iklan

Nyawa Terancam Bila Gunakan Ponsel Di Negara Ini

Ilustrasi Gadget. (Foto: Thinkstock)Ilustrasi Gadget. (Foto: Thinkstock)

Jakarta - Negara itu yaitu Somalia, sebuah negara yang berada di sebelah timur Afrika, bukanlah tempat yang ramah bagi pengguna internet. Bahkan, di Mogadishu, Ibukota dari negara yang berbatasan dengan Kenya dan Ethiopia itu, jaringannya kurang bermutu, mahal, dan tidak sanggup diprediksi.

Kondisi lebih parah lagi terjadi di daerah yang dikuasai oleh kelompok militan al-Shabaab. Di sana, internet tidak ada sama sekali, atau tepatnya tidak diizinkan oleh mereka.

Faktanya, Somalia menempati urutan dua terbawah soal susukan internet. Tidak hingga 2% dari total penduduknya yang mendapatkannya. Di bawahnya ada Eritrea, yang hanya 1,2% dari masyarakatnya yang mempunyai susukan internet.


Untuk lebih tahu bagaimana keluh kesah orang-orang di sana, mari dengarkan kisah Anas Farah. Laki-laki berusia 26 tahun tersebut sempat menjalankan toko musik, namun bisnisnya terhenti karena minimnya layanan internet.

"Saya biasa mengunduh musik gres dari internet dan mengunggahnya di Facebook untuk mengiklankan musik gres yang saya punya sehingga pelanggan mau tiba dan membeli," ujarnya.

"Kemudian al-Shabaab melarang internet, dan penyedia internet menutup perusahaannya. Tidak ada uang yang dihasilkan dari situ. Saya tidak sanggup bertahan tanpa internet jadi saya menutup toko musik saya," katanya menambahkan.

Kelompok militan al Shabaab SomaliaKelompok militan al Shabaab Somalia Foto: Feisal Omar/Reuters


Selain itu, penduduk kota Marka ini mengaku juga mengunduh bahan dakwah Islam dari YouTube. Setelahnya, para pelanggan sanggup membawa kartu memori biar sanggup mendapat bahan yang dimilikinya.

Malang tak sanggup ditolak. Itu yaitu satu-satunya mata pencaharian Farah, ayah dari tiga orang anak.

"Saya kehilangan pekerjaan saya. Hari ini, jikalau susukan internet kembali berjalan, saya akan membuka kembali toko saya dan menghasilkan uang," ucapnya.

Pegang Ponsel = Cari Mati

Lain Farah, lain lagi dengan Ali Sheikh Hamud. Mahasiswa ini mengaku harus berpindah kota biar sanggup terkoneksi dengan internet.

Pria berusia 20 tahun yang tinggal di bersahabat Bariire ini harus menempuh perjalanan ke Mogadishu demi susukan internet dikala ia hendak menjalankan ujian Agustus lalu. Sekadar informasi, dua daerah tersebut terpaut jarak lebih dari 60 kilometer, dan memakan waktu kira-kira 2 jam jikalau bepergian dengan mobil.


Sebagai perbandingan, jikalau kau tinggal di sekitaran Gandaria, Jakarta Selatan, maka kau harus pergi ke daerah Karawang, Jawa Barat demi mendapat koneksi internet. Tak diragukan lagi, itu usaha yang berat.

"Jika ada memergoki saya memegang smartphone, orang-orang al-Shabaab akan memenggal kepala saya alasannya yaitu menganggap saya mata-mata, jadi saya tidak mau mempertaruhkan nyawa saya," kata Hamud bercerita.

"Jadi saya pergi ke Mogadishu untuk mendapat susukan internet. Puji Tuhan saya sanggup melaksanakan ujian dari universitas saya," ucapnya menambahkan.

Tempuh 114 km demi susukan internet

Amina Nuur Ibrahim juga harus berjuang keras demi mendapat susukan internet. Perempuan berusia 19 tahun harus meninggalkan kampun halamannya di Jilib menuju Kismayo biar sanggup melaksanakan kontak dengan kekasihnya lewat internet.

Dua kota tersebut terpaut jarak sekitar 114 kilometer. Butuh hampir 2 jam untuk sanggup hingga dari satu kota ke kota lain memakai mobil.


"Kekasih saya tinggal di Kenya dan ia sudah terkoneksi internet, sayangnya saya tidak sanggup (terkoneksi internet). Biaya telpon sangat mahal di sini, jadi saya meninggalkan keluarga di Jilib dan pergi ke Kismayo untuk sanggup chat dengan kekasih dan mendiskusikan rencana janji nikah kami," tuturnya.

Sebagai perbandingan, perjalanan yang ia tempuh kurang lebih ibarat pergi dari Jakarta menuju Serang, Banten. Bayangkan, wanita berusia 19 tahun, pergi sejauh itu, 'hanya' demi susukan internet.

Kekejaman al-Shabaab, ketakutan masyarakat

Di atas, nama al-Shabaab sempat ditulis sebagai kelompok yang menentang susukan internet. Ya, mereka memang melarang orang-orang memakai smartphone yang terkoneksi internet serta GPS. Alasannya, mereka takut keberadaan pemimpinnya sanggup terbongkar.

Karena alasan tersebut, Mohamed Ali Abukar, seorang pengemudi truk, harus rela meninggalkan ponselnya di Mogadishu dikala ia ingin mengunjungi kakeknya di Gambole.

"Karena saya takut akan keselamatan diri saya. Jika orang-orang al-Shabaab melihat saya dengan smartphone, maka mereka akan pribadi membunuh saya," katanya.

"Mereka tidak menyukai smartphone dan susukan internet alasannya yaitu banyak pemimpin kelompok militan yang dipercaya mati karena mempunyai smartphone yang terkoneksi dengan GPS," ungkapnya menambahkan.

Ia pun masih ingat terhadap dua anak muda dari kampung halamannya yang dipenggal alasannya yaitu membawa perangkat tersebut.

"Ketika saya sedang dalam perjalanan untuk mengunjungi kakek saya yang sedang sakit, saya meninggalkan ponsel dan susukan internet saya. Sampai saya kembali, saya tak mempunyai susukan internet," pungkasnya.

Jadi, dikala kau tengah memakai ponsel dan tidak dipenggal kemudian, bersyukurlah, kau tidak sedang berada di Somalia.

Sumber detik.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Nyawa Terancam Bila Gunakan Ponsel Di Negara Ini"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel