Makalah Pengolahan Materi Pangan Daging Sapi
MAKALAH PENGOLAHAN BAHAN PANGAN DAGING SAPI
Sumber http://lussychandra.blogspot.com
Di
S
U
S
U
N
Oleh
Nama : Agus
Kelas :
Guru Pembimbing :
SMP NEGERI 7 LHOKSEUMAWE
2016
Kata Pengantar
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata?ala, lantaran berkat rahmat-Nya kami sanggup menuntaskan makalah yang berjudul Pengolahan Bahan Pangan Daging Sapi. Makalah ini diajukan guna memenuhi salah satu mata pelajaran di sekolah
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini sanggup diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh lantaran itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini menawarkan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan semua perihal Penggolahan materi pangan daging sapi bagi kita semua.
Lhokseumawe, Januari 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................................... 1
Latarbelakang............................................................................................................................................................... 1
Rumusan Masalah..................................................................................................................................................... 1
Tujuan............................................................................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................... 3
Daging dan kwalitasnya......................................................................................................................................... 3
MIKROBIOLOGI DAGING....................................................................................................................................... 4
PROSES PENGOLAHAN DAGING............................................................................................................................ 4
Makanan olahan dari daging sapi......................................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................................... 11
Kesimpulan...................................................................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bahan pangan olahan ialah materi kuliner segar dan kering yang mengalami pengolahan untuk mempertahankan mutu gizi maupun organoleptik. Pangan olahan ialah kuliner atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa materi suplemen (PP No. 28/2004 perihal keamanan, mutu, dan gizi pangan).
Daging sapi merupakan sumber protein hewani, gampang rusak oleh acara kuman pengurai protein. Kualitas daging sangat memilih mutu produk olahanya daging yang dipasar terbagi dalam 3 kelas :
· Daging yang tebal dengan jaringan lemak dan ikat yang sedikit
· Daging tipis, banyak lemak, dan jaringan ikat yang agak banyak
· Daging tetelan, dagig yang banyak mengandung jaringan ikat dan atau lemak
Salah satu hasil pengolahan setengah jadi daging ialah dendeng, macam-macam hasil olahan daging dan unggas ialah dendeng, sosis, nugget, corned beef dan bakso yang sanggup terbuat dari daging ayam maupun daging sapi.
Oleh lantaran itu perjuangan pengolahan panganan merupakan cara untuk mengurangi kerusakan daging pasca panen sekaligus memperoleh nilai tambah dari produk yang dihasilkan. Pengolahan daging ibarat halnya pengolahan materi lainya bertujuan untuk memperpanjang umur simpan, memperbaiki sifat organoleptik, menambah variasi bentuk hasil olahan daging, memungkinkan tersedianya produk daging setiap ketika serta menghemat waktu dan energy untuk persiapan daging sebelum dimakan. Komoditas daging sapi dapat disiapkan sebagai daging sapi segar potong (frsh cut meat) dan daging sapi giling (mince meat); diawetkan sebagai daging beku (frozen meat) dan diolah menjadi banyak sekali produk antara lain delikatesen, sosis, korned, dendeng, abon, steak.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis sanggup merumuskan duduk masalah sebagai berikut :
a. Apa pengertian daging dan bagaimana kualitasnya ?
b. Apa saja komposisi mikrobiologis dalam daging ?
c. Bagaimana proses pengolahan daging sapi ?
d. Apa teladan produk olahan materi dari daging sapi ?
I.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini ialah untuk mengetahui banyak sekali pengembangan produk olahan daging sapi yang sudah beredar dimasyarakat.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 DAGING DAN KUALITASNYA
Menurut Soeparno (2005), daging ialah semua jaringan binatang dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sanggup dimakan serta tidak mengakibatkan gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Organ-organ contohnya hati, paru-paru, limpa, pankreas, otak, jantung, ginjal dan jaringan otot termasuk dalam definisi ini. Lawrie (1998) mendefinisikan daging dalam arti khusus sebagai cuilan dari binatang yang dipakai sebagai makanan.
Kualitas daging diartikan sebagai sejumlah sifat yang memilih daging itu yang kuat terhadap penerimaan konsumen. Warna, daya mengikat air, dan beberapa aroma daging sanggup dideteksi baik sebelum maupun setelah pemasakan dan akan menawarkan sensasi yang lebih usang terhadap konsumen dibandingkan dengan juiciness, tekstur, keempukan, rasa, dan kebanyakan aroma yang terdeteksi ketika pengunyahan (Lawrie, 1998).
Keempukan daging dipengaruhi oleh faktor antemortem seperti genetic termasuk bangsa, spesies dan fisiologis, faktor umur, manajemen, jenis kelamin, stress, dan faktor postmortem yang mencakup pelayuan, dan pembekuan termasuk faktor usang dan suhu penyimpanan, metode pengolahan, ermasuk pemasakan, dan penambahan materi pengempuk. Semakin halus teksturnya maka daging semakin empuk (Soeparno, 2005).
Penyimpanan daging pada suhu beku merupakan salah satu cara untuk memperpanjang umur simpan daging. Penggunaan suhu yang rendah dalam penyimpanan daging yang dikemas diketahui sanggup mengurangi resiko kontaminasi mikroba, namun tidak sanggup menghilangkanya. Keuntungan disimpa dalam suhu beku ialah dalam memperpanjang waktu simpan dan dalam menghambat perubahan-perubahan kimiawi daging. Cenderung diimbangi dengan eksudasi cairan atau drip dalam proses pencairan kembali atau yang dikenal dengan thawing (Lawrie, 1998).
2.2 MIKROBIOLOGI DAGING
Daging sangat memenuhi persyaratan sebagai media untuk perkembangan mikroorganisme, termasuk mikroorganisme perusak atau pembusuk. Hal ini disebabkan daging :
1). Mempunyai kadar air yang tinggi (kira-kira 68 %-75%).
2). Kaya akan zat yang mengandung nitrogen dengan kompleksitas yang berbeda.
3). Mengandung sejumlah karbohidrat yang sanggup difermentasikan.
4). Kaya akan mineral dan kelengkapan faktor pertumbuhan mikroorganisme.
5). Mempunyai pH yang menguntungkan bagi sejumlah mikroorganisme yaitu dalam kisaran 5,3-6,5 (Soeparno, 2005).
2.3 PROSES PENGOLAHAN DAGING
2.3.1. Pemeriksaan Ante-mortem
Hewan-hewan yang akan disembelih untuk menghasilkan daging harus terlebih dahulu diperiksa kesehatannya oleh doktor binatang atau mantri binatang untuk mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit dari daging kepada konsumen. Hewan-hewan yang menderita penyakit menular atau penyakit cacing yang sanggup menulari insan tidak boleh untuk disembelih.
2.3.2. Penyembelihan
Penyembelihan ialah perjuangan untuk mengeluarkan darah binatang dengan memotong pembuluh darah pada bagian leher (vena jugularis). Dalam beberapa hal dilakukan pemingsanan hewan terlebih dahulu sebelum penyembelihan dengan cara memukul atau menembak tempat otak pada cuilan kepala atau dengan memakai aliran listrik dengan tujuan semoga binatang tidak meronta pada waktu penyembelihan. Untuk memperoleh daging yang berkualitas baik, faktor-faktor yang harus diperhatikan pada waktu penyembelihan binatang ialah sebagai berikut :
a. Permukaan kulit binatang harus dalam keadaan bersih.
b. Hewan harus dalam kondisi prima, tidak lelah, tidak kelaparan dan tenang.
c. Pengeluaran darah harus berlangsung dengan cepat dan sempurna.
d. Perlakuan-perlakuan yang mengakibatkan terjadinya memar dan luka pada
jaringan otot harus dihindari.
e. Kontaminasi dengan mikroorganisme harus dihindari dengan menggunakan
alat-alat yang bersih.
2.3.3. Penyiangan dan investigasi Pasca-mortem.
Setelah penyembelihan, kepala dipisahkan pada batas tulang kepala dengan tulang leher pertama, kaki pertama dipotong pada persendian metetarsus, kaki belakang dipotong pada persendian metacarpus, jeroan dikeluarkan dengan membuka cuilan bawah perut secara membujur dan keudian dikuliti. Daging yang masih menempel pada tulang kerangka hasil dari penyiangan ini disebut karkas. Khusus pada babi dan unggas tidak dilakukan pengulitan, akan tetapi dilakukan pencabutan bulu dengan cara mencelupkan kedalam air mendidih selama beberapa menit sehingga bulunya gampang dicabut (scalding). Setelah penyiangan , dilakukan investigasi pasca mortem terhadap karkas dan jeroan (hati, jantung, limpa, ginjal dan usus) untuk meyakinkan bahwa karkas tersebut tidak mengandung penyakit yang sanggup ditularkan kepada konsumen melalui daging.
2.3.4. Pelayuan
Pelayuan dari karkas yang dihasilkan setelah penyiangan bertujuan untuk menawarkan kesempatan semoga proses-proses biokimia yang terjadi pada daging setelah binatang mati sanggup berlangsung secara tepat sebelum daging tersebut dikonsumsi. Pelayuan ini harus dilakukan untuk memperoleh daging dengan keempukan dan cita rasa yang baik sebagai hasil dari proses-proses biokimia yang berlangsung selama pelayuan.
Untuk mencegah terjadinya pembusukan, pelayuan sebaiknya dilakukan untuk mencegah terjadinya pembusukan, pelayuan sebaiknya dilakukan pada suhu rendah (3,6ºC – 4,4ºC) selama sekitar 12 – 24 jam untuk karkas binatang kecil (babi, kambing dan domba) dan sekitar 24 – 48 jam untuk karkas binatang besar (sapi dan kerbau). Untuk karkas unggas pelayuan tidak perlu dilakukan oleh lantaran proses-proses biokimia pada daging unggas yang telah mati berlangsung lebih singkat, yaitu selama penyiangan. Apabila pelayuan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi, waktunya harus lebih singkat semoga tidak terjadi pembusukan daging.
2.3.5. Pemotongan Karkas
Kecuali karkas unggas, karkas binatang mamalia dibagi menjadi dua sisi melaui tulang punggung. Kecuali karkas sapi dewasa, setiap sisi karkas selanjutnya dipotong menjadi potongan-potongan eceran (retall cuts) berdasarkan cara yang bervariasi untuk setiap negara. Pada karkas sapi dewasa, setiap sisi karkas dibagi menjadi dua bagian, yaitu cuilan perempat daun (fore qarter) dan cuilan perempat belakang ( hind qarter). Cara pembagian ini bervariasi, yang mana pada satu cara pembagian semua tulang rusuk diikutkan kebagian perempat depan, sedangkan pada cara pembagian yang lain satu atau dua tulang rusuk diikutkan kebagian perempat belakang. Selanjutnya, bagian perempat depan dan cuilan perempat belakang ini dipotong menjadi potongan-potongan eceran (retail cuts) berdasarkan cara yang bervariasi untuk setiap negara. Cara pemotongan karkas yang dilakukan di negara-negara maju atau berdasarkan standar Internasional belum banyak dilakukan di Indonesia, kecuali oleh perusahaan-perusahaan daging yang menyuplai daging ke hotel-hotel atau “supermarket”.
2.4.Makanan olahan dari daging sapi
a.Bakso
Bakso atau baso ialah kuliner berupa bola daging. Bakso umumnya dibentuk dari adonan daging sapidan tepung tetapi ada juga yang terbuat dari daging ayam atau ikan. Untuk jenis baksodaging sapi, ayam, dan ikan kini banyak ditawarkan dalam bentuk frozen yang dijual di minimarket, supermarket, swalayan dan mall. Dalam penyajiannya bakso biasa dsajikan dengan kuah kaldu dan mi. Ada beberapa pedagang yang dalam proses pembuatanya memakai boraks atau bleng untuk menciptakan tepung lebih kenyal ibarat daging, hal ini menciptakan bakso pernah dianggap kuliner yang kurang kondusif oleh BPOM.
Pembuatan bakso terdiri dari tahap pemotongan daging, penggilingan daging, penghalusan daging giling sekaligus pencampuran dengan materi pembantu dan bumbu, pencampuran dengan tepung tapioka dan sagu aren, pembentukan bola-bola dan perebusan.
Perebusan bakso dilakukan dalam dua tahap semoga permukaan bakso yang dihasilkan tidak keriput dan tidak pecah akhir perubahan suhu yang terlalu cepat.Tahap pertama, bakso dipanaskan dalam panci berisi air hangat sekitar 60oC hingga 80oC, hingga bakso mengeras dan terapung.Tahap kedua, bakso direbus hingga matang dalam air mendidih.
b.Sosis
Sosis ialah kuliner yang terbuat dari daging cincang, lemak binatang dan rempah serta bahan-bahan lain. Sosis umumnya dibungkus dalam suatu pembungkus yang secara tradisional memakai usus hewan, tapi kini kebanyakan memakai materi sintesis serta diawetkan dengan suatu cara, contohnya pengasapan. Pembuatan sosis merupakan suatu teknik produksi dan pengawetan kuliner yang telah dilakukan semenjak lama. Dibanyak Negara, sosis merupakan toping popular untuk pizza.
Komposisi nilai gizi pada sosis yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3820-1995), dengan ketentuan sebagai berikut :
a. memiliki kadar air maksimal 67%
b. memiliki kandungan bubuk maksimal 3%
c. memiliki kandungan protein minimal 13%
d. memiliki kandungan lemak maksimal 25%
e. memiliki kandungan karbohidrat maksimal 8%
Namun dibalik kelezatan sepotong sosis, perlu diwaspadai pula ancaman yang sanggup ditimbulkan bagi kesehatan. Pada beberapa jenis produk sosis mengandung kadar lemak dan kolesterol serta sodium yang cukup tinggi yang berpotensi sanggup mengakibatkan timbulnya penyakit jantung, stroke, maupun hipertensi apabila dikonsumsi secara berlebihan.
c. Dendeng
Dendeng ialah daging yang dipotong tipis menjadi serpihan yang lemaknya dipangkas, dibumbui dengan saus asam, asin atau anggun dengan dikeringkan dengan api kecil atau dijemur. Hasilnya ialah daging yang asin dan semi anggun yang tidak perlu disimpan di lemari es.
d.Kornet
Daging kornet atau cornet beef ialah daging sapi yang diawetkan dalam brine yang kemudian dimasak dengan cara simmering. Biasanya dipakai potongan daging yang seratnya memanjang ibarat brisket. Nama cornet beef berasal dari garam bernafsu yang digunakan. Corn artinya butiran, yaitu butiran garam.
e.Steak
Steak atau bistik ialah sepotong daging besar biasanya daging sapi. Daging merah, dada ayam dan ikan sering kali dijadikan steak. Kebanyakan steak dipotong tegak lurus dengan fiber otot, menambah kelegitan daging. Steak biasanya dipanggang meskipun sanggup digoreng atau dibroil.
f.Abon
Abon merupakan kuliner yang mudah dan siap saji. Abon sanggup disajikan bersama nasi, roti, atau sebagai pengisi kuliner ringan anggun kering. Abon sanggup terbuat dari daging. Umumnya daging sapi atau kerbau. Abon tergolong produk olahan daging yang awet. Untuk mempertahankan mutunya selama penyimpanan, abon dikemas dalam kantong plastik dan ditutup dengan rapat. Dengan cara demikian, abon sanggup disimpan pada suhu kamar selama beberapa bulan.
Pembuatan abon terdiri dari perebusan daging, penumbukan daging, pembentukan serat daging halus, penambahan bumbu, dan pengeringan. Perebusan dan penumbukan daging bertujuan untuk memudahkan pembentukan serat-serat halus.
Sebagaimana materi aslinya yaitu daging, abon merupakan sumber protein. Abon terbuat dari daging yang tidak berlemak, namun kandungan lemak pada abon masih cukup tinggi, lantaran adanya proses penggorengan dalam pengolahan daging menjadi abon. Mutu protein pada abon terbilang lebih rendah dibanding dengan daging, disebabkan dalam pembuatan abon terdapat proses pencokelatan (browning). Reaksi browning mengakibatkan protein bereaksi dengan karbohidrat sehingga susah dicerna oleh enzim pencernaan. Kandungan gizi yang terkandung dalam 10 gram abon sapi murni:
Komposisi | Nilai |
Energi | 212 Kkal |
Protein | 18 gram |
Lemak | 10.6 gram |
Karbohidrat | 59.3 gram |
Kalsium | 150 mg |
Fosfor | 209 mg |
Besi | 12.3 mg |
Vitamin A | 138 RE |
Vitamin B1 | 0.17 mg |
Air | 7.1 % |
g.Rendang
Rendang daging ialah kuliner tradisional bersantan dengan daging sapi sebagai materi utamanya. Masakan khas dari Sumatra Barat ini sangat banyak digemari disemua kalangan masyarakat. Selain daging sapi, rendang juga memakai kelapa, dan adonan dari banyak sekali bumbu khas Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
· Menurut Soeparno (2005), daging adalah semua jaringan binatang dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sanggup dimakan serta tidak mengakibatkan gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Menurut SNI 01-3947-1995, yaitu urat daging (otot) yang menempel pada kerangka, kecuali urat daging cuilan bibir, hidung dan indera pendengaran (Dewan Standardisasi Nasional, 1995). Kualitas daging mencakup warna, daya mengikat air, dan aroma daging yang sanggup dideteksi baik sebelum maupun setelah pemasakan.
· Proses pengolahan daging mencakup investigasi ante-mortem, penyembelihan, penyiangan dan investigasi pasca mortem, pelayuan, pemotongan karkas, fase pre-rigor, fase rigor mortis dan fase pasca-rigor.
· Hasil olahan setengah jadi pada daging salah satunya ialah rendang, abon kornet, dendeng, baso dan sosis.
0 Response to "Makalah Pengolahan Materi Pangan Daging Sapi"
Posting Komentar