Wawasan Wacana Filsafat Pendidikan
WAWASAN TENTANG FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Pengertian
1. Secara Terminologi
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Kaprikornus bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf yaitu pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
2. Beberapa Defenisi
Filsafat pendidikan yaitu filsafat terapan yang menilik hakikat pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara, dan hasilnya. Selain itu filsafat pendidikan menilik hakikat pendidikan yang bersangkut paut dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaannya. Filsafat pendidikan yaitu kegiatan pemikiran yang teratur yang menimbulkan filsafat sebagai medianya untuk menyusun, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Dengan demikian secara sederhana filsafat pendidikan juga berarti suatu pemikiran secara mendalam dan sistematis perihal masalah-masalah pendidikan. Dalam makna lain filsafat pendidikan yaitu falsifikasi pendidikan, baik dalam makna teoritis konseptual maupun makna mudah pragmatis yang menggejala.
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam lapangan pendidikan. Seperti halnya filsafat, filsafat pendidikan sanggup dikatakan spekulatif, preskriptif, dan analitik. Filsafat pendidikan sanggup dikatakan spekulatif lantaran berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, hakikat masyarakat, hakikat dunia, yang sangat bermanfaat dalamn menafsirkan data-data sebagai hasil penelitian sains yang berbeda.
Filsafat pendidikan dikatakan prespektif apabila filsafat pendidikan memilih tujuan-tujuan yang harus diikuti dan dicapainya, serta memilih cara-cara yang sempurna dan benar untuk digunakan dalam mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional yang tertian dalam UUSPN No.20 Tahun 2003 merupakan pendidikan preskriptif, alasannya yaitu memilih tujuan atau sasaran pendidikan yang hendak dicapai. Filsafat pendidikan preskriptif ini sejalan dengan pendapat Ali Khalil Abu ‘Ainaini yang mendefinisakan filsafat pendidikan sebagai kegiatan-kegiatan pemikiran yang sistematis, diambil dari sistem filsafat sebagai cara untuk mengatur dan menrangkan nilai-nilai tujuan pendidikan yang akan dicapai (direalisasikan).
Filsafat pendidikan dikatakan analitik apabila filsafat pendidikan menelaskan pertanyaan-pertanyaan spekulatif dan preskriptif. Dengan kata lain, filsafat pendidikan analitik mencoba menguji secara rasional perihal keabsahan dan kekonsistenan suatu wangsit atau gagasan ihwal pendidikan. Contonya menguji dari sudut pandang filsafat perihal konsep pendidikan seumur hidup, pendidikan luar sekolah, dan sebagainya. Dengan demikian, filsafat pendidikan mengarahkan insan menjalankan tugas-tugasnya dalam merealisasikan pendidikan.
B. Pendekatan Individualistik
1. Kontroversi yang dilematis
Dalam pemikiran aksiologi sering muncul pandangan kontroversial bahkan dilematis dalam pengembangan ilmu. Hal tersebut terjadi dalam kasus-kasus pemikiran ilmu belakangan ini yaitu Aksiologi yaitu filsafat nilai. Aspek nilai ini ada kaitannya dengan kategori: (1) baik dan buruk; serta (2) indah dan jelek. Kategori nilai yang pertama di bawah kajian filsafat tingkah laris atau disebut etika, sedang kategori kedua merupakan objek kajian filsafat keindahan atau estetika.
Ilmu tidak saja menjelaskan gejala-gejala alam untuk pengertian dan pemahaman. Namun lebih jauh lagi bertujuan memanipulasi factor-faktor yang terkait dalam gejal;a tersebut untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Misal, ilmu berbagi teknologi untuk mencegah banjir. Bertrand Russell menyebut perkembangan ini sebagi peralihan ilmu dari tahap kontemplasi ke manipulasi. Dalam tahap manipulasi inilah maka persoalan moral muncul kembali namun dalam kaitan dengan factor lain. Kalau dalam tahap kontemplasi persoalan moral bersangkutan dengan metafisika keilmuan maka dalam tahap manipulasi ini berkaitan dengan persoalan cara penggunaan pengetahuan ilmiah atau secara filsafat sanggup dikatakan, dalam tahap pengmbangan konsep terdapat persoalan moral yang di tinjau dari segi ontology keilmuan sedangkan dalam tahap pengembangan konsep terdapat persoalan moral ditinjau dari segi aksiologi keilmuan.
2. Misteri kehidupan
Filsafat insan perlu dipelajari lantaran insan mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk menilik dan menganalisis sesuatu secara mendalam. Manusia berpikir dan menganalisa banyak hal.[1] Pada suatu titik insan akan hingga kepada ketika di mana ia akan bertanya mengenai arti keberadaannya sendiri sebagai manusia. Dengan demikian filsafat insan mengantar insan untuk menyelami kehidupannya sendiri, dan sangat mungkin menerima pencerahan mengenai menjadi insan yang lebih utuh. Dalam sejarah, insan selalu berusaha memecahkan permasalahan pokok perihal makna dan eksistensinya yang selalu sulit memperoleh jawaban. Filsafat insan ada untuk mendorong insan mencari hakikatnya
3. Karakteristik biologis manusia
Setiap individu mempunyai karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang dipengaruhi oleh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dibawa semenjak ia lahir baik yang bekerjasama dengan faktor biologis maupun sosial psikologis. Keyakinan masa kemudian menyampaikan bahwa kepribadian terbawa pembawaan dan lingkungan; merupakan dua faktor yang terbentuk lantaran dua faktor yang terpisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan caranya masing-masing. Namun sehabis disadari bahwa apa yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang atau apa yang dirasakan oleh siapapun merupakan hasil dari perpaduan dari apa yang ada di antara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan imbas lingkungan.
Seorang anak memulai pendidikan formalnya di tingkat Taman Kanak-kanak kira-kira pada usia 4-6 tahun. Tanpa memperdulikan berapa umur anak, karakteristik pribadi dan kebiasaan-kebiasaan yang dibawa ke sekolah kesannya terbentuk oleh imbas lingkungan dan hal itu tampak sebagai imbas penting terhadap keberhasilannya di sekolah dan masa perkembangan hidupnya di kemudian hari. Nature dan nurture merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Karakteristik yang bekerjasama dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedang karakteristik yang berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Seorang bayi merupakan pertemuan antara dua garis keluarga, yaitu keluarga ayah dan ibu. Saat terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang gres itu secara berkesinambungan dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan yang membantu berbagi potensi-potensi biologis demi terbentuknya tingkah laris insan yang dibawa semenjak lahir. Hal tersebut bisa membentuk teladan karakteristik tingkah laris yang sanggup mewujudkan seseorang sebagai individu yang berkarakteristik bebrbeda dengan individu-individu yang lainnya.
Daftar pustaka :
Wowo Sunaryo Kuswana (2013). Filsafat Pendidikan Teknologi, Vokasi dan Kejuruan. Bandung: Alfabeta.
Pendekatan Sosialitik
1. Kemampuan insan untuk mencar ilmu dari pengalaman orang lain
Pendidikan berfungsi sebagai pembaharuan hidup, “a renewal of life”. Hidup itu selalu berubah, selalu menuju pada pembaharuan.hidup merupakan keseluruhan tingkatan pengalaman individu dengan kelompok. Untuk kelangsungan hidup diperlikan perjuangan untuk mendidik anggota masyarakat, mereka akan berusaha memenuhi kebutuhan sebagai minat pribadi (personal interest). Bahwa pembaharuan hidup tidak otomatis, melainkan banyak tergantung pada teknologi, seni, ilmu pengetahuan, dan perwujudan moral kemanusiaan. Untuk itulah semuanya membutuhkan pendidikan.
2. Jenis pendidikan dilihat dari sifatnya
A. Menurut Besaranya atau segi ruang lingkup
- Perncanaan Makro
Perencanaan makro yaitu perencanaan yang memutuskan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara mencapai tujuan itu pada tingkat nasional. Rencana pembanguna nasional remaja ini meliputi planning dalam bidang ekonomi dan social. Dipandang dari sudut perencanaan makro, tujuan yang harus dicapai Negara (khususnya dalam bidang peningkatan SDM) yaitu pengembangan system pendidikan untuk menghasilkan tenaga pembangunan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif pendidikan harus menghasilkan tenaga yang cukup banyak sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Sedangkan secara kualitatif harus sanggup menghasilkan tenaga pembangunan yang terampil sesuai dengan bidangnya dan mempunyai jiwa pancasila.
- Perencanaan meso
Kebijaksanaan yang telah ditetapkan pada tingkat makro, kemudian dijabarkan kedalam program-program yang bersekala kecil.pada tingkatamnya perencanaan sudah lebih bersifat operasional diubahsuaikan dengan depertem,en dan unit-unit
- Perencanaan mikro
Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan pada tingkat instituisional dan merupakan penjabran dari perencanaan tingkat mesokhususan dari forum mendpatkan perhatian, namun dihentikan bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam perencanaan makro ataupun meso.
B. berdasarkan tingkatannya
1. perencanaan strategic
Perencanaan strategic disebut juga dengan perencanaan jangka panjang. Strategi itu berdasarkan R.G. Muurd1ck diartikan sebagai konfigurasi perihal hasil yang diharapkantercapai pada masa depan. Bentuk konfigurasi terungkap berdasarkan:
1. Ruang lingkup
2. Hasil persaingan
3. Target
4. Penataan sumber-sumber
Perencanaan strategic digunakan untuk menyampaikan suatu lingkup perencanaan yang lebih “general” disamping adanya beberapa jenis perencanaan lain yang disebut stainer. Pengertian perencanaan strategic yaitu proses pendayagunaan sumber-sumber dan taktik yang mengatur pengadaan dan pendayagunaan sumber untuk pencapain tujuan .
Hal tersebut bertujuan untuk mencari bentuk dan identitas pada masa yang akan tiba dengan mempertimbangkan aneka macam kompleks dalam suatu system. Berdasarkan hal diatas, metode penelaah dan pemecahan persoalan didasarkan atas kerangka ini mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut:
1. Sistematik dan sistemik
2. Berorientasi pada output dan konfigurasi keinginan
3. Mempunyai tujuan menyeluruh
4. Berdimensi jangka panjang, menengah, dan pendek
5. Menerapkan metode keilmuan analisi teoretik dan empiric dengan acara pengembangan.
6. Rencana operasional terjabar kedalam proyek dan program
7. Berlandaskan kebijakan
8. Memperhitungkan norma dan kaidah
9. Mempunyai teladan input, proses, output dengan informasi umpan balik.
2. perencanaan koordinatif
Perencanaan koordinatif ditunjukan untuk mengarahkan jalannya pelaksanaan, sehingga tujuan yang telah ditetapkan itu sanggup tercapai secara efektif dan efisien. Perencanaan ini mempunyai cangkupan semua aspek operasi suatu system yang meminta di taatinya kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkanpada tingkat perencanaan strategic.
Sedangkan ada pendapat lain yang menyimpulkan yang hampir sama dengan pengertian diatas yaitu berdasarkan dalam buku system informasi manajemen dan perencanaan pembangunan pendidikan yang disusun Idocdi Anwar, dkk yang dikutip dari H. Ozbehkan (D. Cleland & W.R king. 1975, Hal, 31) mengemukaka tiga jenis perencanaan, yaitu: “polici planning. Strategic planning dan operational planning.
1. Perencanaan strategis aneka macam upaya untuk mempersiapkan seperangkat desisi dimasa yang akan tiba yang mempengaruhi keseluruhan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu organisasi
2. Perencanaan taktis yaitu sebagai upaya dalam mempersiapkan aneka macam desisi untuk kegiatan-kegiatan jangka pendek terutama dalam mengalokasi aneka macam sumber yang diharapkan dalam pencapaian tujuan
3. Perencanaan teknis yaitu proses upaya untuk mempersiapkanberbagai desisi untuk dilaksanakan terutama dalam jangka waktu yang pendek dan untuk pelaksanaan tugas-tugas yang spesifik dalam rangka pencapaian tujuan yang sudah niscaya (target-target)
C. berdasarkan jangka waktunya
1. perencanaan jangka pendek
Perencanaan jangka pendek yaitu perencanaan tahunan atau perencanaan yang dibentuk untuk dilaksanakan dalam waktu kurang dari 5 tahun, sering disebut sebagai rewncana operasional. Perencanaan ini merupakan penjkabaran dari planning jangka menengah dan jangka panjang.
2. perencanaan jangka menengah
Perencanaan jangka menengah meliputi kurun waktu diatas 5-10 tahun. Perencanaan ini klasifikasi dari planning jangka panjang, tetapi sudah lebih bersifat operasional.
3. Perencanaan jangka panjang
Perencanaan jangka panjang meliputi cakupan waktu diatas 10 tahun hingga dengan 25 tahun. Perencanaan ini mempunyai jangka menengah, lebih-lebih lagi jikalau dibandingkan dengan perencanaan jangkla pendek. Dengan demikian perencanaan tahunan bukan hanya sekedar pembabakan dari planning 5 tahun, tetapi merupakan penyempurnaan dari planning itu sendiri.
D. Jenis perencanaan berdasarkan sifatnya
Jenis perencanaan berdasarkan sifat dibagi atas :
1. Perencanaan Strategik, perencanaan yang bekerjasama dengan proses penetapan tujuan , pengalokasian sumber – sumber untuk mencapai tujuan dan kebijakan – kebijakan yang digunakan sebagai pedoman untuk memperoleh, memakai atau menghilangkan hal – hal tersebut. Perencanaan strategis cenderung dipusatkan pada persoalan – persoalan yang tidak begitu terstruktur yang melibatkan variable – variable yang jumlahnya banyak dan parameter yang tidak pasti.
1. Perencanaan Manajerial, perencanaan yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya pelaksanaan, sehingga tujuan yang telah ditetapkan sanggup dicapai secara efektif dan efisien.
2. Perencanaan Operasional, yang memusatkan perhatian pada apa yang akan dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan dari suatu planning manajerial.
Jenis perencanaan berdasarkan sektor dibagi atas :
Perencanaan Nasional, proses penyusunan perencanaan berskala nasional sebagai konsensus dan janji seluruh rakyat yang terarah, terpadu, menyeluruh untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.
Jenis perencanaan berdasarkan sektor dibagi atas :
Perencanaan Nasional, proses penyusunan perencanaan berskala nasional sebagai konsensus dan janji seluruh rakyat yang terarah, terpadu, menyeluruh untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.
3. Perencanaan Regional, yang juga disebut dengan perencanaan daerah atau wilayah, diantaranya Propeda dan perencanaan pendidikan di tingkat propinsi, kabupaten /kota.
4. Perencanaan Tata Ruang, perencanaan yang mengupayakan pemanfaatan fungsi tempat tertentu, berbagi secara seimbang , baik secara ekologis, geografis maupun demografis.
3.Pendidikan dan kemajuan social
Pendidikan dan kemajuan social itu sendiri merupakan ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara dalam pengendalian proses pendidikan semoga nantinya memperoleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Berikut ini beberapa tujuan dari sosiologi pendidikan:
Francis Brown mengemukakan bahwa "Sosiologi pendidikan memperhatikan imbas keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memperoleh dan mengorganisasikan pengalamannya".
L.A. Cook mengutamakan fungsi forum pendidikan dalam masyarakat dan menganalisis kekerabatan sosial antara sekolah dengan aneka macam aspek masyarakat, misalnya: penyelidikan perihal kekerabatan antara masyarakat pedesaan dengan sekolah rendah dan menengah atau meneliti fungsi sekolah bekerjasama dengan struktur sosial dalam lingkungan masyarakat tertentu.
Disini diusahakan menganalisis pola-pola interaksi sosial dan peranan sosial dalam masyarakat sekolah dan kekerabatan orang-orang didalam sekolah dengan kelompok-kelompok diluar sekolah.
Pendidikan dianggap sebagai tubuh yang sanggup memperbaiki masyarakat dimana pendidikan sebagai alat untuk mencapai kemajuan sosial. Sekolah sanggup dijadikan alat kontrol sosial yang membawa kebudayaan ke puncak yang setinggi-tingginya.
Sejumlah jago memandang bahwa sosiologi pendidikan sebagai alat untuk menganalisis tujuan pendidikan secara objektif dimana mencoba mencapai suatu filsafat pendidikan berdasarkan analisis masyarakat dan kebutuhan manusia.
Para jago sosiologi pendidikan memakai segala sesuatu yang diketahui dalam bidang sosiologi dan pendidikan kemudian memadukannya kedalam suatu ilmu gres dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi kepada seluruh proses pendidikan.
Sosiologi sanggup memperlihatkan pemberian yang berharga dalam menganalisis pendidikan, untuk memahami kekerabatan antar insan didalam sekolah dan struktur masyarakat tempat sekolah itu beroperasi. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah-masalah sosial dalam pendidikan melainkan juga tujuan pendidikan, materi kurikulum, pokok-pokok praktis, etis dan sebagainya.
Daftar pustaka
Drs.Ali Saifullah H.A, Antara Filsafat dan Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1977.
Uyoh Sadullo, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: PT. Media Iptek, 1994.
Hasan Langgulung, 1986. Manusia dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka Al-Husna Ismaun, 2001.
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan, Malang: Usaha Nasional, 1980.
TUGAS RESUME
FILSAFAT PENDIDIKAN
NAMA : CUT MUTIA
NIM : 14023085
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
TUGAS RESUME
FILSAFAT PENDIDIKAN
NAMA : CUT MUTIA
NIM : 14023085
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
TUGAS RESUME
ADMINISTRASI DAN SUPERVISI
PENDIDIKAN
NAMA : CUT MUTIA
NIM : 14023085
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
A. Pengertian Administasi PTK
pendidik yaitu orang yang mendidik. Pengertian ini memperlihatkan kesan, bahwa pendidik yaitu orang yang melaksanakan kegiatan dalam bidang mendidik.
Sedangkan Tenaga Kependidikan yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang Penyelenggaraan Pendidikan. Yang termasuk ke dalam tenaga kependidikan adalah: kepala satuan pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.
Administrasi PTK merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan di usahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta training secara kontinyu pera pegawai di sekolah, sehingga mereka sanggup membantu/ menunjang kegiatan-kegiatan sekolah (khususnya PBM) secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah di tetapkan
B. Proses Administrasi PTK
n TAHAP 1. PERENCANAAN
Apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan dilakukan
n TAHAP 2. PELAKSANAAN TINDAKAN
Pelaksanaan sesuai rencana
n TAHAP 3. PENGAMATAN
Dilakukan bersamaan dengan tindakan
n TAHAP 4. REFLEKSI
Kegiatan mengemukakan implementasi planning tindakan
C. Kesejahteraan PTK
Hak utama pendidik yang harus memperoleh perhatian dalam kebijakan pemerintah yaitu hak untuk memperoleh penghasilan dan kesejahteraan dengan standar upah yang layak, bukan 'upah minimum'. Kebijakan "upah minimum" boleh jadi telah mengakibatkan pegawai bermental kuli, bukan pegawai yang mengejar prestasi. Itulah sebabnya, maka langkah pertama peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yaitu memperlihatkan kesejahteraan guru dengan honor yang layak untuk kehidupannya.
System penggajian banyak yang berbeda tetapi dari salah satu tumpuan saya terima bahwa penggajian itu prosesnya
• Pendidikan (40 %)
• Pengalaman kerja (20%)
• Masa kerja(20%)
• Tambahan kiprah (10%)
• Faktor lain (10%)
System penghargaannya :
• MATERIIL
• Gaji / Honor
• Transport
• Insentif
• Tunjangan lain
• Asuransi
• NON MATERIIL
• Pemberian penghargaan atas prestasi
• Peningkatan kualifikasi dan kompetensi
• Pengakuan dari pemerintah/masyarakat
D. Cuti PTK
cuti untuk PTK kini ini diadakan sebagai mana untuk yang akan melnjutkan studi diluar negeri dan ada kiprah lain.
Disini PTK Yang dimaksud dengan Tugas Belajar dan Ijin Belajar bagi PNS/Non-PNS yaitu sebagai berikut:
- Tugas mencar ilmu yaitu mengikuti Sekolah Formal untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan biaya ditanggung oleh Negara
- Ijin mencar ilmu yaitu mengikuti sekolah formal untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan biaya sendiri dilakukan di luar jam kantor yang tidak mengganggu kiprah pekerjaan sehari-hari
- Pemberian Tugas Belajar/Ijin Belajar bagi PNS harus memenuhi ketentuan yang telah ditentukan sesuai dengan surat keputusan
Daftar Pustaka
- Depdikbud. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research ). Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
- Fasli Jalal (2006). Peningkatan Mutu Pendidikan. (Seminar Nasional Pendidikan). Jakarta
- Hardjodipuro, S. (1997). Action Research. Jakarta: IKIP Jakarta.
- Ishaq, M. F(1997). Action Research. Malang: Depdiknas.
- Mukhlis, A. (2001). Penelitian Tindakan Kelas, Konsep Dasar dan Langkah – langkah. Surabaya: Unesa.
- Rochiati Wiriatmadja, (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas, UPI Bandung dan Rosda
- Supriyadi, (2005), Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Jakarta: Universitas Negeri Jakarta
- Susilo, H. (2003). “Konsep dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi Guru dan Dosen MIPA.” Makalah Seminar Exchange Experience dan Workshop Pembelajaran MIPA Konstektual Menyongsong Implementasi KBK di Malang tanggal 9 – 12 Juli 2003.
- Tim Pelatih Proyek GSM. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
- Tim PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek PGSM, Dikti.
Daftar Isi
I. Peta konsep …………………………………………………….
II. Penjelasan Materi Pada Peta konsep
a. Pengertian Administrasi PTK……………………………………
b. Proses manajemen PTK ………………………………………..
( Pengadaan, penempatan, orientasi)
( Pengadaan, penempatan, orientasi)
c. Kesejahteraan PTK ……………………………………………..
( gaji, tunjangan, penempatan)
( gaji, tunjangan, penempatan)
d. Cuti PTK…………………………………………………………..
III. Daftar Pustaka
Sumber http://suaraibs.blogspot.com
0 Response to "Wawasan Wacana Filsafat Pendidikan"
Posting Komentar