iklan

Selamat Tiba Abad Ekonomi Efisien!

Kalau anda googling istilah efficient economy, atau ekonomi efisien, maka anda akan menemukan banyak definisi serta klarifikasi mengenai istilah tersebut, tapi supaya disini penulis jelaskan dengan Bahasa sederhana: Ekonomi efisien yakni suatu keadaan dimana setiap sumber daya teralokasikan secara optimal untuk menghasilkan barang dan jasa, sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang sia-sia/tidak menghasilkan manfaat apapun. Yang dimaksud dengan sumber daya disini yakni sumber daya manusia, sumber daya alam, modal/capital, waktu, dan seterusnya.

Dan ekonomi yang tidak efisien merupakan kendala utama pertumbuhan ekonomi suatu negara. Contoh, saat seorang karyawan digaji oleh perusahaan namun ia tidak benar-benar bekerja melainkan cuma medsos-an di kantor (istilahnya makan honor buta), artinya ada sejumlah modal/uang honor yang terbuang sia-sia. Ketika suatu negara mempunyai banyak pengangguran, artinya terdapat sumber daya insan yang terbuang sia-sia. Dan saat warga Jakarta harus bermacet-macetan di jalan setiap kali berangkat dan pulang kerja, artinya terdapat sumber daya waktu dan juga sumber daya alam (bensin) yang terbuang sia-sia.

Sayangnya kalau di Indonesia, maka memang inilah yang terjadi semenjak dulu, dan alhasil ekonomi kita susah maju (tapi mungkin gak cuma Indonesia, melainkan negara lainnya juga sama begitu). Namun beruntung, anda sendiri mungkin memperhatikan bahwa kemajuan teknologi dalam beberapa tahun terakhir telah sangat membantu acara ekonomi menjadi jauh lebih efisien. Yup, kalau menurut pengalaman penulis sendiri:
  1. Sekarang ini ada banyak orang yang kerja dari rumah. Penulis sendiri sebagai investor saham dan blogger simpel gak perlu kemana-mana kecuali buat ketemu orang, dan ini terang sangat menghemat waktu. Sejak tahun 2012, penulis gak pernah lagi mengeluh soal terjebak macet Jakarta.
  2. Karena saya punya lebih banyak waktu dirumah, maka kita otomatis kerja secara jauh lebih produktif. Salah satu alasan kenapa blog TeguhHidayat.com ini sanggup menyajikan analisa-analisa saham yang sangat detail yakni alasannya penulis setiap harinya punya waktu seharian untuk bongkar-bongkar laporan keuangan dll, dimana saya tidak akan sanggup melaksanakan itu kalau masih harus ‘meluangkan’ waktu 3 – 4 jam untuk nyetir di jalan raya.
  3. Di ruang kerja penulis dirumah ada kulkas kecil yang berisi cemilan dan minuman lengkap, tapi kadang kala saya suka pengen ngemil pizza atau masakan berat lainnya (kaya orang ngidam aja). Nah kalau dulu penulis harus keluar rumah, tapi kini tinggal buka Go-Food, 30 menit kemudian pizza-nya nyampe, dan juga gak usah bayar atau repot ngitung kembalian, alasannya udah pake Go-Pay (ini bukan iklan lho).
  4. Demikian pula kalau mau beli ini-itu, pesen tiket kereta, hingga booking hotel, maka semuanya sanggup dilakukan dirumah via ponsel, dan gak perlu pergi ke ATM alasannya untuk pembayarannya sanggup pake m-banking atau kartu kredit.
  5. Kalau penulis balasannya (terpaksa) keluar rumah, maka tetep gak perlu nyetir alasannya tinggal panggil Gocar, dan saya sanggup duduk santai menyerupai juragan di dingklik belakang, dimana dalam perjalanan saya sanggup sambil kerja di komputer tablet, atau tidur.
  6. Dan kalau harus keluar kota pun, kini mudah banget tinggal pake pesawat terbang atau kereta api (sementara ke bandaranya pake Gojek), dan kalau harus nyetir sendiripun maka waktu perjalanannya juga terbilang singkat, alasannya sanggup eksklusif lewat jalan tol.

Yang juga penulis perhatikan, harga-harga barang di toko online terbilang jauh lebih murah dibanding toko fisik, dan itu masuk akal saja, alasannya saat seseorang buka toko online maka ia tidak perlu lagi sewa tempat, dan bahkan gak perlu mempekerjakan pegawai delivery alasannya tinggal pake jasa Gojek atau Grab. Ini artinya terjadi capital efficiency, dimana asalkan anda punya barang dan jasa untuk dijual, maka anda sudah siap untuk buka toko sendiri, nyaris tanpa perlu keluar modal alias gratis! Untuk keperluan iklan dan marketing juga sanggup pake jasa Instagram atau Google Adsense, yang biayanya jauh lebih murah dibanding iklan konvensional. Sementara para supir ojek online yang mungkin sebelumnya nganggur, kini mereka juga turut berkontribusi terhadap perputaran ekonomi, dimana mereka sangat membantu orang-orang lainnya (termasuk penulis) untuk menghemat waktu dan tenaga, tapi disisi lain juga tidak ada modal/uang honor yang terbuang sia-sia, alasannya para supir ojek ini hanya mendapatkan uang jikalau mereka memperoleh penumpang, atau pesanan untuk mengirim barang.

Dan terakhir, kemajuan teknologi menciptakan orang-orang work less, produce more. Contohnya ya penulis sendiri, yang cukup sekali menulis sebuah artikel, tapi artikel itu kemudian sanggup dibaca terus menerus oleh setiap orang yang membuka blog TeguhHidayat.com ini. Atau dengan kata lain, saya hanya perlu kerja satu kali saja, juga tanpa perlu keluar biaya publikasi atau semacamnya (tinggal posting di blog), tapi manfaat pencerahan, informasi, hingga ilmu pengetahuan yang dihasilkan bagi teman-teman pembaca boleh dibilang tidak terbatas, termasuk anda masih sanggup tulisan-tulisan saya di tahun 2010 lalu. Plus, kecuali anda membeli produk berbayar, maka anda juga tidak perlu membayar apapun untuk memperoleh manfaat dari semua artikel di blog ini, sehingga lagi-lagi terjadi capital efficiency.

Kesimpulannya, kita kini berada dalam era ekonomi efisien, dan itu yakni kabar yang sangat baik alasannya ini artinya kita kini berpeluang untuk menjadi negara maju dalam beberapa dekade kedepan. Menurut Warren Buffett sendiri, salah satu penyebab Amerika Serikat sukses tumbuh hingga menjadi negara maju dalam 200 tahun terakhir (pada era 18 dan 19, AS masih merupakan negara miskin, dan masih -secara tidak resmi- dijajah oleh Inggris), itu bukan alasannya orang-orang pada hari ini bekerja lebih keras dibanding masa lalu, melainkan alasannya mereka bekerja lebih efisien. Sekitar 100 tahun lalu, lebih dari separuh warga AS berprofesi sebagai petani, namun hari ini hanya 3% warga AS yang masih menjadi petani, tapi produksi panen jagung yang dihasilkan justru meningkat 3 kali lipat. Surplus suplai masakan kemudian menaikkan standar hidup masyarakat, sementara surplus tenaga kerja yang tidak lagi bekerja di sektor pertanian kemudian teralihkan ke sektor lain terutama industri, dan itulah yang kemudian mengakibatkan ‘Murica, pada hari ini, menjadi negara adidaya.

Ekonomi Efisien = Percepatan Pertumbuhan Ekonomi

Dan pada hari ini, tampaknya giliran Indonesia yang mengalami hal yang sama. Kalau kita lihat lagi data-fakta ekonomi makro, maka terdapat dua data yang mendukung: Yang pertama yakni rendahnya angka inflasi. Seperti yang kita ketahui, Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat inflasi yang buruk, mungkin hanya lebih baik dibanding Zimbabwe, alasannya acara ekonomi disini memang sangat tidak efisien. Contohnya ya kalau anda belanja di minimarket, maka sering tiba-tiba nongol preman minta duit parkir bukan? Padahal tukang parkir dadakan ini tidak menyampaikan donasi atau jasa apapun, termasuk kalau kendaraan anda kenapa-napa juga ia tidak akan bertanggung jawab. Sehingga dalam hal ini, meskipun jumlah uang parkirnya hanya dua ribu Rupiah, tapi uang itu kemudian menjadi sia-sia/tidak efisien. Dan ketika sejumlah uang berpindah tangan namun tidak menghasilkan barang atau jasa apapun, maka dari situlah timbul inflasi.

Tapi alasannya kini ini orang-orang gak perlu lagi keluar rumah kalo gak penting-penting banget, termasuk juga gak perlu bayar parkir, maka hampir tidak ada lagi uang yang terbuang sia-sia, dan alhasil tingkat inflasi menjadi turun.

Tingkat inflasi Indonesia dalam 10 tahun terakhir. Perhatikan bahwa jikalau inflasi kita biasanya di level 6%, dan bahkan pernah tembus 12% di tahun 2008, tapi kini cuma sekitar 3%. Sumber: www.tradingeconomics.com

Kedua, turunnya angka pengangguran. Seperti yang sudah disebut diatas, kini ini kalau orang gak bekerja maka beliau sanggup buka toko online, dan kalaupun beliau gak sanggup dagang maka sanggup jadi supir ojek online. Kemudian kalau seseorang punya keahlian tertentu, maka ia tidak perlu lagi kerja di perusahaan, melainkan sanggup menyampaikan jasa keahliannya tersebut secara freelance melalui internet, dimana ia hanya akan dibayar sesuai dengan pekerjaan yang dihasilkan (jadi gak ada lagi istilah magabut). Ilustrasi mudahnya, seandainya di jaman penulis kuliah dulu sudah ada Tokopedia dll, maka seharusnya saya saat itu sudah kaya raya bahkan sebelum lulus kuliah, dan juga gak perlu ngelamar kerja kesana kemari, alasannya memang passion penulis yakni dagang (saya sudah kisah soal ini di buku The Calm Investor). Tapi berhubung Toped gres nongol sekarang-sekarang ini, maka jadilah hingga tahun 2008 saya masih gak punya apa-apa, dan juga pernah harus nganggur selama 2 bulan.

Tingkat pengangguran dalam 10 tahun terakhir, yang terus turun dari 8.5% menjadi sekitar 5%. Sumber: www.tradingeconomics.com

Nah, kombinasi antara capital efficiency (yang ditunjukkan oleh rendahnya inflasi, yang artinya setiap Rupiah yang berpindah tangan memang menghasilkan barang dan jasa), dan human resources efficiency (yang ditunjukkan oleh rendahnya angka pengangguran, yang artinya kini ini hampir setiap orang bekerja dan berkontribusi terhadap ekonomi), belum lagi efisiensi-efisiensi yang lain, pada balasannya mendorong ekonomi nasional untuk tumbuh pesat. Sebenarnya, meski secara mata uang Rupiah, GDP kita naik terus dari tahun ke tahun, tapi alasannya Rupiah itu sendiri melemah terhadap Dollar maka GDP nasional terbilang stagnan semenjak tahun 2012 lalu, yakni saat harga-harga batubara dll mulai turun. Beruntung, memasuki 2016 ekonomi mulai benar-benar tumbuh kembali, dan kalau melihat Gojek dkk yang semakin hari semakin populer, maka harusnya isu terkini pertumbuhan tersebut masih berlanjut di tahun 2018 ini. Informasi selengkapnya sanggup dilihat pada gambar berikut:
 
Data GDP Indonesia tahun 2008 - 2016. Perhatikan bahwa semenjak tahun 2012, GDP nasional sebetulnya turun dari US$ 918 menjadi hanya 861 milyar di tahun 2015 (makanya di tahun 2015 itu ekonomi terasa lesu banget, dan IHSG sendiri memang drop), dan gres naik lagi di tahun 2016, dan untuk tahun 2017 - 2018 ini seharusnya angkanya sudah tembus US 1,000 milyar. Sumber: www.tradingeconomics.com

Okay, Pak Teguh, jadi apa yang sebetulnya hendak sampeyan sampaikan disini? Well, anda mungkin memperhatikan kalau belakangan ini banyak muncul isu-isu negatif bahwa Rupiah hancur, Indonesia krisis utang, BUMN dijual bla bla bla, sehingga seakan-akan Indonesia sedang krisis, padahal kalau kita luangkan waktu untuk cross check data sedikit saja, maka sebetulnya gak ada problem apapun. Contoh, soal utang Pemerintah yang dikatakan naik terus, saat itu penulis sudah menjelaskannya disini, dan pada dasarnya yakni no problemo (Coba anda baca dulu artikelnya. Mungkin perlu dicatat bahwa artikel tersebut ditulis tahun 2015 lalu, yakni saat IHSG sedang crash dan semua orang berpikir bahwa akan terjadi krismon menyerupai tahun 1998, namun fakta bahwa IHSG di tahun-tahun berikutnya malah naik terus menerangkan bahwa apa yang penulis sampaikan saat itu benar adanya). Malah justru, menurut data-fakta makroekonomi serta pengamatan di lapangan menyerupai yang sudah penulis paparkan diatas, maka kita justru sedang berada dalam era ekonomi efisien, yang kemudian berujung pada era percepatan pertumbuhan ekonomi.

Hanya memang, kemajuan teknologi mengakibatkan era economic efficiency diatas, itu bukannya tanpa efek samping. Yup, kemajuan teknologi juga mengakibatkan informasi-informasi mudah sekali menyebar dengan cepat entah itu melalui medsos, media elektronik, Whatsapp dll, dan masalahnya kini ini (atau semenjak dulu??) ada banyak orang atau organisasi yang dengan sengaja untuk kepentingan tertentu menyebar luaskan informasi palsu, atau informasi yang benar adanya namun dikemas sedemikian rupa hingga menjadikan perspektif tertentu dari pembacanya (istilahnya news framing, anda sanggup baca lagi penjelasannya disini). Dan malahan kini ini kita sulit sekali menemukan berita yang netral, dimana saat koran A bilang bla bla bla terkait isu tertentu, maka koran B ngomongnya beda lagi untuk isu yang sama (jadi yang bener yang mana??).

Nah, bagi investor berpengalaman, sebetulnya ini gak jadi masalah, alasannya kita sudah terbiasa kritis dalam menyikapi isu-isu tertentu, sama menyerupai penulis yang rutin menghabiskan waktu berjam-jam hingga berhari-hari untuk menganalisa, untuk kemudian menyimpulkan apakah suatu saham layak invest atau tidak. Actually, penulis sendiri tidak selalu menyampaikan bahwa ‘ekonomi kita baik-baik saja’. Karena kalau anda baca-baca lagi arsip blog ini di bulan-bulan tertentu di tahun 2013 dan 2015, maka saat itu juga saya menyampaikan bahwa ada ‘something wrong’ di perekonomian nasional, sehingga kita sebagai investor harus lebih waspada/jangan buru-buru belanja saham dulu.

Tapi bagi investor pemula yang biasanya eksklusif percaya saja saat disodori berita/rumor tertentu, maka hal itu sanggup menciptakan seorang investor menjual saham saat ia seharusnya membeli, dan sebaliknya, membeli saham saat seharusnya menjual. Dan sudah tentu, ujung-ujungnya yakni kisah kerugian. Anyway, menurut apa yang sudah penulis pelajari sejauh ini, maka sekali lagi kesimpulannya yakni no problemo, malah justru kita harus mengucapkan ‘Selamat Datang Era Ekonomi Efisien!’, dan anda sanggup tetap belanja saham menyerupai biasa. Dan jangan khawatir, kalau nanti ada perubahan analisa yang serius maka goresan pena ini akan di-update.

Jadwal Seminar Value Investing (hari Sabtu): Jakarta 30 Juni, Medan 7 Juli, Surabaya 14 Juli. Keterangan selengkapnya baca disini.

Jadwal Value Investing – Advanced Class (hari Minggu): Jakarta 1 Juli, Medan 8 Juli, Surabaya 15 Juli. Keterangan selengkapnya baca disini.

Follow/lihat foto-foto penulis di Instagram, klik 'View on Instagram' dibawah ini:  maka anda akan menemukan banyak definisi serta klarifikasi mengenai istilah tersebut Selamat Datang Era Ekonomi Efisien!
Sumber http://teguhidx.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Selamat Tiba Abad Ekonomi Efisien!"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel