iklan

Hipotesis Penelitian



HIPOTESIS PENELITIAN

Kegunaan

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:
  1. Hipotesis sanggup dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini sanggup dilihat dari teori yang dipakai untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, alasannya ialah dan jawaban dari konflik sanggup dijelaskan melalui teori mengenai konflik.
  2. Hipotesis sanggup diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau di falsifikasi.
  3. Hipotesis ialah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan lantaran menciptakan ilmuwan sanggup keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk memperlihatkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Hipotesis dalam penelitian
Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus mempunyai hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian. Dalam problem atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian memakai hipotesis atau tidak. Contohnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak memakai hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, ada yang beropini tidak memakai hipotesis alasannya ialah hanya menciptakan deskripsi atau mengukur secara cermat perihal fenomena yang diteliti, tetapi ada juga yang menganggap penelitian deskriptif sanggup memakai hipotesis. Sedangkan, dalam penelitian klarifikasi yang bertujuan menjelaskan kekerabatan antar-variabel ialah keharusan untuk memakai hipotesis.
Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:
  1. Untuk menguji teori,
  2. Mendorong munculnya teori,
  3. Menerangkan fenomena sosial,
  4. Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
  5. Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
Karakteristik
Satu hipotesis sanggup diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jikalau hipotesis tersebut masih abnormal bukan saja membingungkan mekanisme penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.
Untuk sanggup memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus mempunyai beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
  1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh alasannya ialah itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas problem yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
  2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris ialah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara niscaya variabel independen dan variabel dependen.
  3. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga sanggup diukur secara empiris dan memperlihatkan citra mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara terang menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
  4. Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak mempunyai daerah di dalam pendekatan ilmiah mirip halnya dalam hipotesis.
  5. Hipotesis harus sanggup diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau sanggup dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis sanggup diuji dengan metode yang tersedia yang sanggup dipakai untuk mengujinya alasannya ialah peneliti sanggup merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh alasannya ialah itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
  6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus mempunyai hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X bekerjasama dengan Y ialah sangat umum. Hubungan antara X dan Y sanggup positif atau negatif. Selanjutnya, kekerabatan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan kekerabatan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah kekerabatan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang sanggup diteliti lantaran dalam teori dijelaskan arah kekerabatan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
  7. Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau kekerabatan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan ialah salah satu kekerabatan yang diharapkan di antara variabel dibentuk secara eksplisit.
Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:


  1. Penentuan masalah.
Dasar kebijaksanaan sehat ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul lantaran sesuatu keadaan atau insiden yang terlihat tidak atau tidak sanggup diterangkan menurut hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar kebijaksanaan sehat pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses kebijaksanaan sehat ilmiah tersebut, penentuan problem menerima bentuk perumusan masalah. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini dipakai juga dalam kebijaksanaan sehat ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan sanggup dipakai untuk menyimpulkan suatu konklusi, lantaran tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya dipakai untuk melaksanakan uji coba sebelum penelitian bahwasanya dilaksanakan.
  1. Pengumpulan fakta.
Dalam kebijaksanaan sehat ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan menentukan fakta.
  1. Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa sanggup melalui inspirasi atau intuisi, dimana nalar tidak sanggup berkata apa-apa perihal hal ini. Hipotesa diciptakan ketika terdapat kekerabatan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai teladan sebuah anekdot yang terang menggambarkan sifat inovasi dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda niscaya jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
  1. Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang sanggup diamati dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan) terjadi jikalau perjuangan menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana perjuangan itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering menerima konfirmasi atau koroborasi sanggup disebut teori.
  1. Aplikasi/penerapan.
 Apabila hipotesa itu benar dan sanggup diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus sanggup diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
Hubungan hipotesis dan teori
Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan kekerabatan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan kekerabatan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang bekerjasama dengan problem yang akan diteliti. Pernyataan kekerabatan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu problem yang didasarkan pada kekerabatan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang dipakai untuk menjelaskan problem penelitian. Sebab, teori yang sempurna akan menghasilkan hipotesis yang sempurna untuk dipakai sebagai jawaban sementara atas problem yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
Agar teori yang dipakai sebagai dasar penyusunan hipotesis sanggup diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata yang sanggup diamati dan diukur. Cara yang umum dipakai ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih nyata yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang sanggup diamati atau sanggup diukur. Proposisi yang sanggup diukur atau diamati ialah proposisi yang menyatakan kekerabatan antar-variabel. Proposisi mirip inilah yang disebut sebagai hipotesis.
Jika teori merupakan pernyataan yang memperlihatkan kekerabatan antar-konsep (pada tingkat abnormal atau teoritis), hipotesis merupakan pernyataan yang memperlihatkan kekerabatan antar-variabel (dalam tingkat yang nyata atau empiris). Hipotesis menghubungkan teori dengan realitas sehingga melalui hipotesis dimungkinkan dilakukan pengujian atas teori dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh alasannya ialah itu, hipotesis sering disebut sebagai pernyataan perihal teori dalam bentuk yang sanggup diuji (statement of theory in testable form), atau kadang-kadanag hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan tentatif perihal realitas (tentative statements about reality).
Oleh lantaran teori bekerjasama dengan hipotesis, merumuskan hipotesis akan sulit jikalau tidak mempunyai kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak membuatkan proposisi yang tegas perihal problem penelitian, atau tidak mempunyai kemampuan untuk memakai teori yang ada. Kemudian, lantaran dasar penyusunan hipotesis yang reliabel dan sanggup diuji ialah teori, tingkat ketepatan hipotesis dalam menduga, menjelaskan, memprediksi suatu fenomena atau insiden atau kekerabatan antara fenomena yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau kebenaran teori yang dipakai dan yang disusun dalam kerangka teoritis. Jadi, sumber hipotesis ialah teori sebagaimana disusun dalam kerangka teoritis. Karena itu, baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada keadaan relatif dari teori penelitian mengenai suatu fenomena sosial disebut hipotesis penelitian atau hipotesis kerja. Dengan kata lain, meskipun lebih sering terjadi bahwa penelitian berlangsung dari teori ke hipotesis (penelitian deduktif), kadang kala sebaliknya yang terjadi.
A. Populasi
Populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Kaprikornus populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi mencakup seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek/subjek itu.
Misalnya akan melaksanakan penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini merupakan populasi. Sekolah X mempunyai sejumlah orang/subyek dan obyek yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti jumlah/kuantitas. Tetapi sekolah X juga mempunyai karakteristik orang-orangnya, contohnya motivasi kedanya, disiplin kedanya, kepemimpinannya, iklim organisasinya dan lain-lain; dan juga mempunyai karakteristik obyek  yang lain, contohnya kebijakan, mekanisme keiJa, tata rangkelas, lulusan yang dihasilkan dan lain-lain, Yang terakhir berarti populasi dalam arti karakteristik.
Satu orang-pun sanggup dipakai sebagai populasi, lantaran sate brang itu mempunyai banyak sekali karakteristik, contohnya gaga bicaranya, disiplin pribadi, hobi, cara bergaul, kepemimpinannya dan lain-lain. Misalnya akan melaksanakan penelitian perihal kepemimpinan presiden Y maka kepemimpinan itu merupakan sampel dari semua karakteristik yang dimiliki presiden Y.
Dalam bidang kedokteran, satu orang sering bertindak sebagai populasi. Darah yang ada pada setiap orang ialah populasi, kalau,akan diperiksa cukup diambil sebagian darah yang berupa sampel. Data yang diteliti dari sampel tersebut selanjutnya dibertakukan ke seluruh darah yang dimiliki orang tersebut.
B. Sampel
Sampel ialah kepingan dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti mustahil mempelajari semua yang ada pada populasi, contohnya lantaran keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti sanggup memakai sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu. kesimpulannya akan sanggup diberlakukan populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Bila sampel tidak representatif, maka mirip orang buta disuruh menyimpulkan karakteristik gajah. Satu orang memegang pendengaran gajah, maka la menyimpulkan gajah itu mirip kipas. Orang kedua memegang tubuh gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu mirip tembok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka la menyimpulkan gajah itu kecil mirip seutas tali. Begitulah kalau sampel yang dipilih tidak representatif, maka mirip 3 orang buta itu yang menciptakan kesimpulan salah perihal gajah.


Sumber http://lussychandra.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Hipotesis Penelitian"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel