik, apabila ditinjau dari segi bentuk soalnya sanggup dibedakan menjadi 2 macam yaitu : tes hasil mencar ilmu bentuk uraian (non objektif) dan tes hasil mencar ilmu bentuk obyektif.[1]
Tes ialah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu kiprah / serangkaian kiprah yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai wacana tingkah laris atau prestasi anak tersebut yang sanggup di bandingkan dengan nilai yang dicapai oleh belum dewasa lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.
Tes uraian ialah salah satu jenis tes hasil mencar ilmu yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:[2]
- Tes tersebut berbentuk pertanyaan / perintah yang menghendaki tanggapan berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang
- Bentuk-bentuk pertanyaan / perintah itu menuntut kepada tester untuk memperlihatkan klarifikasi komentar, penafsiran dan lain-lain.
- Jumlah butir soalnya umumnya terbatas yaitu berkisar antara 5-10 butir
- Pada umumnya butir-butir soal tes uraian itu diawali dengan kata-kata, jelaskan, terangkan, uraikan dan lain-lain.
Jenis tes ini menuntut kemampuan siswa untuk mengemukakan, menyusun dan memadukan gagasan-gagasan yang telah dimilikinya dengan memakai kata-katanya sendiri. Tes jenis ini memungkinkan siswa menjawab pertanyaan secara bebas. Kebebasan ini berakibat data tanggapan bervariasi, sehingga tingkat kebenaran dan tingkat kesalahannya pun menjadi bervariasi. Hal inilah yang mengundang subjektivitas penilai ikut berperan menentukan, lantaran itu tes ini disebut pula dengan tes subjektif (non objektif).
Tes uraian dibagi 2 macam, yaitu :[3]
- Tes uraian bentuk bebas artinya butir soal itu hanya menyangkut problem utama yang dibicarakan tanpa memperlihatkan instruksi tertentu dalam menjawabnya. Contoh:Mengapa bangsa Indonesia menentukan politik luar negeri yang bebas aktif?
- Tes uraian terbatas, penerima didik diberi kebebasan untuk menjawab soal yang ditanyakan, namun arah tanggapan dibatasi sedemikian rupa, sehingga kebebasan tersebut menjadi bebas yang terarah. Contoh: Apakah dasar yuridis dan politik yang mendasari Indonesia menempuh kebijaksanaan politik luar negeri yang bebas dan aktif?
Tes hasil mencar ilmu bentuk uraian sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tes ini sempurna dipergunakan apabila pembuat soal (guru, dosen, dan lain-lain) disamping ingin mengungkap daya ingat dan pemahaman test terhadap materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes, juga dikehendaki untuk mengungkap kemampuan testee dalam memahami aneka macam macam konsep dan aplikasinya, selain itu tes ini lebih sempurna dipergunakan apabila jumlah testee terbatas.
Adapun kelemahan dan kelebihan tes uraian ialah :[4]
a. Kelebihan tes uraian :
1) Mudah disiapkan dan disusun
2) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi / untung-untungan
3) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus
4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri
5) Dapat diketahui sejauh mana siswa, mendalami sesuatu problem yang diteskan.
b. Kekurangan tes uraian :
1) Kadar validitas dan reliabilitas rendah lantaran sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai
2) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope materi pelajaran yang akan di tes lantaran soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
3) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif
4) Pemeriksaannya lebih sulit alasannya ialah membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
5) Waktu untuk koreksinya usang dan tidak sanggup diwakilkan kepada orang lain.
Bertitik tolak dari kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh tes hasil mencar ilmu bentuk uraian maka ada beberapa petunjuk operasional yang bisa di lakukan ataupun dijadikan pedoman dalam menyusun butir-butir soal tes uraian.
Adapun petunjuk operasional itu ialah :[5]
- Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan supaya butir-butir soalnya sanggup meliputi ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan atau telah diperintahkan kepada testee untuk mempelajarinya. Cara ini dimaksudkan, sekalipun butir-butir soal itu jumlahnya terbatas, akan tetapi telah terkandung di dalamnya materi yang luas dan bersifat komprehensif.
- Untuk menghindari timbulnya perbuatan curang oleh testee (misalnya : menyontek / bertanya pada testee lain), hendaknya diusahakan supaya susunan kalimat soal dibentuk berlainan dengan susunan kalimat yang terdapat dalam buku pelajaran / materi lain yang diminta untuk mempelajarinya. Cara ini dimaksudkan, sebelum testee menentukan dan menuliskan jawabannya di atas lembar jawaban, mereka supaya berfikir lebih dahulu secara cermat, apakah jawabannya benar dan sempurna ataukah tidak.
- Setelah butir-butir soal tes uraian dibentuk hendaknya segera disusun dan dirumuskan secara tegas, bagaimana atau menyerupai apakah seharusnya tanggapan yang dikehendaki oleh tester sebagai tanggapan yang betul. Dengan cara ini maka faktor subyektifitas yang menyelinap ke dalam diri tester akan sanggup dikurangi hingga sekecil-kecilnya.
- Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan supaya pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintahnya jangan dibentuk seragam melainkan dibentuk secara bervariasi.
- Kalimat soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan jelas, sehingga cepat dipahami oleh testee dan tidak mengakibatkan keraguan / kebingungan bagi testee dalam memperlihatkan jawabannya.
- Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, sebelum hingga pada butir-butir soal yang harus dijawab atau dikerjakan oleh testee, hendaknya dikemukakan pedoman wacana cara mengerjakan atau menjawab butir-butir soal tersebut. Misalnya : “Jawaban soal harus dituliskan di atas lembar kertas menurut nomor urut soal”. Hal ini merupakan hal penting yang dilarang dilupakan oleh tester.
Hal yang perlu dicermati ialah kelemahan tes uraian yang terletak pada variasi tanggapan yang tak terbatas sehingga menyulitkan penskoran, apalagi membandingkan antara penerima didik yang satu dengan yang lainnya, untuk itu investigasi hasil sanggup ditempuh langkah peningkatan objektivitas dengan jalan:[6]
1. Menyusun contoh tanggapan yang diambil dari sampel tanggapan penerima didik
2. Pemeriksaan tanggapan tidak dilakukan dengan jalan membaca tiap halaman satu penerima didik hingga simpulan melainkan diperiksa menurut nomor.
3. Setiap lembar tanggapan dikoreksi lebih dari satu kali dan urutan dalam penilaiannya diubah-ubah yang tadinya urutan atas dijadikan urutan bawah lalu kesudahannya digabungkan dan diambil reratanya.
4. Nilai penerima didik tidak pribadi dijumlahkan, secara global tetapi dirinci dari tiap-tiap aspek penilaian, contohnya :
a. Konsistensi pemikiran
b. Kemampuan membahasakan gagasan
c. Isi / bobot materi
d. Kepustakaan yang dijadikan referensi
e. Nilai-nilai gres yang dimunculkan.
Sehingga penilaian tidak didasarkan penjumlahan antar nomor soal.
Adapun saran yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan reliabilitas dari pada essay:
a. Sebelum mulai memberi skor siapkanlah terlebih dahulu sebuah model jawaban, tentukanlah berapa jumlah skor yang akan diberikan pada tiap-tiap item
b. Setiap tanggapan hendaknya diperiksa tanpa melihat identitasnya terlebih dahulu
c. Periksalah tanggapan belum dewasa secara item demi item.
KESIMPULAN
Test ialah : suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu kiprah atau serangkaian kiprah dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan nilai
Kelebihan dan kekurangan tes :
a. Kelebihannya : gampang disiapkan disusun, tidak memberi daya kesempatan untuk berspekulasi / untung-untungan dan lain-lain
b. Kekurangannya : pemeriksaannya lebih sulit alasannya ialah membutuhkan pertimbangan, waktu untuk koreksinya lebih usang dan tidak diwakilkan kepada orang lain.
Tes uraian dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Bentuk bebas artinya menyangkut problem utama yang dibicarakan
b. Terbatas, artinya kebebasan untuk menjawab soal sedemikian yang ditanyakan dengan arah tanggapan yang dibatasi.
Yang pada dasarnya tes ialah penilaian dalam pendidikan guna memberi penilaian ke anak didiknya sehingga sanggup mengukur pantas atau tidakkah meluluskan dalam pendidikannya.
[1] Anas Sujiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hal. 99
[2] Wayan Nurkancana dan PPN Sumartana, Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1986, hal. 24
[3] M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994, hlm. 57
[4] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi, Bumi Aksara, Jakarta, 1999, hlm. 163
[5] Anas Sujiono, op.cit., hlm. 103-106
[6] M. Chabib Thoha, op.cit., hlm. 63
0 Response to "Tes Non Objektif"
Posting Komentar