Latar Belakang Penerapan Administrasi Risiko

Lalu bagaimana caranya Bank sanggup meningkatkan nilai tambah? Apa yang harus dilakukan khususnya dalam kala persaingan yang sangat terbuka dan sengit ibarat sampaumur ini?
Saya mengamati setidaknya ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan bank secara konsisten dan penuh perhitungan matang, diantaranya:
- Peningkatan penemuan produk dan jasa bank, contohnya fitur delivery channel berbasis tekonologi gosip dan paperless.
- Peningkatan barisan Pemasaran yang agresf untuk meningkatkan marketshare dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada, meningkatkan cross selling secara horizontal antar unit di bank ataupun secara vertical dengan meningkatkan penetrasi dari pasar yang sudah dimiliki.
- Terdapatnya kebijakan, pedoman, dan mekanisme yang mumpuni dan sesuai dengan karakteristik perjuangan bank masing-masing, termasuk system untuk memantau bagaimana kebijakan sanggup dikomunikasikan dengan baik, apakah kebijakan sudah berjalan sesuai yang diharapkan dan mekanisme untuk menyesuaikan kebijakan apabila diperlukan.
- Pelaksanaan kepatuhan terhadap ketentuan regulator.
- Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang hebat dan bersaing dalam memastikan kecukupan kuantitas dan kecakapan kualitas SDM yang dimiliki serta pengembangan SDM antara lain melalui: sistem jenjang karier yang jelas, tingkat remunerasi yang bersaing, lingkungan dan budaya kerja yang sehat dan meyenangkan, serta acara reward dan punishment yang objektif.
- Memiliki infrastruktur yang lengkap termasuk Sistem Informasi Manajemen yang memadai.
Lalu dimana tugas administrasi risiko? Tentunya kita tidak sanggup memungkiri bahwa bersama-sama administrasi risiko merupakan bab dari taktik keseluruhan bank dalam mencapai tujuan bank. Atau bila saya singkat dari 6 point diatas, terdapat 3 point inti yang harus diupayakan oleh Bank, yaitu:
- Pertumbuhan bisnis (pangsa pasar).
- Peningkatan efisiensi operasional perbankan, dengan;
- Implementasi Risk Management yang berorientasi bisnis.
Sebagai contoh:
Agar volume kredit lebih cepat tumbuh maka proses kredit harus dipercepat (alasan persaingan dan efisiensi waktu) atau standar prudential permberian kredit dilonggarkan (toleransi menjadi lebih lebar) sehingga hal ini cenderung meningkatkan risiko kredit. Apabila jumlah analis kredit ditambah maka, biaya proses santunan kredit menjadi lebih mahal dan efisiensi menurun. Sedangkan sebaliknya, apabila bank terlalu prudent dalam proses kredit maka risiko kredit sanggup terjaga, namun proses kredit cenderung menjadi lebih usang dan nasabah sanggup pindah ke bank lain sehingga sasaran pertumbuhan bisnis terganggu. Mana lebih dahulu ayam atau telur?? Hehehe.
Maka, untuk mencapai tujuan usaha, bank harus sanggup menemukan keseimbangan yang optimal antara bisnis, operasional dan administrasi risiko. Singkatnya bank perlu mempunyai unit bisnis yang berorientasi risiko dan unit risiko yang berorientasi bisnis. Pengelolaan risiko penting semoga bank tidak terperangkap pada banyak sekali bisnis yang secara teoritis atau secara historis sanggup menawarkan keuntungan atau marjin yang tinggi, namun risiko terkait juga tinggi. Bank seringkali tidak menyadarai bahwa keuntungan besar yang diperoleh dimasa lampau mempunyai risiko tinggi, namun secara kebetulan saja kondisi yang terjadi di pasar sesuai dengan yang diharapkan bank sehingga risiko tersebut tidak menjadi kenyataan.
Sebagai penutup, saya analogikan bahwa antara bisnis dan menajemen risiko sama halnya ibarat anda sedang berkendara untuk mencapai tujuan kesuatu tempat. Bisnis ibarat GAS, dan Manajemen Risiko ibarat REM. Tentu, jikalau anda lebih banyak nge-rem dan gas sedikit-sedikit saja maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kawasan tujuan tersebut akan lama. Sebaliknya, anda sanggup tancap gas sekencang-kencangnya dan jarang nge-rem semoga lebih cepat hingga ke tujuan, namun hal tersebut berarti anda harus siap mendapatkan konsekuensi jikalau ternyata terdapat hal-hal yang tidak anda prediksikan sebelumnya terjadi, dan sanggup menawarkan imbas merugikan atau bahkan menciptakan anda tidak pernah hingga ke kawasan tujuan. Anda harus sanggup menyesuaikan antara gas dan rem, kapan harus nge-gas, (seberapa kencang) dan kapan harus nge-rem.
Pada postingan selanjutnya, saya akan menguraikan wacana Risiko dan Jenis-Jenis Risiko. Ditunggu ya…
Semoga bermanfaat
Sumber http://belajarperbankangratis.blogspot.com
0 Response to "Latar Belakang Penerapan Administrasi Risiko"
Posting Komentar