iklan

Kisahku Dan Dongeng Hidup Andy F Noya Bab 2

Tulisan ini ialah kelanjutan dari "curhat" yang beberapa waktu kemudian ku posting. Jika belum, anda boleh membacanya dulu di Kisahku dan Kisah hidup Andy F Noya

Alkisah, sesudah saya mendapkan pesan inbox dari Penerbit Buku Kompas tanggal 6 April 2016, saya kembali ke kawasan kiprah sebut saja di pedalaman Kalimantan (biar lebih dramatis). Tak akan gampang menemukan sinyal di sana, meski hanya sekedar untuk sanggup sms dan jangan berhayal sanggup browsing dan berselancar di dunia maya. Sehigga sulit bagiku untuk memantau kiriman paket tersebut. Tetapi menurut pengalaman beli barang via online dan bantuan buku untuk Taman Baca Baraoi, belum pernah mengalami persoalan dengan alamat rumah yang saya kasih. 

Tanggal 29 Mei 2016, setiba di rumah Aku menanyakan tentang paket tersebut kepada Ibu, Kakak, dan Adik ku, namun tak seorangpun dari mereka yang merasa mendapatkan paket atas namaku. Keesokan harinya (30 Mei 2016) sekitar pukul 12.35 WITA saya menanyakan kembali paket yang telah dijanjikan oleh Penerbit Buku Kompas, mengapa tidak kunjung tiba. Kali ini pesan tersebut eksklusif dibalas hanya berselang kurang lebih 2 jam. Berikut salinan pesanan jawaban tersebut;

"Yth. Bapak Jumani, terima kasih atas pesannya. 

Dengan ini kami sampaikan bahwa buku tsb sudah kami kirimkan tanggal 07 April 2016 dengan jasa pengiriman JNE dan sudah hingga ke alamat kirim pada tanggal 11 April 2016 diterima oleh M. Jumani. 

Berikut nomer resi pengirimannya :  CGK9M01583671416 

Demikian hal ini kami sampaikan kepada Bapak, atas pehartiannya kami ucapkan terima kasih.

Salam"

What?, Kemana bukuku?, Dalam perasaan campur aduk dan resah saya melaksanakan tracking nomor resi yang diberikan. Bla...bla...blaa.., kegalauan semakin memuncak, di situs tracking tersebut benar tertulis  bahwa paket sudah hingga dan diterima oleh si penerima. Makara dimana buku ku ?

Siapakah yang berbohong, atau dimanakah letak kesalahannya ?

Seakan tidak terima, saya kembali "mengintrogasi" Ibu, Kakak, dan tiga adiku yang dikala itu hanya merekalah yang ada di rumah sewaktu saya di pedalaman. Hasilnya tak jauh berbeda, semua merasa yakin tidak ada mendapatkan paket dalam rentang waktu dikirim hingga saya tiba di rumah, kecuali ibu ku. Beliau seolah mengalami dej4vu, dengan tidak yakin apakah itu faktual atau tidak tampaknya ada mendapatkan paket ibarat yang saya ceritakan. 

Aku tahu, meski ibu masih terbilang muda tetapi dia memang populer pelupa. Namun untuk sementara tampaknya ini ialah sepercik keinginan yang saya miliki. Aku menggeledah setiap sudut rumah, lemari pakaian, lemari barang, laci-laci dan bahkan tak terkecuali kolong-kolong ranjang berharap ibu benar-benar mendapatkan paket tersebut dan hanya lupa meletakannya.

Entah alasannya ialah penyakit resah akut, atau penantian yang seolah tidak berujung saya seakan kehilangan logika sehat. Seminggu sudah saya "mengobrak-abrik" rumah. Setiap kotak dan kantong plastik yang saya temui di rumah dan belum saya jamah ku periksa da berharap itu ialah paket ku. Paket yang saya tunggu kurang sebulan lagi setahun sudah.

Di puncak pesimistis dan kegalauan saya nyaris mengalah dan mengikhlaskan paket tersebut, barang kali ini yang namanya bukan "jodoh" pikir ku. Sampai secara tidak sengaja, entah terlintas dari mana tiba-tiba terbesit dalam kepalaku, apakah mungkin status "barang hingga di alamat" hasil tracking tersebut keliru?. Aku pun melaksanakan browsing, ternyata ada beberapa kasus terjadi. Mungkin inilah perjuangan terakhir yang sanggup kulakukan, tentunya upaya yang layak dicoba sebelum benar-benar mengiklhaskan.

Tanggal 8 Juni 2016, cuaca sangat menyengat meski dikala itu masih menerangkan waktu pukul sebelas pagi. Aku mgendarai motor dengan kecepatan sedang menuju biro jasa ekspedisi JNE terdekat. Seorang wanita lebih muda dari ku mencoba menanyakan keperluanku. Sembari menyodorkan selembar kertas berisi catatan nomor resi, akupun menjelaskan tentang paket "misterius" yang kini entah berada dimana.  

Perempuan itu meraih "mouse"nya, dan mencoba mengetikan sandi dan segera menginput nomor resi yang telah saya berikan.  Entah alasannya ialah gugup, belum terbiasa atau barangkali saya yang dikala itu tidak sabar, wanita tersebut tampak sangat lambat. 

Seorang lelaki paruh baya yang sedari awal kedatanganku duduk di depan monitronya di sudut ruangan rupanya rahasia menyimak pembicaraan kami. Dia bangun dari kawasan duduknya, dan lantas menanyakan alamat tujuan paket serta isinya. Dibanding si wanita tampak bahwa lelaki ini lebih erat dan mengerti permasalahanku. 

Sembari mengecek tumpukan paket beramplop, lelaki tersebut sekali lagi menanyakan isi paket tersebut kepadaku. "Bukunya Andy F Noya, bukan?" tanya lelaki itu sesudah tampaknya terlihat mengalah tidak menemukan sesuatu yang Ia cari dari tumpukan paket. "Kalau tidak salah memang ada paket buku yang diretur, tapi nanti saya coba telepon sentra dulu, silahkan tinggalkan nomor Hp nya nanti kami hubungi lagi". Papar lelaki itu sembari mengambil ballpoin dan selembar kertas.

Setelah meninggalkan nomor Hp, dan mengucapkan terimakasih saya kembali kerumah. Sungguh lega rasanya, jauh lebih lega dikala ibuku kisah bahwa Ia mungkin ada mendapatkan paket tapi entah itu nyata, dej4vu atau cuman terbawa mimpi. Dua jam berselang, Hp ku berbunyi, sebuah pesan singkat berbunyi "Paket nya dari  kompas sanggup di ambil jam 4 sore ini di counter JNE". Alhamdulillah. 

Itulah perjalanan panjang dan lika-liku Andy F Noya Kisah Hidupku sanggup hingga di tanganku. Oh ya, selain buku tersebut juga ada buku Sarwo Edhie Dan Tragedi 1965 yang dikirimkan oleh Penerbit Buku Kompas katanya sih sebagai wujud penyesalan, walaupun hanya ada satu dari dua buku terbitan lainnya yang dijanjikan.
 sesudah saya mendapkan pesan inbox dari Penerbit Buku Kompas tanggal  Kisahku dan Kisah Hidup Andy F Noya Bagian 2

Sebelum saya akhiri saya memohon maaf telah menyebut beberapa pihak dalam goresan pena ini, semua tidak lain tujuannya ialah untuk memotivasi dan dengan keinginan sanggup diambil manfaat walalupun sekecil-kecilnya dari goresan pena ini. Bahwa hakmu patut diperjuangkan, bukan dinantikan dengan kepasrahan.

Akhir kata ijinkanlah saya mengutip "Quote" Andy Noya :

"Tidak perlu menunggu
untuk sanggup menjadi cahaya
bagi orang-orang
di sekelilingmu. Lakukan
kebaikan, sekecil apa pun 
sekarang juga"

_Andy Noya_

Salam hangat,
Muhammad Jumani




Sumber http://mjumani.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Kisahku Dan Dongeng Hidup Andy F Noya Bab 2"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel