Menjadikan Profesi Guru Sebagai Panggilan Jiwa By astagadragon Jumat, 27 Juli 2018 Add Comment Edit proses belajar-mengajar serta pemberian bimbingan dan pengarahan kepada siswa biar mencapai kedewasaan masing-masing. Guru yaitu profesi yang terhormat. Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills (1966) menyampaikan bahwa profesi yaitu sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh melalui kegiatan berguru dan training yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau menunjukkan advis pada orang lain, dengan memperoleh upah atau honor dalam jumlah tertentu. Guru profesional mempunyai arena khusus untuk mengembangkan minat, tujuan, dan nilai-nilai profesional serta kemanusiaan mereka. Dengan perilaku dan sifat semacam itu, guru profesional mempunyai kemampuan melaksanakan profesionalisasi secara terus-menerus, memotivasi-diri, mendisiplinkan dan meregulasi diri, mengevaluasi-diri, kesadaran-diri, mengembangkan-diri, berempati, menjalin korelasi yang efektif. Guru profesional yaitu pembelajar sejati dan menjunjung tinggi kode etik dalam bekerja. Menurut Danim (2010) secara akademik guru profesional bercirikan menyerupai berikut ini: Mumpuni kemampuan profesionalnya dan siap diuji atas kemampuannya itu. Memiliki kemampuan berintegrasi antarguru dan kelompok lain yang “seprofesi” dengan mereka melalui kontrak dan aliansi sosial. Melepaskan diri dari belenggu kekuasaan birokrasi, tanpa menghilangkan makna budpekerti kerja dan tata santun bekerjasama dengan atasannya. Memiliki rencana dan aktivitas pribadi untuk meningkatkan kompetensi, dan gemar melibatkan diri secara individual atau kelompok seminar untuk merangsang pertumbuhan diri. Berani dan bisa menunjukkan masukan kepada semua pihak dalam rangka perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran, termasuk dalam penyusunan kebijakan bidang pendidikan. Siap bekerja secara tanpa diatur, alasannya yaitu sudah bisa mengatur dan mendisiplinkan dirinya. Siap bekerja tanpa diseru atau diancam, alasannya yaitu sudah bisa memotivasi dan mengatur dirinya. Secara rutin melaksanakan evaluasi-diri untuk mendapatkan umpan balik demi perbaikan-diri. Memiliki tenggang rasa yang kuat. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa, kolega, komunitas sekolah, dan masyarakat. Menunjung tinggi budpekerti kerja dan kaidah-kaidah korelasi kerja. Menunjung tinggi Kode Etik organisasi tempatnya bernaung. Memiliki kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust), dalam makna tersebut mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri. Adanya kebebasan diri dalam beraktualisasi melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan aneka macam ragam perspektif. Dari sisi pandang lain, sanggup dijelaskan bahwa suatu profesi mempunyai seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lainnya. Seseorang penyandang profesi sanggup disebut profesional manakala elemen-elemen inti itu sudah menjadi belahan integral dari kehidupannya. Danim (2010) merangkum beberapa hasil studi para andal mengenai sifat-sifat atau karakteristik-karakteristik profesi menyerupai berikut ini: Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan dimaksud yaitu jenjang pendidikan tinggi. Termasuk dalam kerangka ini, pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh seorang penyandang profesi. Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi yaitu sebuah kekhususan penguasaan bidang keilmuan tertentu. Siapa saja bisa menjadi “guru”, akan tetapi guru yang bergotong-royong mempunyai spesialisasi bidang studi (subject matter) dan penguasaan metodologi pembelajaran. Memiliki pengetahuan mudah yang sanggup dipakai pribadi oleh orang lain atau klien. Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari atas kerangka teori yang terperinci dan teruji. Makin seorang andal seseorang, makin mendalam pengetahuannya di bidang itu, dan makin akurat pula layanannya kepada klien. Dokter umum, misalnya, berbeda pengetahuan teoritis dan pengalaman praktisnya dengan dokter spesialis. Seorang guru besar idealnya berbeda pengetahuan teoritis dan praktisnya dibandingkan dengan dosen atau tenaga akademik biasa. Memiliki teknik kerja yang sanggup dikomunikasikan atau communicable. Seorang guru harus bisa berkomunikasi sebagai guru, dalam makna apa yang disampaikannya sanggup dipahami oleh penerima didik. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara sanggup bangun diatas kaki sendiri atau selforganization. Istilah sanggup bangun diatas kaki sendiri di sini berarti kewenangan akademiknya menempel pada dirinya. Pekerjaan yang ia lakukan sanggup dikelola sendiri, tanpa pinjaman orang lain, meski tidak berarti menafikan pinjaman atau mereduksi semangat kolegialitas. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus siap menunjukkan layanan kepada anak didiknya pada ketika pinjaman itu diperlukan, apakah di kelas, di lingkungan sekolah, bahkan di luar sekolah. Di dunia kedokteran, seorang dokter harus siap menunjukkan bantuan, baik dalam keadaan normal, emergensi, maupun kebetulan, bahkan ketika ia sedang istirahat sekalipun. Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru dalam bekerja. Memiliki hukuman dan tanggungjawab komunita. Manakala terjadi “malpraktik”, seorang guru harus siap mendapatkan hukuman pidana, hukuman dari masyarakat, atau hukuman dari atasannya. Ketika bekerja, guru harus mempunyai tanggungjawab kepada komunita, terutama anak didiknya. Replika tanggungjawab ini bermetamorfosis dalam bentuk disiplin mengajar, disiplin dalam melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran. Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksudkan di sini yaitu standar gaji. Di dunia kedokteran, sistem upah sanggup pula diberi makna sebagai tarif yang ditetapkan dan harus dibayar oleh orang-orang yang mendapatkan jasa layanan darinya. Budaya profesional. Budaya profesi, bisa berupa penggunaan simbol-simbol yang berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain. Dengan memahami ciri Guru profesional dan karakteristik-karakteristik sebuah profesi ternyata masih sulit untuk kita berani menyatakan bahwa saya yaitu guru profesional. Karena kenyataannya, menjadi guru tidak cukup sekadar untuk memenuhi panggilan jiwa, tetapi juga memerlukan seperangkat keterampilan dan kemampuan khusus. Video pilihan khusus untuk Anda 😊 Ternyata ini Sebab Guru jadi Galak; Sumber http://www.defantri.com Share this post Berlangganan update artikel terbaru via email:
0 Response to "Menjadikan Profesi Guru Sebagai Panggilan Jiwa"
Posting Komentar