iklan

Islam Di Afghanistan

Dipresentasikan dalam kuliah Geografi Islam

I.         PENDAHULUAN
Berdasarkan data pada tahun 1990, negara-negara Asia yang lebih banyak didominasi penduduknya Islam adalah: Afghanistan, Brunei Darussalam, Indonesia, Irak, Iran, Kuwait, Pakistan, Qatar, Suriah, Turki, Yaman, Oman, Palestina, Turmenistan, Azerbaijan, Kirghistan, Malaysia, Tadzikiztan, dan Uzbekiztan.
Afghanistan menjadi salah satu negara yang lebih banyak didominasi penduduknya Islam, dengan jumlah 31.056.997 jiwa (pada Juli 2006), 80% Muslim Sunni, 19% Muslim Syiah, dan 1% lain-lain (Hindu, Yahudi, Zoroster). Satu hal yang menarik dari Muslim Afghanistan yaitu mereka berasal dari suku-suku yang berbeda, sehingga dalam duduk perkara aturan dan keyakinan moral setiap etnis mempunyai interpretasinya sendiri.
Oleh alasannya itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai citra umum Afghanistan, sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Afghanistan, dan karakteristik Islam di negara tersebut.

II.      RUMUSAN MASALAH
A.  Bagaimana citra umum Afghanistan?
B.  Bagaimana sejarah masuknya Islam dan perkembangnanya di Afghanistan?
C.  Bagaimana karakteristik Islam di Afghanistan?

III.   PEMBAHASAN
A.  Gambaran Umum Afghanistan
1.    Latak Geografis
Afghanistan yaitu sebuah negara yang terkurung daerah bergunung-gunung. Terjepit di antara Uni Soviet, Iran, Pakistan, Kashmir, dan Cina.[1] Merupakan daerah negara yang terletak di Timur Tengah. Dikatakan juga bahwa Afghanistan sebagai Kerajaan yang terletak di Asia Tengah. Wilayah Afghanistan dibatasi di sebelah utara oleh Turkmenistan, Uzbekistan, dan Tajikistan Republik, sebelah barat dibatasi oleh Iran, di sebelah Timur dan selatan dibatasi oleh Pakistan kepingan barat. Pada kepingan timur maritim bersentuhan dengan Sinkiang Uighur daerah swatantra China dan Huanza di Kashmir. Ibu kota Afghanistan yaitu Kabul.[2]
Luas wilayah Afghanistan mencapai 652.225 km2.[3] Kondisi iklim dan ekosistem di negara tersebut yaitu panas hingga sedang. Adapun kondisi medan di Negara Afghanistan yaitu pegunungan yang kebanyakan tidak datar; dataran hanya berada di kepingan utara dan di kepingan barat daya. Elevasi atau ketinggian tempat di wilayah tersebut yakni titik terendah berada di daerah Amu Darya (846 kaki atau 258 meter DPAL); sedangkan titik tertinggi berada di daerah Nowshak (24.557 kaki atau 7.485 meter DPAL).[4]

2.    Penduduk
Jumlah penduduk di Negara Afghanistan sebanyak 31.056.997 jiwa (pada Juli 2006). Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 15.898.475 jiwa (2006), dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 15.158.522 jiwa (Juli 2006). Kepadatan penduduk di negara tersebut yakni 111 jiwa per mil persegi atau 41 per kilometer persegi. Angka pertumbuhan penduduk yakni 2,67% (2006). Adapun angka migrasi penduduk sebesar 0,42 migran per 1.000 penduduk (2006).
Kelompok etnis di Negara Afghanistan terdiri dari 42% Pashtun, 27% Tajik, 9% Hazara, 9% Uzbek, 4% Aimak, 3% Turkmen, 2% Baloch, dan 4% lain-lain. Agama di negara tersebut meliputi 80% Muslim Sunni, 19% Muslim Syiah, dan 1% lain-lain (Hindu, Yahudi, Zoroster).[5]
Dengan semua kelompok etnis yang berbeda, tentunya terdapat beberapa bahasa dipakai di seluruh negeri, termasuk dialek Turki di kepingan utara Afghanistan. Namun, ada dua bahasa utama yang hampir semua orang tahu dan merupakan bahasa resmi Afghanistan. Pertama yaitu bahasa Afghanistan Farsi, yang disebut Dari, 50% dari populasi berbicara dengan bahasa Dari sebagai bahasa utama dan merupakan bahasa utama sastra, media, dan pemerintah. Bahasa resmi kedua yaitu Pashto, 35% dari populasi, terutama daerah-daerah yang didominasi Pashtun.[6]

3.    Pemerintahan
Nama negara, bentuk konvensional panjang: Republik Islam Afghanistan, sedangkan Konvensional pendek berupa: Afghanistan. Adapun bentuk panjang lokal: Jomhuri-ye Eslami- ye Afghanestan. Sedangkan lokal pendek berupa: Afghanestan. Dahulu bernama: Republik Afghanistan.
Ibukota Negara Afghanistan yaitu Kabul. Jenis Pemerintah Republik Islam. Kepala Pemerintahan Hamid Karzai (sejak 7 Desember 2004). Presiden di negara ini yaitu kepala negara dan kepala pemerintahan. Mantan Raja di negara ini yaitu Zahir Shah yang mana memegang kehormatan "Bapak Negara", dan memimpin secara simbolis melalui saat-saat tertentu, tetapi tidak mempunyai otoritas mengatur. Tanggal kemerdekaan Negara Afghanistan yakni pada 19 Agustus 1919 (dari kontrol Inggris atas negera Afghanistan). Divisi administratif meliputi 34 provinsi.[7]

B.   Sejarah masuknya Islam dan Perkembangannya di Afghanistan
1.      Masuknya Islam di Afghanistan
Islam masuk di Afghanistan semenjak masa Khalifah Umar bin Khattab melalui ekspedisi yang dipimpin oleh Asim bin Umarat-Tamimy. Pada masa Usman bin Affan, Islam berhasil masuk wilayah Kabul dan semenjak tahun 870 M peradaban Islam secara mudah telah mengakar ke seluruh Afghanistan. Dari masa Umawiyah di Damaskus dan Abbasiyah di Bagdad hingga hingga dipegang oleh dinasti-dinasti kecil menyerupai Ghaznawiyah.[8] Kekuasaan Islam belum pernah besar lengan berkuasa di wilayah Afghanistan kecuali pada masa pemerintahan Ghaznawiyah. Dinasti Ghaznawiyah berkuasa pada tahun 366-582 H/ 976-1182 M di Afghanistan dan Punjab.
Pendiri Dinasti Ghaznawiyah yaitu Subuktigin. Ketika itu, pada masa kekhalifahan Abbasiyah yang ke dua puluh empat. Terbentuknya dinasti Ghaznawiyah berawal dari Amir Dinasti Samaniyah yang menguasai wilayah Asia Tengah yaitu yang berjulukan Abdul-Malik Ibn Nuh (343-350 H/ 954-961 M ) yang membeli seorang budak yang berjulukan Alptigin. Pada mulanya Ia hanya seorang budak kemudian diangkat menjadi wali di wilayah Khurasan.
Alptigin mengalami pemecatan oleh Amir yang kedua yaitu Mansur Ibn Nuh. Kemudian Ia pergi ke Afghanistan beserta tentaranya menetap di kota Ghazna dan selanjutnya Alptigin membentuk pemerintahan di Ghazna. Setelah Alptigin wafat kepemimpinannya diteruskan oleh anaknya, Abu Ishaq Ibn alptigin. Dia mempunyai seorang budak yang kemudian menjadi menantunya berjulukan Subuktigin. Subuktigin inilah yang kemudian membentuk dinasti Ghaznawiyah.[9]
Dinasti ini terkenal galak dalam melaksanakan panggilan Islam dan membawa Hindu benar-benar keluar dari wilayah Afghanistan untuk pertama kalinya. Kota Ghazni berkembang di bawah pemerintahan Mahmud alasannya ia menirukan struktur pengadilan Persia dan membawa para sarjana Muslim untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, sejarah, dan seni di universitas yang dibangun wilayah Afghanistan kuno. Tentu hal ini membawa perubahan besar untuk masyarakat.[10]

2.      Perkembangan Islam di Afghanistan
Pada kala ke 19 Inggris menginvasi wilayah Afghanistan, hingga ia melepaskannya pada tahun 1919 M. Hingga tahun 1970-an Afghanistan masih merupakan negara yang sangat tradisional dibanding negara-negara muslim lainnya di Asia. Sekaligus negeri ini mungkin yang terpanas pada kala ke-21 dalam urusan domestik, alasannya semenjak merdeka dari Inggris pada tanggal 19 Agustus 1919, Afghanistan tak lekang dari aneka macam pertikaian etnik.
Setiap wilayah dikendalikan oleh tokoh masyarakat dengan kelompok masing-masing. Raja hanya berfungsi menyatukan mereka secara nasional. Kalangan muda berpendidikan Barat memanfaatkan momentum itu untuk memperlancar pembaruan menyeluruh melalui reformasi agraria, mendorong perempuan bersekolah, serta melarang perkawinan di bawah umur. Perselisihan dengan tokoh-tokoh adat pun terjadi. Hingga suatu ketika pemerintahan Babrak Karmal memaksakan ideologi Marxisme bagi seluruh rakyat Afghanistan, kaum ulama pun memberontak, dan pada tahun 1979 pasukan merah Uni Soviet melaksanakan invasi ke Afghanistan, hingga mengakibatkan perang berkecamuk.
Ideologi Sosialisme masih bertahan dengan dukungan Uni Soviet di Afghanistan hingga tahun 1990. Namun, pada tahun 1992 seiring sesudah runtuhnya Uni Soviet, paham sosialis-komunis pun ikut runtuh di Afghanistan. Melalui Peshwar Accord, Afghanistan menyatakan bahwa Afghanistan menjadi Negara Islam. Hal ini mendapat banyak penolakan dari kelompok masyarakat di Afghanistan yang kemudian mengakibatkan perang saudara terjadi di Afghanistan.
Perang saudara yang terjadi telah mengakibatkan Afghanistan kehilangan kesempatan untuk melaksanakan rekonstruksi pasca mundurnya Uni Soviet dari Afghanistan. Lebih lanjut, konflik tersebut menciptakan Afghanistan terus tumbuh menjadi negara yang tidak mempunyai dasar aturan yang jelas.
Pada awal tahun 1990, sebuah kelompok milisi mulai muncul sebagai kekuatan politik dan agama di Kandahar. Kelompok ini dikenal dengan nama Taliban. Taliban dipimpin oleh Mohammed Omar. Taliban mendapat banyak dukungan dari pengungsi Afghanistan di Pakistan. Pengakuan terhadap Taliban semakin hari semakin meningkat. Hal ini menciptakan Taliban berhasil menguasai sebagian besar Afghanistan kepingan selatan dan tengah.
Taliban berhasil merebut kekuasaan di pemerintahan Afghanistan pada tahun 1996. Taliban kemudian menerapkan norma-norma agama dan sosial yang sangat ketat di Afghanistan. Seorang tokoh berjulukan Osama bin Laden muncul sebagai seorang tokoh penting bagi kubu Taliban. Osama bin Laden merupakan tokoh yang ikut berjuang bersama pejuang Mujahidin ketika Uni Soviet masih menguasai Afghanistan. Atas pemberian dari Osama bin Laden, Taliban tumbuh menjadi sebuah kelompok yang besar lengan berkuasa dan mendapat pemberian dana yang cukup banyak dari rekanan Osama bin Laden.
Sebuah insiden penting terjadi pada 11 September 2001. Gedung World Trade Center (WTC) runtuh jawaban sebuah serangan udara. Amerika Serikat (AS) kemudian menuduh Taliban terlibat dalam hal ini dan menilai Osama bin Laden yaitu orang yang harus bertanggungjawab dalam hal ini. Amerika Serikat meminta Taliban untuk menyerahkan Osama bin Laden, namun Taliban menolaknya. Hal ini mengakibatkan Amerika Serikat melaksanakan operasi militer di Afghanistan. Operasi militer Amerika Serikat ini didasari oleh perlawanan melawan agresi terorisme.
Perang saudara dan serangan-serangan dari AS dan sekutunya dalam rangka menumpas pemberontakan dari kelompok Taliban semakin memperparah kondisi di Afghanistan.[11]

C.  Karakteristik Islam di Afghanistan
1.    Cara Berpakaian
     Secara tradisional, pakaian Afghanistan biasanya ditandai dengan desain yang indah dan menampilkan aneka macam warna. Namun, syariah Islam tetapkan norma-norma yang ketat perihal cara berpakaian orang di Afghanistan. Para laki-laki biasanya mengenakan salwar-kameez, sedangkan perempuan diperlukan mengenakan burqa.

2.    Kesenian dan Karya Sastra
      Afghanistan juga mempunyai kekayaan seni dan sastra. Puisi dalam bahasa Persia telah mendominasi kepingan sastra Afghanistan, meskipun bahasa lain juga mengatakan andil. Mushaeras atau kompetisi puisi menjadi tradisi yang umum diselenggarakan. Afghanistan juga menjadi tempat kelahiran beberapa penyair besar menyerupai Rabi’ah Balkhi – penyair pertama dari puisi Persia. Farrukhi Sistani – penyair kerajaan Ghaznavid, serta Jami Herat dan Ali Sher Nava’i. Demikian pula musik juga cukup terkenal dengan sebagian besar lagu-lagu ditulis dalam bahasa Persia dan Pashto.

3.    Gaya Hidup dan Kepribadian
      Bentuk Islam di Afghanistan mendorong gaya hidup konservatif yang telah diterjemahkan ke cara hidup tradisional dengan ikatan keluarga yang besar lengan berkuasa dan pandangan konservatif pada kekerabatan antara jenis kelamin dan pernikahan. Pandangan tersebut tidak tersebar ke seluruh negeri dan etnis minoritas mempunyai interpretasinya sendiri soal aturan dan keyakinan moral.
     Hal ini mengakibatkan Afghanistan menjadi terbagi-bagi dimana Pashtun, Tajik, Uzbek dan etnis lainnya mempunyai pandangan yang berbeda-beda namun sangat oke bahwa mereka harus berpisah dengan etnis yang lainnya. Akibatnya, sangat sulit untuk menegakkan aturan di padang gurun Afghanistan sehingga orang-orang mulai berguru untuk memerintah diri mereka dalam kelompok-kelompok kecil. Hal ini telah mengakibatkan penguatan kekerabatan dalam keluarga/klan, namun sekaligus juga menciptakan kekerabatan antar kelompok menjadi sangat renggang.
      Sebagai negara Muslim, ada beberapa aturan agama yang harus ditaati oleh semua orang di Afghanistan, yang meliputi pakaian dan perilaku, terutama kebiasaan makan. Pakaian Barat tumbuh dan terkenal di Afghanistan, meskipun di daerah pedesaan sebagian besar pakaian merupakan pakaian tradisional dan pada umumnya ditentukan oleh kombinasi antara agama dan penggunaan.
Sebagai negara muslim, orang-orang cukup konservatif dalam tata cara berpakaian mereka menyerupai kemeja lengan panjang dan celana panjang sehingga kulit mereka pun sangat sedikit ditunjukkan. Perempuan juga harus menutupi kepala mereka berdasarkan aturan Islam, tapi hanya perempuan muslim konservatif yang menutupi wajah mereka. Para warga negara asing yang tiba boleh mengikuti jejak lokal dan sanggup menggunakan pakaian barat, tetapi pastikan untuk menggunakan yang tertutup. Mereka diperlukan untuk menutup kulit dari pergelangan kaki dan pergelangan tangan ke atas. Para perempuan juga harus menutupi kepala mereka, meskipun tidak menjadi keharusan untuk menutupi wajah mereka.
     Bagi perempuan yang bepergian ke Afghanistan, cara termudah yaitu dengan bepergian bersama suami, ayah, atau saudara. Seorang wisatawan perempuan yang bepergian sendiri akan terlihat gila dan bepergian dengan seorang laki-laki tanpa kekerabatan keluarga/pernikahan dianggap tidak pantas, hal ini juga berlaku bagi seorang laki-laki yang menyentuh seorang wanita, bahkan memegang tangan istri atau memperlihatkan untuk berjabat tangan seorang perempuan lokal pun dianggap tidak pantas bagi seorang Muslim yang ketat.
     Terakhir, aturan Islam di negara ini juga melarang produk kuliner yang mengandung babi dan alkohol. Perlu  diketahui juga bahwa mencoba untuk membawanya ke dalam negeri juga sangat dihentikan keras.[12]

4.    Identitas
 Jarang ada warga Afghanistan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang “Afghanistan”. Kebanyakan orang di negara yang pertama mengidentifikasi etnisitas mereka, yang meliputi Pashtun, Tajik, Uzbek, dan banyak lagi, meskipun adakala Pashtun yang disebut sebagai Afghanistan. Identitas berbasis etnis ini cenderung menempel tidak hanya di etnis, tetapi juga bahasa, budaya, makanan, dan agama yang mendefinisikan identitas tersebut. Di antara banyak kelompok sepertinya satu-satunya kesamaan di masyarakat yaitu bahwa hampir semua dari mereka yaitu Muslim. Selain hal tersebut, masing-masing kelompok sangat berbeda dari yang lain  dan kurangnya identitas nasional telah mengakibatkan perbedaan besar antara orang-orang, kecuali ketika kelompok minoritas bersatu untuk tindakan kontra yang diambil oleh etnis lebih banyak didominasi yaitu Pashtun.[13]



IV.   KESIMPULAN
Afghanistan yaitu sebuah negara yang terkurung daerah bergunung-gunung. Terjepit di antara Uni Soviet, Iran, Pakistan, Kashmir, dan Cina. Merupakan daerah negara yang terletak di Timur Tengah. Dikatakan juga bahwa Afghanistan sebagai Kerajaan yang terletak di Asia Tengah. Wilayah Afghanistan dibatasi di sebelah utara oleh Turkmenistan, Uzbekistan, dan Tajikistan Republik, sebelah barat dibatasi oleh Iran, di sebelah Timur dan selatan dibatasi oleh Pakistan kepingan barat. Pada kepingan timur maritim bersentuhan dengan Sinkiang Uighur daerah swatantra China dan Huanza di Kashmir. Ibu kota Afghanistan yaitu Kabul.
Islam masuk di Afghanistan semenjak masa Khalifah Umar bin Khattab melalui ekspedisi yang dipimpin oleh Asim bin Umarat-Tamimy. Pada masa Usman bin Affan, Islam berhasil masuk wilayah Kabul dan semenjak tahun 870 M peradaban Islam secara mudah telah mengakar ke seluruh Afghanistan. Dari masa Umawiyah di Damaskus dan Abbasiyah di Bagdad hingga hingga dipegang oleh dinasti-dinasti kecil menyerupai Ghaznawiyah. Sebagai negara muslim, orang-orang cukup konservatif dalam tata cara berpakaian mereka menyerupai kemeja lengan panjang dan celana panjang sehingga kulit mereka pun sangat sedikit ditunjukkan. Perempuan juga harus menutupi kepala mereka berdasarkan aturan Islam, tapi hanya perempuan muslim konservatif yang menutupi wajah mereka.
Dalam perkembangannya Afghanistan menjadi sebuah negara yang terus dilanda perang. Karakteristik negara yang mempunyai aneka macam macam suku dari aneka macam turunan dari penjuru Asia menciptakan negara ini sangat gampang terpicu oleh konflik dan berkelanjutan sebagai perang. Tidak hanya itu, di negara ini pun juga perang eksternal yang merupakan perang dengan keterlibatan pihak dari luar Afghanistan

V.      PENUTUP
Demikianlah makalah yang pemakalah susun. Pemakalah berusaha menciptakan makalah ini dengan sebaik-baiknya, tetapi kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh alasannya itu kritik dan saran yang konstruktif kami harapkan demi perbaikan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.




DAFTAR PUSTAKA
al-‘Usairy, Ahmad, Sejarah Islam, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003.
, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta: Akbar, 2008.

Fuadi, Ahmad, “Peran United Nations Assistance Mission In Afghanistan (Unama)  dalam Memberikan Perlindungan Hak Asasi Manusia di Afghanistan Pada Tahun 2009-2012”, Jom FISIP, Vol. 1, No. 2, Oktober/2014.

Thohir, Ajid, Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno Linguistik dan Geo Politik, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.

SHAD, Chaerina Nur, “Perang Afghanistan dan Dampaknya terhadap Peradaban Manusia di Afghanistan”, Skripsi, Makasar: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, 2014.

Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
E-book: Sulistyo Adi, Mengenal Afghanistan, Yogyakarta: Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga, 2008.

http://kopi-pasta.heck.in/negara-afghanistan.xhtml. diakses pada 25 April 2015 pukul 01:50 WIB.


Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam dari Arab Sebelum Islam Hingga Dinasti-dinasti Islam, Yogyakarta: Teras 2012.



[1]E-book: Sulistyo Adi, Mengenal Afghanistan, (Yogyakarta: Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga, 2008), hlm. 46.
[2]Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 282.
[3]Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar, 2008), hlm. 498.
[4]http://kopi-pasta.heck.in/negara-afghanistan.xhtml. diakses pada 25 April 2015 pukul 01:50 WIB.
[5]http://kopi-pasta.heck.in/negara-afghanistan.xhtml. diakses pada 25 April 2015 pukul 01:50 WIB
[6]Chaerina Nur SHAD, “Perang Afghanistan dan Dampaknya terhadap Peradaban Manusia di Afghanistan”, Skripsi, (Makasar: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, 2014).
[7]http://kopi-pasta.heck.in/negara-afghanistan.xhtml. diakses pada 25 April 2015 pukul 01:50 WIB
[8]Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno Linguistik dan Geo Politik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 199.
[9]Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam dari Arab Sebelum Islam Hingga Dinasti-dinasti Islam, (Yogyakarta: Teras 2012), hlm. 153 – 154.
[10]Chaerina Nur SHAD, “Perang Afghanistan dan Dampaknya terhadap Peradaban Manusia di Afghanistan”, Skripsi, (Makasar: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, 2014).
[11]Ahmad Fuadi, “Peran United Nations Assistance Mission In Afghanistan (Unama)  dalam Memberikan Perlindungan Hak Asasi Manusia di Afghanistan Pada Tahun 2009-2012”, Jom FISIP, (Vol. 1, No. 2, Oktober/2014),  hlm. 2.
[12]Ahmad al-‘Usairy, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), hlm. 447.

Sumber http://katapembelajar.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Islam Di Afghanistan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel