iklan

Eps (Earning Per Share) Yang Menyesatkan

EPS (earning per share)

EPS (earning per share) atau keuntungan per lembar saham merupakan hal terpenting dalam analisa mendasar untuk mengukur kinerja perusahaan. Untuk menganalisa mendasar saham, EPS ada diposisi pertama yang harus dilihat.  Untung dan rugi perusahaan pribadi tercermin dalam EPS. Nilainya negatif berarti perusahaan rugi, bila nilainya positif berarti perusahaan untung.  Saya akan pribadi mengabaikan saham yang EPS nya negatif. Pertanyaan yang muncul ialah berapa bekerjsama EPS perusahaan?

EPS (earning per share) atau keuntungan per lembar saham merupakan hal terpenting dalam analisa mendasar untuk mengukur kinerja perusahaan.

Analisa dalam blog ini bekerjsama ialah cerminan saham-saham apa saja yang saya beli (saya beli saham  berdasarkan analisa saya sendiri).  Dalam beberapa analisa yang saya buat, saya ada yang keliru dalam memakai EPS.  Ada sistem yang menawarkan data mendasar perusahaan. Namun sistem itu sendiri ternyata kadang tidak akurat. Hal yang paling baik ialah dengan pribadi membaca SOFT COPY laporan keuangan (butuh kerja ekstra) yang dipublikasikan oleh tiap-tiap perusahaan publik yang sanggup di d0wnl0ad di website BEI.

Menghitung EPS rumusnya hanya pembagian sederhana :

EPS = keuntungan higienis / jumlah saham beredar

Pertanyaannya adalah, berapa bekerjsama saham yang beredar???.

Total saham beredar

Ada beberapa hal yang menjadikan terjadinya perubahan jumlah saham beredar dibandingkan ketika perusahaan tersebut dibentuk.  Berikut agresi koporasi (cooporate action) yang menjadikan total saham beredar bertambah :

 atau keuntungan per lembar saham merupakan hal terpenting dalam analisa mendasar untuk mengu EPS (earning per share) yang menyesatkan

  1. Awal. Ini merupakan jumlah saham beredar pertama kali perusahaan dibuat melalui akte notaris.
  2. IPO (initial publik offering).  Ini ialah ketika pertama kali perusahaan menjual (menerbitkan saham baru) di bursa saham.
  3. Right issue.  Ini ialah agresi perusahaan dengan menerbitkan saham gres (setelah perusahaan melantai di bursa) untuk tujuan menambah permodalan perusahaan.
  4. ESOP (Employee Stock Ownership Plan). Ini merupakan bentuk bonus yang dibagikan perusahaan kepada karyawan.
  5. Warrant. Warrant merupakan suatu opsi kepemilikan yang sanggup ditukar menjadi saham. Biasanya ketika melaksanakan right issue, perusahaan penerbit menawarkan bonus berupa warrant bagi yang mau menebus HMETD (hak memesan efek terlebih dahulu) dari right issue tersebut.
  6. Convertible bond.  Ini ialah jenis hutang yang memungkinkan ditukar menjadi saham ketika hutang jatuh tempo.

EPS yang dilaporkan media dan yang tertulis dilaporan keuangan

Media sangat cepat memberitakan EPS perusahaan. Namun sang penulis belum tentu benar-benar memahami perihal EPS.  Kadang pemberitaan juga mempunyai maksud terselubung (mengelabui). Belum pernah saya membaca atau mendengar media menyebutkan EPS basic atau EPS diluted. Hanya diberitakan EPS saja. Disinilah letak dilema yang “bisa menyesatkan”.

Ilustrasi

Misalkan diawal tahun 2011 saham perusahaan yang beredar ialah 1.000.000.000 (satu milyar) lembar.

Lalu pada tanggal 1 Desember 2011 perusahaan melaksanakan right issue dengan menerbitkan 5.000.000.000 (lima milyar) lembar saham baru.

Di tahun 2012 perusahaan melaporkan bahwa keuntungan higienis yang diperoleh selama tahun 2011 ialah Rp 700.000.000.000 (tujuh ratus milyar rupiah).

Berapakah EPS perusahaan tersebut???

Dalam laporan keuangan yang dilaporkan perusahaan publik ada yang hanya menyebutkan :

  • Laba per saham dasar (Basic earning per share)

Ada juga perusahaan publik yang menyebutkan sekaligus:

  • Laba per saham dasar (Basic earning per share) dan
  • Laba per saham terdilusi (diluted earning per share)

A. Laba per saham dasar (basic earning per share)

Laba per saham dasar dari ilustrasi diatas ialah membagi keuntungan higienis dengan rata-rata tertimbang (weighted average)  dari jumlah saham beredar.

Saham awal : 1 milyar lembar selama 365 hari (1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2011)

Saham right issue : 5 milyar lembar selama 31 hari (1 Desember 2011 sampai 31 Desember 2011)

Total rata-rata saham beredar: = [ ( 1 milyar x 365) + (5 milyar x 31) ] / [365+31] = 520 milyar / 396 = 1.313.131.313

Sehingga kita akan dapatkan Laba Per Saham Dasar : = 700.000.000.000 / 1.313.131.313 = Rp 533,08

B. Laba per saham terdilusi (diluted earning per share)

Jumlah saham beredar secara faktual ialah dengan menjumlahkan  seluruh saham tanpa memandang berapa usang saham itu diterbitkan.  Secara fakta, per 31 Desember 2011 jumlah saham yang beredar ialah 1 milyar lembar ditambah 5 milyar lembar sehingga total menjadi 6 milyar lembar.

Sehingga keuntungan per saham terdilusi: = 700.000.000.000 / 6.000.000.000 = Rp 117

Ada perbedaan yang sangat mencolok dalam angka EPS antara basic dengan diluted.  Pada masa tahun-tahun berikutnya eps tentunya akan dihitung dengan keseluruhan jumlah saham beredar tesebut (karena keduanya akan sama-sama dihitung berumur 365 hari). Basic EPS mungkin mempunyai kegunaan bagi administrasi perusahaan dalam mengukur kinerja nya tahun itu, tetapi bagi anda investor analisa yang benar  adalah memakai diluted EPS demi mengantisipasi kinerja perusahaan diwaktu mendatang sebab bagaimanpun keuntungan akan dibagi untuk seluruh kepemilikan saham.

Seandainya pada tahun sebelumnya ditahun 2010 perusahaan maleporkan EPS (basic maupun diluted) sebesar Rp 150 (seratus lima puluh rupiah) anda akan tercengang dengan kenaikan fantastis dari EPS yang diberitakan di media :

  • EPS growth (basic) =( 533,08 – 150 ) / 150 = 255,4 %
  • EPS growth (diluted) = ( 177 – 150 ) / 150 = 18 %

dan media akan memberitakan kira-kira menyerupai ini:

EPS perusahaan ABCD sepanjang 2011 terbang sebesar 255,4 %

dan itu sangat menyesatkan bagi investor.


Sumber https://www.sahamok.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Eps (Earning Per Share) Yang Menyesatkan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel