iklan

Tips U/ Investor Pemula: Milikilah Mentor!

Beberapa waktu kemudian penulis mendapatkan pertanyaan sebagai berikut, ‘Pak Teguh, kalau saya baca dari tulisan-tulisannya, kelihatannya Pak Teguh ini berkiblat banget sama Warren Buffett. Kenapa pak? Apakah alasannya yaitu dia paling kaya dibanding investor-investor lain? Padahal kan ada cukup banyak investor lain yang, meski belum sekaya WB, tapi annual return investasinya lebih bagus, menyerupai Joel Greenblatt, Carl Icahn, Peter Lynch, dst.’

Nah, kebanyakan orang mungkin mengidolakan WB alasannya yaitu dia yaitu investor paling senior dan paling sukses, termasuk sudah menghasilkan aneka macam karya tulis baik itu melalui annual letter-nya yang terkenal, ataupun buku-buku wacana investasi yang ditulis oleh orang lain (tapi menurut metode investasinya WB).

However, bukan itu alasan kenapa penulis hanya mengakibatkan WB sebagai panutan, melainkan alasannya yaitu alasan-alasan berikut.

Pertama, yup, memang benar bahwa investor besar di dunia ini gak cuma WB, melainkan banyak lagi yang lain. Dan kalau ukurannya yaitu annual return, maka WB juga bukanlah yang terbaik.

Namun terus terang, penulis bahu-membahu sama saja menyerupai investor lain pada umumnya: Malas berguru dan malas baca, dimana saya lebih suka menghabiskan waktu untuk liburan ke pantai ketimbang baca-baca literatur wacana saham, termasuk menyerupai yang pernah penulis sampaikan di artikel ini, saya bahkan belum selesai membaca buku The Intelligent Investor karya Ben Graham. Intinya kalau saya disuruh baca semua buku karya investor terkenal, maka terus terang saja, saya gak punya waktu. Yup, alasannya yaitu bahkan bagi investor full time sekalipun, yang notabene gak punya kerjaan lain lagi, maka pekerjaan rutin menganalisis saham serta menyusun investment planning itu sudah cukup menyita waktu, konsentrasi, serta fokus. Dan daripada berguru dari buku-buku, saya lebih suka berguru dari pengalaman saja, dengan cara learning by doing.

Karena itulah, dan alasannya yaitu untuk mempelajari cara-cara investasi WB (dari annual letter-nya, dll) juga bahu-membahu panjang banget (selama WB masih belum pensiun, maka selama itu pula kita sanggup berguru dari beliau), maka penulis kemudian fokus berpedoman dari WB saja. Sudah tentu, penulis bukannya menutup diri dari berguru dari investor lain, namun biasanya saya sebatas membaca buku karya mereka saja. Contohnya buku karya Guy Spier, seorang value investor sukses yang pernah makan siang eksklusif dengan WB. Namun sesudah selesai membaca bukunya (isinya kaya novel, dimana Mr. Spier menceritakan pengalaman serta ‘kisah nyata’-nya sebagai investor), penulis tidak cari tahu lebih lanjut wacana Mr. Spier, alasannya yaitu sekali lagi, itu membutuhkan waktu.

Buku ini beneran manis lho

Kedua, menyerupai yang disebut diatas, kebanyakan orang menyukai WB mungkin alasannya yaitu memang dia langganan Majalah Forbes sebagai salah satu orang terkaya di dunia. However, kalaupun penulis sudah mengenal WB di awal tahun 1960-an, yakni saat dia masih belum jadi siapa-siapa, maka mungkin saya tetap akan mengakibatkan dia sebagai panutan dan mitra baik. Sebab WB tidak hanya seorang real investor, tapi ia juga merupakan a good person, and a good human being. Di banyak annual letter-nya, WB tidak hanya menyebarkan wacana filosofi-filosofinya dalam berinvestasi, tapi juga filosofinya dalam menjalani kehidupan layaknya insan pada umumnya. Buffett banyak mengajarkan wacana kesederhanaan, kesabaran, hingga memakai kekayaan yang kita miliki untuk tujuan yang baik menyerupai filantropi.

