Rpp Mikro Teaching
TUGAS
MIKRO TEACHING
“RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN”
ALDETA YULFA SARI
1301122/2013
DOSEN MATA KULIAH : Drs. Syahrel, M.pd
JURUSAN PENDIDIKAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SATUAN PENDIDIKAN : SMP
MATA PELAJARAN : Seni Budaya
KELAS/SEMESTER : VII/I
ALOKASI WAKTU : 2 x 40
- KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI INTI (KELAS VII) | KOMPETENSI DASAR |
Mengapresiasikan karya seni musik daerah Irian Jaya Yamko Rambe Yamko | 1.1 Mengenal jenis lagu daerah Irian Jaya “Yamko Rambe Yamko” 1.2 Mengidentifikasi lagu yamko rambe yamko. 1.3 Mengidentifikasi elemen-elemen musik; irama, tempo, nada, dinamika, dari lagu Yamko Rambe Yamko. 1.4 Menampilkan perilaku apresiatif terhadap lagu daerah irian jaya Yamko Rambe Yamko |
B. INDIKATOR
- Mengidentifikasi lagu daerah setempat Irian Jaya.
- Menuliskan arti, pesan serta makna dari lagu Yamko Rambe Yamko.
- Memberi apresiasi terhadap lagu Yamko Rambe Yamko.
- Menyusun notasi, irama, tempo, dan dinamik lagu Yamko Rambe Yamko.
-
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada final pembelajaran siswa sanggup :
1. Menyebutkan lagu etnik daerah setempat.
2. Menyebutkan elemen-elemen musik, irama, warna, tempo, nada, dinamika lagu Yamko Rambe Yamko.
3. Menjelaskan makna lagu jenis musik daerah “Yamko Rambe Yamko”
4. Menyajikan lagu etnik daerah Irian Jaya, lagu “Yamko Rambe Yamko”
D. MATERI AJAR
Musik Daerah dan jenis lagu daerah Irian Jaya “Yamko Rambe Yamko”
E. METODE PEMBELAJARAN
Model pendekatan CTL dan Life skill
F. LANGKAH - LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Kegiatan pendahuluan
Tanya jawab wawasan siswa ihwal bahan yang akan diajarkan.
Guru menawarkan pertanyaan mengenai seberapa besar wawasan siswa mengenai lagu Yamko Rambe Yamko.
2. Kegiatan inti
· Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru :
ü Menjelaskan makna lagu jenis musik daerah setempat.
ü Melibatkan penerima didik mencari informasi yang luas dalam topik/tema bahan yang akan dipelajari.
ü Menggunakan bermacam-macam pendekatan pembelajaran , media pembelajaran, dan sumber berguru lain.
ü Memfasilitasi terjadinya interaksi antar penerima didik serta antara penerima didik dengan guru, lingkungan dan sumber berguru lainnya.
ü Melibatkan penerima didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran
ü Memfasilitasi penerima didik melaksanakan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
· Elaborasi
Dalam kegiatan elabotasi guru :
ü Membiasakan penerima didik membaca dan menulis bermacam-macam lagu melalui tugas-tugas yang bermakna.
ü Memfasilita siswa dengan menawarkan tugas, diskusi dan lainnya.
ü Mendengarkan lagu “yamko rambe yamko” melalui VCD/CD.
ü Mendiskusikan mengenai elemen-elemen musik irama, tempo nada daerah setempat.
ü Melakukan tanya jawab mengenai lagu yang diperdengarkan.
ü Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisa, menuntaskan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
ü Memanfaatkan penerima didik melakukan, festival, serta produk yang dihasilkan.
· Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi guru :
ü Memberikan umpan balik konkret dan penguatan dalam bentuk verbal , tulisan, isyarat, maupun hadiah, terhadap keberhasilan penerima didik.
ü Memberi konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan klarifikasi terperinci penerima didik melalui banyak sekali sumber.
ü Memfasilitasi penerima didik melaksanakan refleksi untuk memperoleh pengalam berguru yang telah dilakukan.
ü Memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dengan mencapai kompetensi dasar.
3. Kegiatan penutup
Dalam kegiatan epilog :
ü Bersama sama dengan penerima didik atau sendiri menciptakan rangkuman / kesimpulan pelajaran.
ü Melakukan evaluasi dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah di laksanakan secara konsisten dan terprogram.
ü Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
ü Merencanakan kegiatan tindaklanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, acara pengayaan, layanan konseling dan/atau menawarkan kiprah baik individu maupun kelompok sesuai dengan hasil berguru penerima didik.
G. ALAT/ SUMBER BELAJAR
- Buku “seni budaya”
- Lagu daerah “yamko rambe yamko”
- VCD/ CD/ kaset
H. EVALUASI PEMBELAJARAN
- Tugas
- Portofolio : lembar pengamatan, autentik
- Praktek
Pertanyaan :
1. Bagaimana pendapatmu ihwal lagu Yamko Rambe Yamko yang diperdengarkan!
2. Buatlah notasi balok lagu Yamko Rambe Yamko!
Jawaban :
1. Lagu Yamko Rambe Yamko ialah lagu yang bertemakan ihwal peperangan. Walaupun tempo lagunya cepat dan terkesan riang, bergotong-royong makna dari lagu ini cukup menyedihkan.
Lagu ini menceritakan tentang sebuah pertikaian yang terjadi di dalam negeri. Di dalam lagu ini, pelantun lagu ingin menjadi bunga bangsa. Bunga bangsa yang dimaksud adalah pahlawan yang rela berkorban, bahkan hingga mati, untuk mempertahankan negara Indonesia ini dari para penjajah.
2.
Mengetahui Padang, 25 Mei 2016
Dosen Mata Kuliah Mahasiswa
Drs. Syahrel M.Pd Aldeta Yulfa Sari
NIP. 19521025 198109 1 011 NIM. 1301122
LAMPIRAN 1 (MATERI AJAR)
1. Letak geografis daerah irian jaya
Papua Barat (sebelumnya Irian Jaya Barat disingkat Irjabar) ialah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian barat Pulau Papua. Ibukotanya ialah Manokwari. Nama provinsi ini sebelumnya ialah Irian Jaya Barat yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 18 April 2007, nama provinsi ini diubah menjadi Papua Barat. Papua Barat dan Papua merupakan provinsi yang memperoleh status otonomi khusus.
Wilayah provinsi ini meliputi daerah kepala burung pulau Papua dan kepulauan-kepulauan di sekelilingnya. Di sebelah utara, provinsi ini dibatasi oleh Samudra Pasifik, potongan barat berbatasan dengan provinsi Maluku Utara dan provinsi Maluku, potongan timur dibatasi oleh Teluk Cenderawasih, selatan dengan Laut Seram dan tenggara berbatasan dengan provinsi Papua. Batas Papua Barat hampir sama dengan batas Afdeling ("bagian") West Nieuw-Guinea ("Guinea Baru Barat") di masa Hindia Belanda.
Provinsi Papua Barat ini meski telah dijadikan provinsi tersendiri, namun tetap menerima perlakuan khusus sebagaimana provinsi induknya. Provinsi ini juga telah mempunyai KPUD sendiri dan menyelenggarakan pemilu untuk pertama kalinya pada tanggal 5 April 2004.
Provinsi ini mempunyai potensi yang luar biasa, baik itu pertanian, pertambangan, hasil hutan maupun pariwisata. Mutiara dan rumput maritim dihasilkan di kabupaten Raja Ampat sedangkan satu-satunya industri tradisional tenun ikat yang disebut kain Timor dihasilkan di kabupaten Sorong Selatan. Sirup pala harum sanggup diperoleh di kabupaten Fak-Fak serta bermacam-macam potensi lainnya. Selain itu wisata alam juga menjadi salah satu andalan Irian Jaya Barat, mirip Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang berlokasi di kabupaten Teluk Wondama. Taman Nasional ini membentang dari timur Semenanjung Kwatisore hingga utara Pulau Rumberpon dengan panjang garis pantai 500 km, luas darat mencapai 68.200 ha, luas maritim 1.385.300 ha dengan rincian 80.000 ha daerah terumbu karang dan 12.400 ha lautan.
Disamping itu baru-baru ini, ditemukan sebuah gua yang diklaim sebagai gua terdalam di dunia oleh tim ekspedisi speologi Perancis di daerah Pegunungan Lina, Kampung Irameba, Distrik Anggi, Kabupaten Manokwari. Gua ini diperkirakan mencapai kedalaman 2000 meter. Kawasan pegunungan di Papua Barat masih menyimpan misteri kekayaan alam yang perlu diungkap.
Papua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di potongan tengah pulau papua atau potongan paling timur West New Guinea(irian jaya). Belahan timurnya merupakan negara papua nugini atau East New Guinea. Provinsi Papua dulu meliputi seluruh wilayah papua potongan barat, sehingga sering disebut sebagai Papua Barat terutama oleh organisasi papua merdeka (OPM), gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri. Pada masa pemerintahan kolonial hindia belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah berada bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh soeharto pada ketika meresmikan tambang tembaga dan emas freeport, nama yang tetap dipakai secara resmi hingga tahun 2002.
Nama provinsi ini diganti menjadi Papua sesuai UU No. 21 Tahun 2001 ihwal otonomi khuhus daerah Pada tahun 2003, disertai oleh banyak sekali protes (penggabungan Papua Tengah dan Papua Timur), Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia; potongan timur tetap menggunakan nama Papua sedangkan potongan baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (setahun kemudian menjadi papua barat). Bagian timur inilah yang menjadi wilayah Provinsi Papua pada ketika ini.
Keadaan Sosial Budaya
Sudah semenjak usang ujung barat maritim Irian dan seluruh pantai utara penduduknya dipengaruhi oleh penduduk dari kepulauan Maluku (Ambon, Ternate, Tidore, Seram dan Key), maka ialah tidak mengherankan apabila suku-suku bangsa disepanjang pesisir pantai (Fak-Fak, Sorong, Manokwari dan Teluk Cenderawasih) lebih pantas digolongkan sebagai Ras Melanesia dari pada Ras Papua. Zending atau misi kristen protestan dari Jerman (Ottow & Geissler) tiba di pulau Mansinam Manokwari 5 Februari 1855 untuk selanjutnya membuatkan fatwa agama disepanjang pesisir pantai utara Irian. Pada tanggal 5 Februari 1935, tercatat lebih dari 50.000 orang menganut agama kristen protestan.
Pada tahun 1898 pemerintah Hindia Belanda membuka Pos Pemerintahan pertama di Fak-Fak dan Manokwari dan dilanjutkan dengan membuka pos pemerintah di Merauke pada tahun 1902. Dari Merauke kegiatan keagamaan misi katholik dimulai dan pada umumnya disepanjang pantai selatan Irian. Pada tahun 1933 tercatat sebanyak 7.100 orang pemeluk agama katholik. Pendidikan dasar sebagian besar diselenggarakan oleh kedua misi keagamaan tersebut, dimana guru sekolah dan guru agama umumnya berasal dari Indonesia Timur (Ambon, Ternate, Tidore, Seram, Key, Manado, Sanger-Talaud, dan Timor), dimana pelajaran diberikan dalam bahasa Melayu. Pembagian kedua kelompok agama tersebut kelihatannya identik dengan keadaan di Negeri Belanda dimana Katolik Protestan di Utara dan Katolik Katholik di Selatan.
Pendidikan menerima jatah yang cukup besar dalam anggaran pemerintah Belanda, pada tahun-tahun terakhir masa penjajahan, anggaran pendidikan ini mencapai 11% dari seluruh pengeluaran tahun 1961. Akan tetapi pendidikan tidak diubahsuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja disektor perekonomian modern, dan yang lebih diutamakan ialah nilai-nilai Belanda dan agama Kristen. Pada final tahun 1961 planning pendidikan diarahkan kepada perjuangan peningkatan keterampilan, tetapi lebih diutamakan pendidikan untuk kemajuan rohani dan kemasyarakatan. Walaupun bahasa "Melayu" dijadikan sebagai bahasa "Franca" (Lingua Franca), bahasa Belanda tetap diajarkan sebagai bahasa wajib mulai dari sekolah dasar, bahasa-bahasa Inggris, Jerman dan Perancis merupakan bahasa kedua yang mulai diajarkan di sekolah lanjutan.
Pada tahun 1950-an pendidikan dasar terus dilakukan oleh kedua misi keagamaan tersebut. Tercatat bahwa pada tahun 1961 terdapat 496 sekolah misi tanpa subsidi dengan kurang lebih 20.000 murid. Sekolah Dasar yang bersubsidi sebanyak 776 dengan jumlah murid pada tahun 1961 sebanyak kurang lebih 45.000 murid, dan seluruhnya ditangani oleh misi, dan pelajaran agama merupakan mata pelajaran wajib dalam hal ini. Pada tahun 1961 tercatat 1.000 murid berguru di sekolah menengah pertama, 95 orang Irian Belajar diluar negeri yaitu Belanda, Port Moresby, dan Australia dimana ada yang masuk Perguruan Tinggi serta ada yang masuk Sekolah Pertanian maupun Sekolah Perawat Kesehatan (misalnya pada Nederland Nasional Institut for Tropica Agriculture dan Papua Medical College di Port Moresby) Walaupun Belanda harus mengeluarkan anggaran yang besar untuk menbangun Irian Barat, namun relasi antara kota dan desa atau kampung tetap terbatas. Hubungan maritim dan luar negeri dilakukan oleh perusahaan Koninklijk Paketvaart Maatschappij (KPM) yang menghubungkan kota-kota Hollandia, Biak, Manokwari, Sorong, Fak-Fak, dan Merauke, Singapura, Negeri Belanda. Selain itu ada kapal-kapal kecil milik pemerintah untuk keperluan kiprah pemerintahan. Belanda juga membuka 17 kantor POS dan telekomunikasi yang melayani antar kota. Terdapat sebuah telepon radio yang sanggup menghubungi Hollandia-Amsterdam melalui Biak, juga ditiap kota terdapat telepon. Terdapat perusahaan penerbangan Nederland Nieuw Guinea Luchvaart Maatschappij (NNGLM) yang menyelenggarakan penerbangan-penerbangan secara teratur antara Hollandia, Biak, Manokwari, Sorong, Merauke, dan Jayawijaya dengan pesawat DC-3, kemudian disusul oleh perusahaan penerbangan Kroonduif dan Koniklijk Luchvaart Maatschappij (KLM) untuk penerbangan luar negeri dari Biak.
Sejak tahun 1950 lapangan terbang Biak menjadi lapangan Internasional. Selain penerbangan tersebut, masih terdapat juga penerbangan yang diselenggarakan oleh misi protestan yang berjulukan Mission Aviation Fellowship (MAF) dan penerbangan yang diselenggarakan oleh misi Katholik yang berjulukan Associated Mission Aviation (AMA) yang melayani penerbangan ke pos-pos penginjilan di daerah pedalaman. Jalan-jalan terdapat disekitar kota besar yaitu di Hollandia 140 Km, Biak 135 Km, Manokwari 105 Km, Sorong 120 Km, Fak-Fak 5 Km, dan Merauke 70 Km.
Mengenai kebudayaan penduduk atau kultur masyarakat di Irian Barat sanggup dikatakan beraneka ragam, beberapa suku mempunyai kebudayaan yang cukup tinggi dan mengagumkan yaitu suku-suku di Pantai Selatan Irian yang sekarang lebih dikenal dengan suku "ASMAT" kelompok suku ini terkenal lantaran mempunyai kehebatan dari segi ukir dan tari. Budaya penduduk Irian yang beraneka ragam itu sanggup ditandai oleh jumlah bahasa lokal khususnya di Irian Barat. Berdasarkan hasil penelitian dari suami-isteri Barr dari Summer Institute of Linguistics (SIL) pada tahun 1978 ada 224 bahasa lokal di Irian Barat, dimana jumlah itu akan terus meningkat mengingat penelitian ini masih terus dilakukan. Bahasa di Irian Barat digolongkan kedalam kelompok bahasa Melanesia dan diklasifikasikan dalam 31 kelompok bahasa yaitu:
Tobati, Kuime, Sewan, Kauwerawet, Pauwi, Ambai, Turu, Wondama, Roon, Hatam, Arfak, Karon, Kapaur, Waoisiran, Mimika, Kapauku, Moni, Ingkipulu, Pesechem, Teliformin, Awin, Mandobo, Auyu, Sohur, Boazi, Klader, Komoron, Jap, Marind-Anim, Jenan, dan Serki. Jumlah pemakai bahasa tersebut diatas sangat bervariasi mulai dari puluhan orang hingga puluhan ribu orang.
Secara tradisional, tipe pemukiman masyarakat Irian Barat sanggup dibagi kedalam 4 kelompok dimana setiap tipe mempunyai corak kehidupan sosial ekonomi dan budaya tersendiri.
Ø penduduk pesisir pantai;
Penduduk ini mata pencaharian utama sebagai Nelayan disamping berkebun dan meramu sagu yang diubahsuaikan dengan lingkungan pemukiman itu. Komunikasi dengan kota dan masyarakat luar sudah tidak aneh bagi mereka.
Penduduk pedalaman yang mendiami dataran rendah;
Mereka termasuk peramu sagu, berkebun, menangkap ikan disungai, berburu dihuta disekeliling lingkungannya. Mereka bahagia mengembara dalam kelompok kecil. Mereka ada yang mendiami tanah kering dan ada yang mendiami rawa dan payau serta sepanjang aliran sungai. Adat Istiadat mereka ketat dan selalu meragukan pendatang baru.
Ø Penduduk pegunungan yang mendiami lembah;
Mereka bercocok tanam, dan memelihara babi sebagai ternak utama, adakala mereka berburu dan memetik hasil dari hutan. Pola pemukimannya tetap secara berkelompok, dengan penampilan yang ramah bila dibandingkan dengan penduduk tipe kedua (2). Adat istiadat dijalankan secara ketat dengan "Pesta Babi" sebagai simbolnya. Ketat dalam memegang dan menepati janji. Pembalasan dendam merupakan suatu tindakan heroisme dalam mencari keseimbangan sosial melalui "Perang Suku" yang sanggup diibaratkan sebagai pertandingan atau kompetisi. Sifat curiga tehadap orang aneh ada tetapi tidak seketat penduduk tipe 2 (kedua).
Ø Penduduk pegunungan yang mendiami lereng-lereng gunung;
Melihat kepada tempat pemukimannya yang tetap di lereng-lereng gunung, memberi kesan bahwa mereka ini menempati tempat yang strategis terhadap jangkauan musuh dimana sedini mungkin selalu mendeteksi setiap makhluk hidup yang mendekati pemukimannya. Adat istiadat mereka sangat ketat, sebagian masih "KANIBAL" hingga kini, dan bunuh diri merupakan tindakan terpuji bila melanggar etika lantaran akan menghindarkan tragedi dari seluruh kelompok masyarakatnya. Perang suku merupakan kegiatan untuk pencari keseimbangan sosial, dan curiga pada orang aneh cukup tinggi juga.
Dalam banyak sekali kebudayaan dari penduduk Irian ada suatu gerakan kebatinan yang dengan suatu istilah terkenal sering disebut cargo cults. Ada suatu insiden gerakan cargo yang paling renta di Irian Jaya pada tahun 1861 dan terjadi di Biak yang berjulukan "KORERI". Peristiwa atau gerakan cargo terakhir itu pada tahun 1959 hingga tahun 1962 di Gakokebo-Enarotali (kabupaten Paniai) yang disebut " WERE/WEGE" sebagaimana telah dikemukakan bahwa gerakan ini yang semula bermotif politik.
Pada waktu Belanda meniggalkan Irian Barat, posisi-posisi baik dibidang pemerintahan, pembangunan (dinas-jawatan) baik sebagai pimpinan maupun pimpinan menengah diserahterimakan kepada putra daerah (orang Papua/Irian Barat) sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Juga seluruh rumah dan harta termasuk gedung dan tanah milik orang Belanda itu diserahkan kepada kenalan mereka orang Papua (pembantu dan teman sekerja) untuk dimiliki, lantaran mereka tidak bisa menjualnya dan juga tidak ada pembeli pada masa itu.
Belanda juga meninggalkan ekses konflik antara suku-suku besar sebagai akhir dari kegiatan politik yaitu kontradiksi antara "Elite Pro-Papua" dan "Elite Pro-Indonesia" yang ditandai dengan kontradiksi antara "Suku Biak lawan Suku Serui, Suku tanah Merah-Jayapura lawan Suku Serui", sekalipun dalam hal ini tidak semua orang Biak itu pro-Papua, tidak semua orang Serui itu pro-Indonesia dan tidak semua orang Tanah Merah-Jayapura itu pro-Papua dan pro-Indonesia.
Berdasarkan pengalaman Belanda di Indonesia atau Hindia-Belanda dalam kemerdekaan tahun 1945, maka Belanda didalam menjajah Irian Barat sangat hati-hati sekali dalam meningkatkan kehidupan Masyarakat di banyak sekali bidang, dan Belanda sengaja memperlambat perkembangan di Irian Barat/Nieuw Guinea sesuai dengan permintahaan dan kebutuhan orang-orang Irian Barat. Katakanlah bahwa ini suatu bentuk "Etis-Politik Gaya Baru". Termasuk didalamnya perjuangan untuk membentuk "Nasionalisme Papua". Cara Belanda yang demikian itu menimbulkan orang-orang Irian Jaya tidak merasa bahwa mereka sedang dijajah lantaran mereka hidup dalam suatu keadaan perekonomian yang baik dan tidak mencicipi adanya penderitaan dan tekanan dari Belanda.
Bahasa
Di Papua ini terdapat ratusan bahasa daerah yang berkembang pada kelompok etnik yang ada. Aneka pelbagai bahasa ini telah menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi antara satu kelompok etnik dengan kelompok etnik lainnya. Oleh lantaran itu, Bahasa Indonesia dipakai secara rasmi oleh masyarakat-masyarakat di Papua bahkan hingga ke pedalaman.
Agama
Keagamaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Papua dan dalam hal ketuhanan, Papua sanggup dijadikan pola bagi daerah lain. Majoriti penduduk Papua beragama Kristian, namun demikian, seiring dengan perkembangan kemudahan pengangkutan dari dan ke Papua maka jumlah orang yang beragama lain termasuk Islam juga semakin berkembang. Banyak mubaligh sama ada orang aneh mahupun rakyat Indonesia sendiri yang melaksanakan misi keagamaannya di pedalaman-pedalaman Papua. Mereka berperanan penting dalam membantu masyarakat sama ada melalui sekolah-sekolah mubaligh, pinjaman perubatan mahupun secara pribadi mendidik masyarakat pedalaman dalam bidang pertanian, mengajar Bahasa Indonesia dan pengetahuan-pengetahuan amali yang lain - lainnya. Mubaligh juga merupakan penggagas dalam membuka jalur penerbangan ke daerah-daerah pedalaman yang belum dibina oleh penerbangan biasa.
2. Sejarah lagu yamko rambe yamko
Lagu Yamko Rambe Yamko ialah lagu dari Papua yang bertemakan ihwal peperangan. Tempo lagunya cepat dan terkesan riang, tetapi makna dari lagu ini cukup menyedihkan. Yaitu menceritakan tentang sebuah pertikaian yang terjadi di dalam negeri. Di dalam lagu ini, pelantun lagu ingin menjadi bunga bangsa. Bunga bangsa yang dimaksud adalah pahlawan yang rela berkorban, bahkan hingga mati, untuk mempertahankan negara Indonesia ini dari para penjajah.
3. Lirik lagu, arti syair serta makna lagu yamko rambe yamko
YAMKO RAMBE YAMKO
Hee yamko rambe yamko
Aronawa kombe
Hee yamko rambe yamko
Aronawa kombe
Teemi nokibe kubano ko b0me ko
Yu mano bungo awe ade
Teemi nokibe kubano ko b0me ko
Yu mano bungo awe ade
Hongke hongke hongke riro
Hongke jombe jombe riro
Hongke hongke hongke riro
Hongke jombe jombe riro
Arti syair lagu :
Hai jalan yang dicari sayang perjanjian
Hai jalan yang dicari sayang perjanjian
Sungguh pembunuhan di dalam negri
sebagai bunga bangsa
Sungguh pembunuhan di dalam negri
sebagai bunga bangsa
Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bangsa
Hai jalan yang dicari sayang perjanjian
Sungguh pembunuhan di dalam negri
sebagai bunga bangsa
Sungguh pembunuhan di dalam negri
sebagai bunga bangsa
Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bangsa
bunga bertaburan
Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bertumbuh
di taman pahlawan
Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bangsa
Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bertumbuh
di taman pahlawan
Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bangsa
bunga bertaburan
Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bertumbuh
di taman pahlawan
Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bertumbuh
di taman pahlawan
Makna lagu :
Lagu Yamko Rambe Yamko ialah lagu yang bertemakan ihwal peperangan. Walaupun tempo lagunya cepat dan terkesan riang, bergotong-royong makna dari lagu ini cukup menyedihkan.
Lagu ini menceritakan ihwal sebuah pertikaian yang terjadi di dalam negeri. Di dalam lagu ini, pelantun lagu ingin menjadi bunga bangsa. Bunga bangsa yang dimaksud ialah pahlawan yang rela berkorban, bahkan hingga mati, untuk mempertahankan negara Indonesia ini dari para penjajah.
4. Partitur lagu yamko rambe yamko
0 Response to "Rpp Mikro Teaching"
Posting Komentar