Matematika Dan Cara Mengajarkannya
MATEMATIKA DAN CARA MENGAJARKANNYA Sumber Foto: http://www.15min.lt/images/photos/616206/big/matematika-50af7b6b7403e.jpg |
Pembelajaran matematika secara formal umumnya diawali di dingklik sekolah. Sementara itu, matematika di sekolah masih menjadi pelajaran yang menyeramkan bagi para siswa. Di antara aneka macam faktor yang memicu hal ini ialah proses pembelajaran yang kurang asyik dan menarik. Model pembelajaran yang sering di temui pada pembelajaran matematika ialah proses pembelajaran bercorak “teacher centered”, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Sehingga guru menjadi pemeran utama dan kehadirannya menjadi sangat menentukan. Pembelajaran menjadi tak sanggup dilakukan tanpa kehadiran guru. Siswa cenderung pasif dan tidak berperan selama proses pembelajaran. Sehingga proses yang muncul ialah “take and give”. Dalam merangkai pembelajaran, guru pada umumnya terbiasa dengan model standar, yakni pembelajaran yang bermula dari rumus, menghapalnya, kemudian diterapkan dalam pola soal.
Model pembelajaran yang demikian tidak memberi ruang bagi siswa untuk melaksanakan observasi (mengamati), eksplorasi (menggali), inkuiri (menyelidiki), dan aktivitas-aktivitas lain yang memungkinkan mereka terlibat dan memahami permasalahan yang sesungguhnya. Model menyerupai ini yang mengakibatkan matematika kolam kumpulan rumus yang menyeramkan, sulit dipelajari, dan nampak abstrak.
Bagaimana Sebaiknya Matematika Diajarkan?
Matematika ialah ilmu realitas, dalam artian ilmu yang bermula dari kehidupan nyata. Selayaknya pembelajarannya dimulai dari sesuatu yang nyata, dari gambaran yang akrab dan bisa dijangkau siswa, dan kemudian disederhanakan dalam formulasi matematis. Mengajarkan matematika bukan sekedar memberikan aturan-aturan, definisi-definisi, ataupun rumus-rumus yang sudah jadi. Konsep matematika seharusnya disampaikan bermula pada kondisi atau permasalahan nyata. Berikut tahapan pengajaran yang sanggup dilakukan:
- Siswa dibawa untuk mengamati dan memahami problem terlebih dahulu. Selanjutnya perkenalkan beberapa definisi penting yang harus dipahami semoga siswa mempunyai bekal untuk memahami fenomena-fenomena yang mereka temukan di lapangan.
- Ajak siswa untuk melaksanakan eksplorasi, mencoba-coba, dan biarkan mereka melihat apa yang terjadi. Di sini akan ada proses memunculkan ide-ide kreatif yang boleh jadi diluar dugaan guru. Di sinilah ruang kreatifitas terbentuk. Siswa akan lebih menikmati proses pembelajaran yang dilakukan.
- Biarkan siswa membuat hipotesis/dugaan atas apa yang mereka lakukan.
- Guru bersama siswa membahas kegiatan yang dilakukan. Berikan kesempatan pada para siswa untuk mempresentasikan hasil pengamatan mereka. Kemudian gres dilakukan proses verifikasi, meluruskan apa yang sudah dilakukan sehingga muncul formula atau rumus atau model yang sanggup dijadikan referensi ketika siswa menemukan problem serupa.
- Satu hal yang juga tidak kalah penting ialah proses mengapresiasi. Seandainya hipotesis yang diambil oleh siswa ternyata kurang sempurna maka guru hendaknya tetap memberi apresiasi. Dengan menyerupai itu, maka siswa akan tetap terpacu motivasinya.
Sebagai pola dalam pembelajaran mengenai perbandingan trigonometri . Pembelajaran trigonometri sering kali ditakuti alasannya ialah yang nampak ke permukaan ialah simbol-simbol dan rumus-rumus yang abstrak. Adapun maknanya jarang diangkat dan dipahamkan kepada para siswa. Perbandingan trigonometri gotong royong berawal dari problem nyata. Berikut salah satu alternatif pengajaran yang sanggup dilakukan:
- Guru terlebih dahulu menjelaskan definisi-definisi penting sebagai bekal bagi mereka untuk melaksanakan observasi dilapangan.
- Selanjutnya minta para siswa untuk mengukur tinggi benda-benda menyerupai tiang bendera, pohon, bangunan kelas, dan lain-lain. Biarkan mereka berekslporasi menemukan caranya sendiri. Dari sisni tentu akan ada bermacam-macam cara yang diusulkan siswa semoga sanggup mengukur tinggi benda-benda tersebut. Dalam hal ini guru bertugas mengakomodir aneka macam respon yang muncul, membimbing, dan mencoba mengarahkan para siswa semoga tidak terlalu keluar dari wilayah yang dijadikan tujuan.
- Berikutnya guru sanggup mengarahkan siswa untuk menerapkan perbandingan trigonometri dalam permasalahan tersebut. Misalnya akan diukur tinggi pohon P. Minta salah seorang siswa, katakanlah siswa A, berdiri dalam jarak tertentu terhadap benda yang ingin diukur ketinggiannya. Misalkan jaraknya x meter. Dengan santunan klinometer sanggup diketahui besarnya sudut yang dibuat oleh siswa A dengan pohon P, katakanlah sudut yang dibuat ialah ?. Dengan menggunakan hukum tangent, dengan gampang akan diperoleh tinggi pohon P. yakni: Tinggi pohon P = x tan(?)
- Ajak siswa membandingkan efektifitas dan tingkat akomodasi aneka macam macam cara yang diperoleh melalui kegiatan tersebut. Dari sini akan diperoleh gambaran bahwa matematika khususnya perbandingan trigonometri sanggup mempermudah menuntaskan permasalahan yang ada.
- Kegiatan pembelajaran sanggup diakhiri dengan meminta siswa menuliskan rangkaian kegiatan yang dilakukan hingga hasil final yang dicapai. Dengan ini, kemungkinan besar siswa sanggup lebih memahami konsep perbandingan trigonometri.
Proses pembelajaran menyerupai ini, bila terus dilakukan dan dikembangkan dalam aneka macam topik pembelajaran matematika , dimungkinkan akan membuat pembelajaran matematika yang lebih asyik dan menarik, sekaligus mengikis pencitraan jelek dan menyeramkan yang menempel padanya.
Sumber:
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=MATEMATIKA%20DAN%20CARA%20MENGAJARKANNYA&&nomorurut_artikel=448
0 Response to "Matematika Dan Cara Mengajarkannya"
Posting Komentar