iklan

Kisah Konkret Mahasiswa Unpad Sangat Menginspirasi: Akidah Sanggup Mengalahkan Segalanya

Kisah Nyata Mahasiswa UNPAD Sangat Menginspirasi Kisah Nyata Mahasiswa UNPAD Sangat Menginspirasi: Keyakinan Dapat Mengalahkan SegalanyaKupandangi bintang dilangit timur, memperlihatkan senyuman dengan kedipan-kedipan semangat. Sejenak saya terdiam mengikuti bayang-bayang yang membawaku ke alam bawah sadar, mengingat kembali memori-memori hidup yang penuh dengan perjuangan, harapan, impian dan impian besar yang selalu saya katakan kepada bintang di timur sana, kabulkalah semua doaku ya Allah.

Namaku Anas Anwar Nasirin, nama yang mempunyai arti mulia "Manusia Cahaya Penolong". Aku anak pertama dari tiga bersaudara, adiku yang pertama berjulukan Wawat Karwiti lahir tahun 2001 dan adiku yang ke dua berjulukan Riyad lahir tahun 2005. Ayahku bekerja sebagai pedagang peci dan ibu bekerja sebagai buruh tani. Aku sangat sayang kepada ayah dan ibu. Ayah orangnya pinter, disiplin dan ia selalu berpesan biar saya sholat sempurna waktu. Begitupun ibu, orang tersuper di dunia, selalu tegar, semangat, tegas dan sangat mengasihi aku.

Dunia tidak terbatas tapi tidak infinit juga, ketika bersyukurlah kebahagiaan besar yang saya dapatkan. Tahun 2005 ialah tahun yang sangat bersejarah, ketika itu saya kelas II SD, Wawat berusia 4 tahun dan Riad masih dalam kandungan. Musibah besar menimpa keluargaku, kios tempat ayah berjualan kebakaran. Setelah insiden tersebut saya sering melihat ayah termangu bahkan ibu dan ayah sering bertengkar.

Seringkali saya menangis ketika terbayang pertengkaran ayah dan ibu, tanpa terasa ketika menjelang tidur air mataku jatuh membasahi bantal. Beberapa hari sesudah pertengkaran terjadi, ayah pamit akan pulang ke kampung halamannya untuk menenangkan pikiran dan mencari biaya lahiran adiku yang ketiga. Selama ayah pulang saya sangat kesusahan, ibu tidak bisa kerja, Wawat sering rewel, hutang ke tetangga sangat banyak, seringkali saya makan di rumah tetangga alasannya ialah di rumah ibu sering sakit-sakitan dan tidak punya beras.

Mendungnya awan disambut gelapnya malam, ditengah kondisi ibu hamil bau tanah saya mendapatkan kabar ayah menderita gangguan jiwa. Mataku tak kuasa menahan tangis ketika memandang ibu memeluk Wawat dan air mata membsahi pipinya. Sejak ketika itulah hanya ibu seorang diri yang mengasuh, membiayai, dan merawat aku, Wawat dan Riad.

Setelah ayah sakit saya jarang bertemu ayah alasannya ialah ayah tinggal di Cibalong (Kampung halamannya) dan saya tidak mempunyai biaya untuk menjenguknya. Sejak kelas III SD biar saya bisa jajan dan sedikit bantu ibu, setiap pergi ke sekolah sambil jualan gorengan dan Es, walaupun upahnya tidak besar saya sangat bersyukur setidaknya bisa jajan ibarat teman-temanku yang lainnya.

Empat tahun sudah ayah sakit dan kini Riyad sudah berusia 3,5 tahun begitupun saya sudah kelas VI SD dan sebentar lagi siap menjadi bab dari OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Hidup ialah usaha yang harus dimenangkan dan hidup ialah tantangan yang harus dihadapi.

Keinginannku untuk melanjutkan sekolah ke tingkat SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) terhalangi alasannya ialah ibu tidak sanggup dan tidak mumpunyai biaya untuk biaya kedepannya. Disisi lain guruku terus memperlihatkan semangat biar saya melanjutkan sekolah bahkan saya akan dibelikan baju, tas, sepatu dan peralatan sekolah yang lainnya.

Aku sangat semangat dan keinginanku sangat besar untuk melanjutkan sekolah ke tingkat SLTP, saya yakinkan diriku "tidak apa-apa ya Allah saya sekolah hingga SMP (Sekolah Menengah Pertama) yang penting kini saya bisa sekolah SMP, saya berjanji ya Allah kalau saya bisa sekolah SMP saya akan berguru dengan maksimal dan saya akan berusaha biar bisa masuk rangking 3 besar".

Baca juga: Mula Sigiro: Kemiskinan dan Penderitaan Membuatku Kuat Untuk Terus Bermimpi

Yang kedua kalinya saya yakinkan kepada ibu, saya benar-benar ingin sekolah SMP "Emak, saya tau hidup kita susah, tapi saya ingin sekolah SMP" Emak sempat murka dan menyuruhku untuk kerja ke Bandung dan Jakarta ibarat teman-temanku yang lainnya. Saat itu saya galau "bagaimana caranya biar saya bisa sekolah SMP?" hati positifku terus meyakinkan "aku niscaya bisa sekolah SMP".

Aku mau saya mampu, ungkapan ini membuktikannya, saya medapatkan kabar bahwa pak Homidin (tetanggaku) punya sodara yang bekerja di Panti Asuhan. Dengan semangat saya bilang dan memohon restu biar ibu mau mendaftarkan dan mengizinkanku tinggal di Panti Asuhan.

Akhirnya ibu mendaftarkanku kepada Pak Homidin biar bisa tinggal di Panti Asuhan Al-Rasyid Subang. Hari Jumat 10 Juli tahun 2009 saya berangkat ke Panti Asuhan Al-Rasyid diantar Pak Homidin, ketika itu ibu tidak mempunyai uang sepeserpun, kecuali uangku Rp100.000 sisa sumbangan dari BSM (Bantuan Siswa Miskin). Aku gunakan uang tersebut untuk ongkos perjalanan ke Subang Rp75.000 dan Rp25.000 lagi untuk bekal selama di Panti Asuhan.

Menjelang keberangkatan saya cium tangan dan kaki ibu, ketika itu juga saya menangis, saya memohon ridho dan doa terbaik darinya. Saat saya sudah duduk di dingklik bus saya fokuskan pandanganku keluar jendela memandang wajah ibu dengan lambaian tangan dan harapan doa terbaik biar kelak dikemudian hari, ketika saya kembali ke kampung halaman membawa kesuksesan dan kemanfaatan besar.

Segala sesuatu tergantung kepada niat, kehidupanku di Panti Asuhan Al-Rasyid jauh lebih baik dibandingkan ketika saya tinggal di rumah, saya berguru dengan maksimal dan mengambarkan janjiku "Jika saya bisa sekolah SMP".

Kelas VII semester 1 dan 2 saya mendapatkan rangking 3 dan 2 dari 30 siswa. Aku sangat senang alasannya ialah sebelumnya selama SD biasanya saya rangking, 19, 18 dan 13 dari 24 siswa. Aku mempunyai teman-teman gres dari aneka macam tempat di Indonesia (NTT, Lampung, Cianjur, Banten, Bogor, dan Bandung).

Meski sering kangen kepada ibu dan adik alasannya ialah dalam satu tahun saya hanya pulang satu kali ketika hari raya Idul Fitri. Mentari karam disambut gelapnya malam, kelas VIII semester dua, saya mendapatkan kabar, ayah meninggal dunia. Saat itu saya hanya bisa menangis dan berusaha menguatkan hati alasannya ialah saya sedang ujian (tidak bisa izin pulang).

Baca juga: Kisah Perjuangan Robinson Sinurat, Anak Petani Lulusan S2 Universitas Ternama di AS

Tiba-tiba Aku teringat Riad, ia sama sekali tidak pernah mencicipi kasih sayang ayah dan mungkin wajahnyapun tak ingat, dan kini harapan untuk berjumpapun mustahil kecuali di alam mimpi dan di darul abadi kelak. Disisi lain saya sangat besyukur alasannya ialah saya masih bisa mencicipi kasih sayang ayah dibandingkan dengan Wawat dan Riad. Semangatku semakin membara dan tekadku semakin kuat, saya berjanji, selesai SMP saya harus melanjutkan ke Sekolah Menengan Atas (Sekolah Menengah Atas), saya harus sukses, saya harus menjadi teladan untuk kedua adiku dan bermanfaat untuk keluarga dan orang banyak.

Tiga tahun sudah saya tinggal di Panti Asuhan Al-Rasyid dan kini saya sudah dinyatakan lulus UN (Ujian Nasional) dengan nilai yang membanggakan. Bu Ina (pengurus Panti Asuhan) memanggilku,"Nas, Ini ada telepon dari ibu kamu". Aku mengangkat telepon tersebut dan berbincang banyak dengan ibu sambil menyampaikan kebahagianku sudah lulus UN dengan nilai yang membanggakan.

Hampir satu jam saya berbincang dengan ibu, ternyata ibu menyuruhku keluar dari Panti Asuhan Al-rasyid biar saya bekerja di konveksi milik bibi. Aku sangat murung mendengar kabar ini, tapi bagaimana lagi? Ini perintah ibu dan memang sudah saatnya saya membantu ibu untuk membiayai ke dua adiku.

Tanggal 5 Mei 2012 saya resmi keluar dari Panti Asuhan Al-Rasyid. Dengan muka senang saya membeli buah-buahan dan keripik pisang buah tangan untuk ibu, Wawat dan Riad dan saya ingin cepat-cepat berjumpa dengan mereka. Sudah 3 ahad saya tinggal di rumah tapi perasaanku tidak lezat dan batinku semakin menuntutku biar melanjutkan sekolah ke SMA, saya tidak mau bekerja yang ada dalam pikiranku,"Aku harus sekolah hingga SMA".

Aku coba katakan perasaanku kepada ibu, ternyata ibu tak mengizinkanku alasannya ialah tidak mumpunyai biaya. Aku coba menghubungi pengurus di Panti Asuhan Al-Rasyid "semoga saja saya bisa diterima lagi di sana" ternyata jawabannya "Anas, kau tidak bisa diterima sebagai anak asuh di Panti Asuhan Al-rasyid, alasannya ialah keluarga kau sebelumnya yang meminta keluar". Mendengar balasan ini saya sangat terpukul, hanya keyakinanku kepada Allah dalam doa sepertiga malam dan duhaku biar Allah memberikanku rizki, saya bisa sekolah SMA.


Yang kedua kalinya saya yakinkan dan katakan kepada ibu, "aku ingin sekolah SMA" Ibu tidak merespon banyak. Dengan nada murka dan air mata membasahi pipi saya memaksa dan mengancam ibu "ibu saya ingin sekolah SMA, kalau ibu tetap memaksaku untuk kerja dan tidak mengizinkanku sekolah SMA, saya akan kabur dari rumah dan ibu mohon jangan cari dan anggap saya anak" saya ungkapkan kata-kata itu secara tidak sadar alasannya ialah sangat besarnya keinginanku untuk sekolah SMA.

Ibu memeluku sambil menagis. Keesokan harinya saya dan ibu mencari informasi seputar Panti Asuhan di Tasikmalaya. Aku mendapatkan informasi, di Tasikmalaya ada Panti Asuhan Taman Harapan dan reputasinya tidak mengecewakan baik. Tanggal 17 Mei 2012 saya mendaftar ke Panti Asuhan Taman Harapan, hasil yang saya dapatkan sangat menyedihkan saya tidak diterima alasannya ialah di Panti Asuhan tersebut hanya mendapatkan Anak SD dan SMP. Setiap kali melihat anak tetangga yang sekolah Sekolah Menengan Atas saya sangat iri dan ingin sekali saya ibarat ia bisa sekolah SMA. Aku buatkan puisi dan saya tuliskan di buku harian "Aku ingin sekolah SMA".

Apa yang saya pikirkan berbanding lurus dengan sesuatu yang Allah berikan. Alhamdulillah saya mendapatkan informasi, di Kecamatan Cisarua, Kab. Bandung Barat terdapat Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa. Aku mencoba daftar dengan menghubungi no HP pengurus Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah. Alhamdulillah dengan izin Allah saya diterima dan disuruh secepatnya berangkat ke Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah. Hari Jum’at 30 Juni 2012 saya berangkat ke Pondok Pesantren yatim piatu dan Dhuafa Darul Inayah.

Aku niatkan untuk sekolah sebaik-baiknya dan menaati peraturan Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah. banyak perubahan yang terjadi kepadaku selama tinggal di Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah dengan peraturan yang sangat jauh berbeda ketika saya tinggal di Panti Asuhan Al-Rasyid. Harus berdiri jam 3:25 WIB, piket masak nasi, sholat tahajud, sholat duha, hapalan Qur’an, berkebun, sekolah, hapalan amaliah ibadah, ngaji kitab kuning dan saya gres bisa tidur jam 22:10 WIB.

Bahagia, semangat,sedih, dan kecewa merupakan makananku selama di Ponpes Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah. Saat pembagian rapot merupakan momen yang sangat di tunggu-tunggu, Alhamdulillah kelas X semester I dan semester II saya mendapatkan rangking II dan rangking I, saya sangat bersyukur alasannya ialah kualitas diriku meningkat dari sebelumnya, meski kesedihan sering menghampiri ketika melihat teman-temanku ketika pengambilan rapot mereka selalu ditemani orang tuanya.

Seringkali saya meminta kepada Allah biar suatu ketika nanti ketika saya meraih kesuksesan yang saya inginkan ibuku ada dihadapanku. Untuk menutupi kebutuhan dan uang jajan saya biasa jualan gorengan milik tetangga, dijajakan kepada seluruh santri dengan mendapatkan upah sekali jualan 4000-7000.

Ketika pulang libur tengah semester alasannya ialah tidak mempunyai uang saya biasa numpang kendaraan beroda empat truk pengantar arang batok kelapa (milik tetangga) dari Bandung hingga ke Tasikmalaya begitupun sebaliknya ketika saya kembali ke Pondok. Walaupun sangat banyak ujian dan kekurangan finansial selama tinggal di Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah saya sangat senang dan bersemangat, alasannya ialah saya mumpunyai impian besar.

Ketika saya masih kelas X ada beberapa orang abang kelas yang lulus SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) di aneka macam Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Saat kelas X semester II saya sangat termotivasi, saya yakinkan dan katakan kepada Allah di setiap sepertiga malamku biar Allah meluluskanku dalam SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) tahun 2015 di Universitas Gadjah Mada Jurusan Ilmu sejarah dengan mendapatkan beasiswa Bidikmisi.


Aku katakan dan saya yakinkan kaepada orang-orang "Tahun 2015 saya Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Jurusan Ilmu Sejarah dengan mendapatkan Beasiswa Bidikmisi" dan saya mohonkan disetiap sujudku biar Allah Swt mengabulkannya. Aku berguru semaksimal yang saya bisa, saya bikinkan puisi dengan judul "UGM Kampusku", saya bikinkan kata-kata semangat seputar UGM dan saya tempel di dinding Kobong (Asrama santri).Kisah Nyata Mahasiswa UNPAD Sangat Menginspirasi Kisah Nyata Mahasiswa UNPAD Sangat Menginspirasi: Keyakinan Dapat Mengalahkan Segalanya Hidup ialah tantangan yang harus dihadapi, dibalik semangat dan impian kuatku tidak sedikit teman-teman yang mencaci dan memperlihatkan keyakinan negatif, bahwa cita-citaku kuliah di UGM merupakan ekspektasi tidak mungkin. Aku tidak menyerah, saya terus menyemangati diri serta semakin saya tunjukan keinginanku untuk kuliah di UGM dengan mengikuti aneka macam perlombaan biar saya mumpunyai banyak pretasi.

Tahun 2015 saya mengkuti lomba baca puisi alhamdulillah saya mendapatkan juara II sebagai pembaca puisi terbaik se-kabupaten Bandung Barat tingkat dewasa dan Juara III sebagai pembaca puisi terbaik dalam program Al-kautsar Festival Islami tahun 2015.

Waktu membawaku tanpa sadar saya sudah kelas XII MA (Madrasah Aliah). Dengan semangat saya mendaftar SNMPTN. Pilihan pertama alasannya ialah ajuan dari guru BP, saya menganmbil Jurusan Ilmu Hukum UGM, Pilihan ke-2 Jurusan Ilmu Sejarah UGM dan Pilihan ke-3 Jurusan Pendidikan Sejarah UPI. Selesai melaksanakan registrasi saya merasa lega dan tawakal kepada Allah semoga Allah meluluskanku. Satu bulan sudah dari waktu melaksanakan registrasi dan saatnya hasil SNMPTN akan diumumkan, hasil yang saya dapatkan ternyata belum saatnya saya menjadi mahasiswa UGM.

Aku sempat murung dan patah semangat tapi saya yakinkan bahwa saya masih punya jalan lewat SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan saya ingat kesepakatan Allah "Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sungguh sesudah kesulitan ada kemudahan".

Dengan harapan baik dan ucapan penuh doa saya mendaftar SBMPTN dengan kembali kepada niat awal untuk mengambil jurusan Ilmu Sejarah. Pilihan ke-1 Jurusan Ilmu Sejarah UGM, Pilihan Ke-2 Jurusan Ilmu Sejarah UNS dan Pilihan Ke-3 Jurusan Ilmu Sejarah UNPAD. Saat hari-hari melaksanakan tes saya awali dengan shalat duha dan tak lupa sambil mengerjakan kiprah saya mohonkan fasilitas dari Allah "Allahuma Yassir Walatu’assir" Ya Allah Permudahkanlah Urusanku Jangan Engkau Persulit. Selesai melaksanakan tes, selama satu bulan penantian saya pusatkan pikiran untuk tawakal kepada Allah SWT. Sesuai dengan janjinya "Apabila kau sudah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah".

Satu bulan akan segera berlalu dan saya sangat ingin ketika pengumuman SBMPTN saya disaksikan oleh ibu, alasannya ialah selama enam tahun saya menuntut ilmu ibu belum tahu tempatku dan momen pengumuman SBMPTN merupakan momen berharga dan antara bukti sukses atau gagal selama enam tahun perjuanganku menuntut ilmu dan jauh dari ibu. Alhamdulillah ibu memenuhi keinginanku ia akan tiba ke pondok menyaksikanku mendapatkan hasil tes SBMPTN. Agar bisa pergi ke Bandung ibu meminjam uang Rp.300.000 dari tetangga.

Tanggal 9 Juli 2015 ibu sudah ada di Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah. Dan selesai shalat isya secara berjamaah (bersama-sama) disakasikan seluruh santri pengumuman SBMPTN akan dibuka. Saat itu jumlah santri Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah yang mendaftar SBMPTN sebanyak 22 orang dan semuanya dibuka secara berjamaan dengan selembar kertas yang sebelumnya sudah di printkan oleh pengurus pondok secara rahasia. Karena mencakup registrasi dan lembar pormulir SBMPTN begitu beres tes saya dan rekan-rekan tidak diperbolehkan untuk memegangnya, alasannya ialah semuanya sudah diurusi oleh pengurus pondok.

Suasana aula dipenuhi dengan aroma wajah penuh harapan, sederet santri putra dan santri putri menyaksikan saya dan teman-teman yang berada ditengahtengah mereka. Sebelum lembar kertas dibagikan satu-persatu terlebih dahulu pimpinan pondok memperlihatkan wejangan dan berdoa biar kami diberikan keiklasan dan percaya kepada takdir Allah.

Baca juga: Everything Starts With A Dream

Lembaran demi lembaran kertas sudah hampir habis dibagikan kepada 22 orang santri akseptor SBMPTN, dengan komando keras diawali dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim biar kertas yang sudah di pegang dibuka dan yang dinyataakan lolos dipersilahkan untuk sujud sukur. Aku berdoa menurut doa yang biasa saya panjatkan, saya pandangi wajah ibu, saya ikhlaskan diri, saya lihat teman-teman dan belum ada satu oarangpun yang sujud syukur.

Aku ucapkan Bismillahirahmanirrahim, saya beranikan diri untuk membuka kertas dan saya baca dengan teliti goresan pena yang ada dikertas dan Alhamdulillah "SELAMAT ANDA LULUS DI JURUSAN ILMU SEJARAH UNIVERSITAS PADJADJARAN" saya menangis mengeluarkan air mata bahagia, saya peluk ibu, saya bersujud dipangkuannya dan saya sangat bersyukur dan ini merupakan kasih sayangi Allah Swt buah dari usaha dan kesabaran.

Mencoba belum tentu menjamin keberhasilan kalau tidak mencoba sudah niscaya menjamin kegagalan. Prinsip keyakinan sanggup mengalahkan segalanya ialah senjata sukses yang bisa dan yakin akan kekuatan Allah, kemampuan diri sendiri dan kebermanfatan untuk orang banyak. Aku hanya bisa menentukan dan Allah Swt yang menetapkan. Keinginanku kuliah di UGM buah dari kerja keras, berdoa, dan berkeyakinan positif Allah menetapkanku di universitas yang terbaik untuknya dan pastinya untuku. Alhamdulillah fasilitas demi fasilitas saya temukan di Universitas Padjadjaran.

Mendapatkan Beasiswa Bidikmisi, Juara II Debat antar angkatan Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran, Juara II Lomba Baca Puisi Minangkata FIB UNPAD ke-58, 6 Besar Terbaik Duta Wisata dan Budaya/Mojang Jajaka Kab.Tasikmalaya 2016, lolos 32 esai terbaik dari 114 Peserta Esai Nasional "Perlindungan Bangsa Terhadap Kekerasan s3kual Pada Perempuan" di Universitas Negeri Padang, dan Mewakili Universitas Padjadjaran dalam Lomba Debat Nasional "Eksistensi Perempuan di Era Globalisasi" di Universitas Negeri Padang.

Hidup ialah usaha yang harus dimenangkan, selalu ada tantangan yang harus dihadapi. Saat kesusahan menerpaku, ketika itulah Allah mewariskan semangat, pantang menyerah, kerja keras, dan berani menjadi yang berbeda. Mengalahkan rasa takut kunci utama. Bukan kekurangan finansial yang menjerumuskan pada kegagalan, justru alasan-alasan yang harus di hindarkan. Salam sukses dan semangat dariku (Anas Anwar Nasirin) berbekal pesan Anthonio Robbins,
Jangan Pernah takut membentuk cita-cita. Kita Bisa! Kita sangat Powerfull! Tidak ada yang mustahil jikalau kita mempunyai tekad dan keberanian. Buatlah mimpi yang besar dan bergeraklah dari sekarang!!!

Keyakinan Dapat mengalahkan Segalanya (Kisah Nyata Berbuah Semangat dan Inspirasi)
Karya: Anas Anwar Nasirin (Universitas Padjajaran)
Juara I Lomba Kisah Inspirasi Exist Fair 2017 [*sumber]

Jangan Lupa Untuk Berbagi 🙏Share is Caring 👀 dan JADIKAN HARI INI LUAR BIASA! - WITH GOD ALL THINGS ARE POSSIBLE😊

Video pilihan khusus untuk Anda 💗 Everything Starts With A Dream;
Kisah Nyata Mahasiswa UNPAD Sangat Menginspirasi Kisah Nyata Mahasiswa UNPAD Sangat Menginspirasi: Keyakinan Dapat Mengalahkan Segalanya

Sumber http://www.defantri.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Kisah Konkret Mahasiswa Unpad Sangat Menginspirasi: Akidah Sanggup Mengalahkan Segalanya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel