Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengertian Sumber Daya Manusia
Dengan ditetapkannya target utama dalam pembangunan yaitu terciptanya kualitas insan dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dalam suasana yang tentram dan sejahtera lahir dan batin, dalam tata kehidupan masyarakat bangsa dan Negara yang berlandaskan pada pancasila, maka target itu sekaligus mencerminkan bahwa kondisi sumber daya insan masih memerlukan peningkatan dalam banyak sekali aspek.
Sebagaimana telah difirmankan Allah SWT, dalam surat Al- Baqarah ayat 30, 31, 33, yang artinya:
“Ingatlah saat Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menimbulkan seorang khalifah di muka bumi "… Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,…. Allah berfirman : "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini."
Dari ayat di atas secara kontekstual memberi dasar kajian perihal sumber daya manusia, yakni Adam yang notabene-nya mempunyai inteligensia yang berkembang (fitrah). Kondisi potensi inilah, yang kita analisis dalam upaya membuatkan sumber daya insan . Realitas ini akan semakin terasa dalam globalisasi, yang ditandai dengan pergeseran yang cepat dalam segala kehidupan.
Faktor pertama yang harus diperhatikan dalam sebuah organisasi yaitu manusia. Ia merupakan aset termahal dan terpenting. menyerupai insan merupakan urat nadi kehidupan dari sebuah organisasi. Karena eksistensi sebuah organisasi ditentukan oleh faktor insan yang mendukungnya.
Walaupun dalam perkembangannya, insan pernah diharapkan hanya sebagai alat semata yang nilainya sama dengan alat produksi untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun demikian tidak dinafikan, bahwa kunci keberhasilan sebuah organisasi bukan terletak pada alat-alat mutakhir yang digunakan, akan tetapi terletak pada insan yang berada dibalik alat atau sumber daya tersebut. Tepat kiranya adagium "the man behind the gun" menjadi jargon sepanjang zaman dengan instrument alat yang serba otomatis dan berteknologi tinggi. Jadi, tidak heran bila sumber daya insan akan terus relevan di tempatkan pada sentral organisasi. (Iilahi, dkk., 2006:187)
Kesadaran insan akan pentingnya sumber daya insan bukan hal yang baru. Manusia hidup selalu memikirkan cara memperoleh materi pangan, sandang, dan papan. Peradaban insan berpangkal pada perjuangan mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidupnya.
Sumber daya pernah diidentifikan sebagai alat untuk mencapai tujuan dan kemampuan memperoleh laba dari kesempatan-kesempatan yang ada. Perkataan sumber daya (resources) merefleksikan benda atau substansi, melainkan pada suatu fungsi operasional untuk mencapai suatu tujuan tertentu, mirip memenuhi kebutuhan dan kepuasan. Dengan kata lain sumber daya merupakan suatu abstraksi yang mencerminkan appraisal insan dan bekerjasama dengan suatu fungsi atau operasi.
Siapapun yang mengelola organisasi akan mengolah banyak sekali sumber daya untuk meraih tujuan organisasi tersebut. Sumber daya yang dimiliki harus sanggup dikategorikan atas enam tipe sumber daya (6M) yaitu sebagai berikut:
Dari ayat di atas secara kontekstual memberi dasar kajian perihal sumber daya manusia, yakni Adam yang notabene-nya mempunyai inteligensia yang berkembang (fitrah). Kondisi potensi inilah, yang kita analisis dalam upaya membuatkan sumber daya insan . Realitas ini akan semakin terasa dalam globalisasi, yang ditandai dengan pergeseran yang cepat dalam segala kehidupan.
Faktor pertama yang harus diperhatikan dalam sebuah organisasi yaitu manusia. Ia merupakan aset termahal dan terpenting. menyerupai insan merupakan urat nadi kehidupan dari sebuah organisasi. Karena eksistensi sebuah organisasi ditentukan oleh faktor insan yang mendukungnya.
Kesadaran insan akan pentingnya sumber daya insan bukan hal yang baru. Manusia hidup selalu memikirkan cara memperoleh materi pangan, sandang, dan papan. Peradaban insan berpangkal pada perjuangan mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidupnya.
Baca Juga
Siapapun yang mengelola organisasi akan mengolah banyak sekali sumber daya untuk meraih tujuan organisasi tersebut. Sumber daya yang dimiliki harus sanggup dikategorikan atas enam tipe sumber daya (6M) yaitu sebagai berikut:
a. Man (manusia)
b. Money (financial)
c. Material (fisik)
d. Machine (teknologi)
e. Method (metode)
f. Market (pasar)
Asset yang paling penting harus dimiliki oleh organisasi atau perusahaan dan harus diperhatikan dalam administrasi yaitu tenaga kerja atau manusia (sumber daya manusia).Terminologi sumber daya insan (human resources) merujuk kepada orang-orang yang bekerja di dalam organisasi. Tatkala para manajer terlibat dalam aktivitas sumber daya insan sebagai penggalan dari pekerjaannya, mereka berupaya memfasilitasi bantuan yang disodorkan oleh orang-orang untuk mencapai planning dan seni administrasi organisasi. Signifikansi upaya sumber daya insan bermuara pada kenyataan bahwa insan merupakan elemen yang senantiasa ada di dalam setiap organisasi. Mereka inilah yang bekerja menciptakan tujuan, mengadakan inovasi, dan mencapai tujuan organisasi. (Samsudin, 2006: 21-23).
Berbicara mengenai problem sumber daya manusia, sesungguhnya sanggup kita lihat dari dua aspek, yakni kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya insan (penduduk) yang kurang penting kontribusinya dalam pembangunan, dibandingkan dengan aspek kualitas. Bahkan kuantitas sumber daya insan tanpa disertai dengan kualitas yang baik akan menjadi beban pembangunan suatu bangsa sedangkan kualitas menyangkut mutu sumber daya insan tersebut meliputi kemampuan fisik maupun non fisik (kecerdasan dan mental). Oleh alasannya itu untuk kepentingan akselerasi suatu pembangunan dibidang apapun, peningkatan kualitas sumber daya insan merupakan prasarat utama. (Notoatmodjo, 2003: 2-3).
Karena kualitas sumber daya insan menyangkut dua aspek, aspek kualitas fisik dan aspek kualitas non-fisik, yang meliputi kemampuan bekerja, berfikir, dan banyak sekali macam ketrampilan, maka upaya peningkatan sumber daya insan juga sanggup diarahkan pada dua aspek penting tersebut. Untuk peningkatan kualitas fisik sanggup diupayakan lewat acara kesehatan dan gizi. Sedangkan untuk peningkatan kualitas atau kemampuan non-fisik, maka upaya yang diharapkan yaitu pendidikan dan pelatihan. Upaya inilah yang dimaksud dengan pengembangan sumber daya manusia. (Halim, dkk., 2005:4).
Pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia
Membicarakan mengenai pengembangan sumber daya insan bersahabat kaitannya dengan proses pembangunan. Karena, pembangunan insan meliputi segenap upaya (termasuk investasi) pemerintah, swasta, dan masyarakat umumnya dibidang pendidikan, kesehatan, gizi, serta aspek-aspek kehidupan sosial (kemiskinan, pengangguran, keterbatasan, peluang kerja dan keterbelakangan). Dalam arti luas dan menyeluruh. Dari sinilah diharapkan bahwa setiap dan seluruh insan sanggup mengoptimalkan peran-peran fungsional maupun sosial, ekonomi, politik dan hankam.
Bagi masyarakat Indonesia, termasuk pondok pesantren (ponpes) pengembangan di dalam sumber daya insan merupakan suatu keharusan. Karena untuk mencapai kemajuan masyarakat harus dipenuhi prasyarat yang diperlukan. Dengan adanya pengembangan sumber daya insan ini maka akan memperlihatkan bantuan signifikan bagi upaya peningkatan kehidupan masyarakat.
Dalam hal ini pondok pesantren sebagai distributor pengembangan masyarakat, sangat diharapkan mempersiapkan sejumlah konsep pengembangan sumber daya insan baik untuk peningkatan kualitas pondok pesantren maupun peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Untuk itu sesungguhnya sering diselenggarakan seminar perihal pengembangan sumber daya manusia. Namun untuk kalangan pondok pesantren agaknya wacana pengembangan sumber daya insan perlu dikembangkan lagi. (Halim, dkk., 2005: 2-3).
Organisasi pondok pesantren terdiri dari banyak sekali individu yang berupaya untuk memenuhi kebutuhannya, dengan memperlihatkan tugas dan fungsinya masing-masing. Pengembangan sumber daya insan di pondok pesantren juga diharapkan bisa mempunyai kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kemampuan kader-kader pondok pesantren yang meningkat akan pemenuhan kebutuhan fisik maupun non fisik mereka.
Pengembangan sumber daya insan yaitu penyiapan manusia untuk memikul tanggung jawab lebih tinggi dalam organisasi. Pengembangan sumber daya insan bekerjasama bersahabat dengan peningkatan kemampuan intelektual yang diharapkan untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Pengembangan sumber daya insan berpijak pada fakta bahwa setiap tenaga kerja membutuhkan pengetahuan, keahlian, dan ketrampilan yang lebih baik. Pengembangan lebih focus pada kebutuhan jangka panjang dan risikonya hanya sanggup diukur dalam waktu jangka panjang. Pengembangan juga membantu mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan pekerjaan atau jabatan yang diakibatkan oleh adanya teknologi gres atau pasar produk baru.
Menurut Maslow, dalam bukunya administrasi dakwah menyampaikan bahwa pada hakikatnya pengembangan sumber daya insan baik secara makro maupun mikro merupakan upaya untuk merealisasikan semua kebutuhan manusia. Hal ini didasari pada aliran bahwa pada hakikatnya insan yaitu makhluk sosial yang secara naluri ingin hidup berkelompok. Manifestasi dari kehidupan kelompok ini antara lain munculnya organisasi-organisasi atau forum dalam masyarakat. (Illahi, dkk., 2006: 198).
Dalam perfektif Islam, pengembangan sumber daya insan merupakan suatu keharusan. Artinya, Islam sangat peduli terhadap peningkatan harkat dan martabat manusia, lantaran dalam Islam insan berada pada posisi yang terhormat. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 70:
Disinilah para kiai dan banyak pihak mempunyai tugas tanggung jawab biar outputs dari pesantren mempunyai kesempatan yang sangat luas untuk memberi bekal kepada santrinya. Jika bekal ini diberikan kepada santri, insyaallah terpenuhi tuntutan dunia kerja biar mereka mempunyai hal :kualitas kehidupan kerja (Quality of work life); produktifitas kerja (productivity); kepuasan pekerja (Human resource satisfaction); pengembangan pekerja (Human resource development); dan kesiapan untuk mengadakan perubahan. (Halim, dkk., 2005: 93).
Bagi masyarakat Indonesia, termasuk pondok pesantren (ponpes) pengembangan di dalam sumber daya insan merupakan suatu keharusan. Karena untuk mencapai kemajuan masyarakat harus dipenuhi prasyarat yang diperlukan. Dengan adanya pengembangan sumber daya insan ini maka akan memperlihatkan bantuan signifikan bagi upaya peningkatan kehidupan masyarakat.
Dalam hal ini pondok pesantren sebagai distributor pengembangan masyarakat, sangat diharapkan mempersiapkan sejumlah konsep pengembangan sumber daya insan baik untuk peningkatan kualitas pondok pesantren maupun peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Untuk itu sesungguhnya sering diselenggarakan seminar perihal pengembangan sumber daya manusia. Namun untuk kalangan pondok pesantren agaknya wacana pengembangan sumber daya insan perlu dikembangkan lagi. (Halim, dkk., 2005: 2-3).
Organisasi pondok pesantren terdiri dari banyak sekali individu yang berupaya untuk memenuhi kebutuhannya, dengan memperlihatkan tugas dan fungsinya masing-masing. Pengembangan sumber daya insan di pondok pesantren juga diharapkan bisa mempunyai kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kemampuan kader-kader pondok pesantren yang meningkat akan pemenuhan kebutuhan fisik maupun non fisik mereka.
Pengembangan sumber daya insan yaitu penyiapan manusia untuk memikul tanggung jawab lebih tinggi dalam organisasi. Pengembangan sumber daya insan bekerjasama bersahabat dengan peningkatan kemampuan intelektual yang diharapkan untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Pengembangan sumber daya insan berpijak pada fakta bahwa setiap tenaga kerja membutuhkan pengetahuan, keahlian, dan ketrampilan yang lebih baik. Pengembangan lebih focus pada kebutuhan jangka panjang dan risikonya hanya sanggup diukur dalam waktu jangka panjang. Pengembangan juga membantu mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan pekerjaan atau jabatan yang diakibatkan oleh adanya teknologi gres atau pasar produk baru.
Dalam perfektif Islam, pengembangan sumber daya insan merupakan suatu keharusan. Artinya, Islam sangat peduli terhadap peningkatan harkat dan martabat manusia, lantaran dalam Islam insan berada pada posisi yang terhormat. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 70:
"Sesungguhnya Kami telah memuliakan insan (anak-anak adam), Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki berupa hal-hal yang baik dan Kami kembalikan (beri keunggulan) mereka dengan keunggulan yang tepat atas kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan. (QS. Al-Isra: 70).Menurut Islam, pengembangan sumber daya insan yaitu dimaksudkan untuk membina insan secara pribadi dan kelompok sehingga bisa untuk menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifahnya untuk membangun dan memakmurkan dunia sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah SWT. Konsep tersebut didasarkan pada pandangan, bahwa insan dalam Islam yaitu sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Disinilah para kiai dan banyak pihak mempunyai tugas tanggung jawab biar outputs dari pesantren mempunyai kesempatan yang sangat luas untuk memberi bekal kepada santrinya. Jika bekal ini diberikan kepada santri, insyaallah terpenuhi tuntutan dunia kerja biar mereka mempunyai hal :kualitas kehidupan kerja (Quality of work life); produktifitas kerja (productivity); kepuasan pekerja (Human resource satisfaction); pengembangan pekerja (Human resource development); dan kesiapan untuk mengadakan perubahan. (Halim, dkk., 2005: 93).
Tujuan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan sumber daya insan untuk jangka panjang yaitu aspek yang semakin penting dalam organisasi atau perusahaan. pengembangan sumber daya insan dalam organisasi sanggup mengurangi ketergantungan organisasi untuk menarik anggota gres atau karyawan baru. Pengembangan karyawan secara internal maka lowongan pekerjaan sanggup diisi secara internal pula. Pengembangan sumber daya insan juga merupakan suatu cara yang efektif guna menghadapi tantangan dan peluang yang dihadapi.
Tujuan pokok pengembangan sumber daya insan yaitu meningkatkan kemampuan, ketrampilan, perilaku dan tanggung jawab karyawan sehingga lebih efektif dan efisien dalam mencapai target acara dan tujuan organisasi.
Tujuan pokok pengembangan sumber daya insan yaitu meningkatkan kemampuan, ketrampilan, perilaku dan tanggung jawab karyawan sehingga lebih efektif dan efisien dalam mencapai target acara dan tujuan organisasi.
Menurut Adrew E. Sikula menyebutkan dalam bukunya administrasi sumber daya insan bahwa ada delapan jenis tujuan pengembangan sumber daya insan yaitu sebagai berikut:
- Produktifitas (dicapainya produktifitas personel dan organisasi), Quality (meningkatnya kualitas produk)
- Human resources planning (melaksanakan perencanaan sumber daya manusia).
- Moral (meningkatnya semangat dan tanggung jawab personel atau organisasi)
- Indirect compensation (meningkatkan kompensasi secara tidak langsung)
- Healthy and safety (memelihara kesehatan mental dan fisik)
- Obsolescence prevention (mencegah menurunnya kemampuan personel)
- Personal growth (meningkatnya kemampuan individual personel).
Sedangkan tujuan pengembangan sumber daya insan berdasarkan Islam yaitu membentuk insan yang bertaqwa kepada Allah SWT. Kata 'takwa' dalam Al-Qur'an meliputi segala sesuatu dan tingkatan kebajikan. Ia merupakan wasiat yang kuasa kepada seluruh makhluk dengan banyak sekali tingkatan semenjak nabi sampai orang awam. (Shihab, 1992: 34)
Ciri-Ciri Pengembangan Sumber Daya Manusia Yang Efektif
Program pengembangan sumber daya insan yang berhasil yaitu yang bersifat sistematik; yakni mempunyai tujuan yang spesifik dan berkelanjutan dalam memperlihatkan acara training yang kongkrit dan gampang bagi para partisipan. Disamping itu, ciri yang lain yaitu nilai sebuah kebutuhan dan planning yang terpadu. Program ini juga harus melibatkan semua unsure-unsur dakwah yang terkait.
Menurut Fred Wood, spesialis dalam pengembangan sumber daya insan menyarankan, bahwa acara pengembangan itu meliputi lima fase, yaitu readiness (kesiapan), planning (perencanaan), training (pelatihan), implementasi (pelaksanaan), dan maintenance (pemeliharaan).
Menurut Fred Wood, spesialis dalam pengembangan sumber daya insan menyarankan, bahwa acara pengembangan itu meliputi lima fase, yaitu readiness (kesiapan), planning (perencanaan), training (pelatihan), implementasi (pelaksanaan), dan maintenance (pemeliharaan).
Pengembangan sumber daya insan yang diawali dan diakhiri dengan pelatihan, namun yang mengabaikan kesiapan individu untuk melaksanakannya dan mengabaikan pentingnya aktifitas follow-up, cenderung untuk tidak berdampak dalam praktik-praktik dakwah.
Sumber http://makalah-ibnu.blogspot.com
0 Response to "Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia"
Posting Komentar