Dan kalau anda sudah cukup usang di pasar modal, maka anda akan menyadari bahwa sangat sulit bagi siapapun untuk sanggup menjadi ‘a good person in the stock market’, karena disini aneka macam godaannya! Yup, alasannya yaitu sifat dasar insan itu yaitu serakah, dimana orang lebih tertarik ‘mencopet’ saham terbang gak terperinci ketimbang meraih laba konsisten melalui investasi jangka panjang. Dan tidak hanya investor ritel, investor kelas kakap pun aneka macam yang kerjaannya cuma menggoreng saham, insider trading, melakukan aksi-aksi korporasi yang merugikan investor publik, dan seterusnya.

Tapi Buffett tidak begitu, dimana sepanjang kariernya sebagai investor selama lebih dari enam dekade dihitung dari saat ia membuka Buffett Partnership di tahun 1956 (itu yaitu jangka waktu yang sangat lama!), hampir tidak ada masalah apapun yang melibatkan dirinya ataupun Berkshire (daftar lengkap ‘skandal’ WB sanggup dibaca disini). Sementara investor/trader saham besar lain biasanya mereka ada saja masalah atau dongeng jeleknya, atau bahkan justru populer alasannya yaitu kasusnya tersebut. Jika Jordan Belfort pernah dipenjara alasannya yaitu menggoreng saham, Jesse Livermore meraup manfaatnya dari berspekulasi alih-alih investasi, maka George Soros populer dengan kejadian ‘Black Wednesday’-nya di tahun 1992, dimana ia menghasilkan laba US$ 1 milyar dari kejatuhan mata uang Pound Sterling, yang seketika mengakibatkan Bank of England dan banyak lagi investor institusi lainnya kelimpungan.

Apa yang dilakukan Mr. Soros itu sepenuhnya legal, jadi ia gak pernah hingga dipenjara karenanya. Namun, entahlah dengan orang lain, tapi kalau bagi penulis sendiri, saya tidak akan happy jika memperoleh profit yang berasal dari kerugian orang lain. Dan WB banyak mengajarkan wacana hal tersebut, wacana bagaimana menghasilkan profit dengan cara-cara yang benar, wacana bagaimana ia mengakuisisi perusahaan secara baik-baik dan bukannya hostile takeover. Dalam banyak annual letternya Buffett banyak menceritakan wacana bagaimana pasar saham di Amerika, dari dekade ke dekade, selalu dipenuhi oleh investor-investor serakah yang menghalalkan segala cara untuk meraih profit sebesar-besarnya, dan memang mereka kemudian menjadi kaya karenanya. Namun WB kemudian memperlihatkan bagaimana para rising star ini hanya tiba dan pergi, alias tidak pernah bertahan usang di pasar modal (atau lebih tragis lagi, berakhir dengan bunuh diri menyerupai Mr. Livermore diatas).

Terakhir, ketiga, mungkin alasannya yaitu karakternya sebagai good person diatas, WB kemudian menjadi investor yang selalu happy dan santai dalam menjalankan pekerjaannya di Berkshire, dan itu membuatnya menjadi pribadi yang menyenangkan. Ia yaitu satu dari sedikit investor yang 1. Panjang umur serta kekal muda, 2. Selalu tersenyum, 3. Selalu bersemangat untuk hadir di universitas untuk memperlihatkan kuliah/motivasi, 4. Masih meluangkan waktunya untuk bermain kartu bridge, yang merupakan hobinya semenjak dulu, dan 5. Lebih suka stay dirumah (yang merupakan rumah yang biasa-biasa saja untuk ukuran billionaire) sambil nonton pertandingan base ball dan makan pop corn, ketimbang bergabung dengan hiruk pikuk pasar modal. Ketika WB makan siang dengan Guy Spier dan rekannya, maka mereka membawa serta keluarganya termasuk bawah umur wanita yang masih kecil. Dan WB bahkan masih meluangkan waktu untuk membeli kado bagi bawah umur kecil tersebut.

Padahal, jangankan kalau anda bertanggung jawab atas dana kelolaan hingga puluhan milyar Dollar menyerupai WB, kadang beli saham senilai Rp10 juta saja kemudian kemudian itu saham malah turun, pusingnya udah di ubun-ubun bukan? Makara boro-boro sanggup santai, yang ada kita malah gak sanggup tidur! Tapi WB sama sekali tidak begitu. Padahal menyerupai halnya kita gak akan happy kalau dapet profit dari kerugian orang lain, kita juga gak akan happy kalau dapet profit tapi itu sesudah kita jungkir balik stress gak karuan. Yup, Buffett tidak hanya mengajarkan bagaimana cara meraup profit dari saham, tapi dia juga mengajarkan bagaimana semoga profit itu diperoleh dengan cara yang baik, dan juga santai/casual, sehingga kita sanggup tetap menikmati hidup. Dan penulis sendiri sudah banyak sharing artikel wacana cara ‘investasi santai’ di blog ini, dimana kita sanggup dapet profit besar tapi disisi lain tetap sanggup tidur nyenyak di malam hari, salah satunya di artikel ini.

Anyway, penulis semenjak dulu percaya bahwa setiap investor itu unik, alias berbeda satu sama lain. Makara meski penulis mengakibatkan WB sebagai panutan, tapi penulis tetap punya beberapa gaya investasi sendiri yang berbeda dengan yang WB lakukan (meski tetap menurut kaidah value investing), alasannya yaitu diadaptasi dengan kondisi pasar saham di Indonesia, peluang yang tersedia, hingga jumlah dana kelolaan. Penulis juga tidak hingga mengidolakan WB ataupun investor lain manapun, jadi kalau contohnya ada orang lain yang mengkritik WB maka itu sah-sah saja, dan saya gak akan protes. However, alasannya yaitu penulis juga percaya dengan prinsip to be the best, you have to learn from the best, maka saran penulis bagi investor pemula adalah, anda harus punya seorang panutan, yang anda jadikan sebagai ‘mentor’ bahkan meski anda tidak pernah bertemu eksklusif dengannya.

Dan bagi penulis mentor tersebut yaitu Warren Buffett. Actually, semenjak beberapa tahun terakhir ini penulis punya lagi satu mentor, yakni Li Ka-shing, dan sekali lagi itu bukan alasannya yaitu dia pernah menjadi orang terkaya di Asia, melainkan alasannya yaitu alasan-alasan yang menyerupai dengan Buffett. Contoh, pada tahun 1956, Mr. Li pernah menolak anjuran dari investor untuk membeli pabrik plastiknya pada harga yang akan memperlihatkan ia laba ekstra hingga 30%, alasannya yaitu ia sebelumnya sudah baiklah secara verbal (jadi bahu-membahu belum ada perjanjian tertulis) untuk menjual pabrik tersebut ke orang lain. Yup, Mr. Li selalu berpegang teguh pada integritasnya, bahkan meski itu artinya ia akan kehilangan sejumlah uang (but still, he still made it as the richest man in Hong Kong).

Untuk kedepannya penulis mungkin akan share lebih banyak lagi wacana cara-cara investasi Li Ka-shing, yang juga merupakan value investor (kasih saya waktu untuk baca-baca dulu). Tapi untuk kini penulis ucapkan Selamat Tahun Baru 2018, semoga di tahun yang gres ini kita semua sanggup lebih sukses lagi, dan sanggup lebih banyak menyebarkan untuk sesama, amin!

Buletin Analisis Pasar/IHSG dan Stockpick saham pilihan edisi Januari 2018 sudah terbit! Anda sanggup langsung memperolehnya disini, gratis konsultasi saham eksklusif dengan penulis untuk member.

Follow/lihat foto-foto penulis di Instagram, klik 'View on Instagram' dibawah ini:  Beberapa waktu kemudian penulis mendapatkan pertanyaan sebagai berikut Tips u/ Investor Pemula: Milikilah Mentor!
Sumber http://teguhidx.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Tips U/ Investor Pemula: Milikilah Mentor!"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel