iklan

Aku Aib Pada Suamiku.... Sedangkan Saya Terpaksa...

Menjadi Ibu dari dua anak yaitu sesuatu yang seharusnya dijadikan teladan yang benar bagi mereka (anak-anak), dimana dalam kesehariannya belum dewasa merupakan tabungan kelak dikemudian hari (masa depan) akan tetapi bagaimana kalau kita mendidik dengan tidak semestinya, walaupun terkadang kesibukan mejadi hambatan dalam menunjukkan teladan pada anak-anaku, hingga pekerjaan ini menciptakan saya aib pada suamiku.

Seorang perempuan yang berusia 28 tahun yang konsisten mencari nafkah menggantikan suaminya yang terkena kecelakaan ketika mengendarai sepeda motor kala pulang kerja, perempuan yang berparas cantik, molek dan seci itu ternyata yaitu seorang ibu rumah tangga dan mempunyai dua orang anak yang masih duduk di kursi sekolah dasar. Dengan kondisi ekonomi yang terpuruk akhir kecelakaan kendaraan, menimbulkan perempuan manis itu rela mencari nafkah demi menghidupi keluarganya, walaupun profesinya sebaagai artis panggung hiburan kadang membuatnya risih alasannya kerap kali diusili, dirayu bahkan diajak macam-macam oleh laki-laki hidung belang, namun apalha daya itu hanya pekerjaan yang hanya bisa dilakukan pada ketika ini, dan sekedar kerikil loncatan belaka sembari mencari pekerjaan yang lebih baik.

Pada suatu ketika ratih (penyanyi) mendapat seruan dari sebuah event yang diselenggarakan oleh EO (event Organiser) disalah satu hotel, padahal ratih sendiri ingin mengakhiri pekerjaan itu karena banyak sindiran yang miring bahkan omongan dari banyak orang wacana profesinya itu. Sebelumnya ratih sudah off selama  sebulan namun kondisi ekonomi semakin klabakan, diapun nekad untuk memnuhi seruan itu. Dengan berat hati suaminyapun mengizinkan.

Ketika program berkangsung hingga pada malam hari terlihat tamu semakin berdatangan hingga memenuhi acara, kebetulan program tersebut yaitu program yang glamor jadi, pesta semakin meriah, pada ketika ratih bernyanyi ternyata ada seorang laki-laki yang memperhatikan, tiba-tiba beliau kemudian mendekat seusai lantunan lagu yang dibawakan sicantik ratih selesai, laki-laki itupn mendekat dan basa busuk membuka dialog perkenalan ini itu hingga dapatlah nomor kontak ratih.

Pada kesokan harinya ratih di telpon ditanyai kabar dan lain sebagainya, dan hal ini terjadi berkali-kali, bahkan lelaki itu kerap kali menunjukkan pulsa walaupun tanpa diminta, meski ratih sudah berkata jujur kalo beliau sudah punya suami tapi lelaki itu terus memburunya, menyerupai pada laki-laki lain ratih juga bersikap demikian, namun kali ini ada sebuah perbedaan karena ratih kadang merasa terbantu dengan kondisi keluarganya, alasannya pada ketika bertemu diacara itu ratih diberi saweran yang begitu besar, Suatu ketika ratih membutuhkan uang untuk bayaran sekolah anaknya juga obat untuk suaminya yang tercinta.

Ratih yang panik harus berbuat kemana, kesana kemari belum juga membuahkan hasil, tiba-tiba lelaki yang biasa menelpon tersebut mengirim pesan dan menyerupai biasa menyanyakan kabar, dijawab dengan datar saja oleh ratih, namun lama-kelamaan ratihpun curhat dan mencoba meminjam uang walaupun dengan berat dan rasa malu, lelaki itu pun dengan bahagia hati mentranfer uang yang dibutuhkan oleh ratih, bahkan banyak kelebihan dari uang itu lelaki itu menyampaikan "lumayan buat simpanan besok kalo diperlukan" kasus anak dan suaminyapun selesai.

Waktu terus berputar dan tidak terasa sudah mendekati dua bulan lelaki yang menjadi misteri yang risihpun selalu mengusiknya karena hutang yang diterima oleh ratih, dengan semampunya ratih berusaha untuk membayar hutang tersebut, sampai-sampai ratih yang tak pernah menelpon terlebih dahulu ratihpun mencoba menelpon laki-laki itu dengan rasa deg-degan, padahal hanya ingin menyampaikan ratihbelum bisa membayar hutangnya, terjadi sebuah perbincangan ini itu, dan ratih diajak makan siang, awalnya ratih menolak usang kelamaan ratih mau dan balasannya ratihpun bersedia dengan tawarannya.

Dua jam bersama di sebuah restoran mahal, dialog yang selama itu berlangsung singkatnya si laki-laki itu yaitu seorang duda yang ditinggal pergi oleh istrinya yang meninggal dunia, ada hal yang menciptakan ratih terkejut yaitu Istri laki-laki itu ternyata menyerupai dengannya, itulah alasan lelaki itu selalu menghubungi ratih, singkat dongeng hutang dianggap lunas. bahkan berkali-kali ratih diberi uang tanpa diminta oleh ratih, ratih yang bingung, canggung dan salah tingkah, balasannya menciptakan keputusan pada dirinya untuk laki-laki itu "Mas Sudahlah jangan pernah lagi kirim uang dan apa-apa lagi untuk keluarga saya, alasannya saya kasian sama mas, dan beban bagi saya"


"Ga papa de ratih, lagian itu bukan seberapa dibandingkan dengan uang yang kumiliki, saya hanya ingin memandangmu alasannya wajahnya (istri) ada pada dirimu bahkan sifatmu" jawab lelaki itu. dengan nada yang penuh sentuhan.
Ratihpun menyaut dan "Saya aib pada suamiku mas, anak-anakku, bahkan aib pada Alloh kalau nanti diantara kita ada fitnah, bahkan terjadi sebuah hal yang tidak diinginkan, saya hanya perempuan yang lemah apalagi dengan pemeberian mas yang tak terhitung, dan itupun saya anggap hutang mas, maaf mas ya"

Lelaki itupun hanya membisu dan berusaha untuk tidak menghiraukan apa yang dikatakan ratih, karena saking cintanya dengan istrinya ratih yang menyerupai itu menjadi salah satu sosok yang menggantikannya walaupun hanya dalam pertemanan belaka. secara tidak sadar tangan ratih dipegang dan dikecuplah tangan itu. Ratihpun kaget dan melepas serta lari sambil menangis. Lelaki itu hanya membisu dan menyesal apa yang dilakukannya, 

Akhir ceritanya, tak ada lagi komunikasi antara ratih dan lelaki itu, bahkan hutang ratihpun belum terselesaikan, waktu yang terus bergulir tiba-tiba suaminya meninggal dan ratih dinikahi oleh laki-laki tersebut, hingga melahirkan dua orang anak. demikian cerpen Aku Malu pada suamiku.... sedangkan saya terpaksa...

Sumber http://kata-kata13.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Aku Aib Pada Suamiku.... Sedangkan Saya Terpaksa..."

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel