iklan

Archaebacteria, Penjabaran Dan Contohnya

Metanogen
Merupakan kelompok Archaebacteria yang bisa menghasilkan metan (CH4) dari karbon dioksida (CO2) atau hydrogen (H2). Metanogen memakai hydrogen sebagai sumber energy dan karbon dioksida sebagai sumber karbon pertumbuhannya. Dalam proses pembentukan gas metan itu, dihasilkan energi (ATP). Reaksinya sebagai berikut :

4H2 --> CH4 + 2H2O + ATP
Metanogen merupakan organism anaerob obligat. Secara alami, mereka hidup di kubangan, rawa, daerah pembuangan limbah, dan susukan pencernaan binatang termasuk manusia, disebut gas intestinal. Karena menghasilkan gas metan, metanogen dipakai dalam bidang industry untuk mengolah limbah dan memurnikan air. Metanogen sanggup dieksploitasi untuk menghasilkan energi dari bahan-bahan limbah. Gas metan banyak dihasilkan selama proses pengolahan limbah industri, tetapi gas tersebut lebih banyak terbuang dari di manfaatkan. Beberapa pola metanogen, antara lain Methanobacterium, Methanosarcina, Methanococcus, Methanopyrus, dan Methanospirilium.
Methanosarcina mazei  contoh Kelompok Erchaebacteria Metanogen
(mampu menghasilkan Gas Metan)

Ekstrem halofil
Jenis ini mencakup Archaebacteria yang hidup di lingkungan alami berkadar garam tinggi (mengandung 25 % NaCl), contohnya Laut Mati, dan Danau Great Salt, atau di ladang-ladang pembuatan garam. Mereka tidak sanggup hidup di lingkungan yang berkadar garam rendah sebab garam dibutuhkan guna membangkitkan energi (ATP) untuk pertumbuhannya. Ion-ion Na +  dalam garam (NaCl) menstabilkan dinding sel, ribosom, dan enzimnya.

Halobacterium halobium, yaitu suatu jenis Archaebacteria ekstrem halofil yang hidup di Danau Great Salt, menyesuaikan diri dengan lingkungan berkadar garam tinggi dengan cara membentuk “membrane ungu”, yaitu pigmen penangkap cahaya yang terdapat di membrane plasmanya. Pigmen itu sejenis rodopsin dan disebut bakteriorodopsin. Organisme ini merupakan heterotrof yang melaksanakan respirasi aerob. Konsentrasi NaCl yang tinggi membatasi ketersediaan oksigen untuk respirasi guna menghasilkan ATP. Karenanya, mereka bisa menambah kapasitas produksi ATP dengan cara mengubah energy cahaya menjadi ATP dengan memakai bakteriorodopsin. Contoh ekstrem halofil lainnya yaitu Natronobacterium, Halococus, Haloferax, Halobacterium salinarum, dan Haloarcula.

Termoasidofil
Termoasidofil yaitu kelompok Archaebacteria yang hidup dilingkungan bersuhu sangat tinggi (80-110 derajat Celcius), ber-pH rendah (kurang dari 2) atau asam, dan mengandung sulfur (sulfur). Beberapa anggotanya hidup di kawah gunung berapa atau mata air panas yang bersuhu di atas 100 derajat celcius. Contohnya Sulfulobus, Thermoproteus, dan Pyrobaculum. Sementara itu, jenis Pyrodictium, Pyrococus, dan Archaeoglobus hidup di sumur hidrotermal di dasar bahari yang juga bersuhu diatas 100 derajat celcius. Organisme-organisme tersebut memerlukan suhu tinggi untuk pertumbuhannya. Membran dan enzim-enzimnya stabil pada suhu tinggi. Sebagian besar Archaebacteria golongan ini juga memerlukan sulfur untuk pertumbuhannya. Beberapa jenis merupakan organisme anaerob. Beberapa jenis lainnya mengoksidasi sulfur sebagai sumber energinya. Jenis Sulfolobus merupakan Archaebacteria termoasidofil pertama yang ditemukan oleh Thomas D. Brock dari Universitas Wisconsin, Amerika Serikat pada tahun 1970. Sulfolobus ditemukan di mata air panas di Taman Nasional Yellow stone, Amerika Serikat.


Sumber http://mjumani.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Archaebacteria, Penjabaran Dan Contohnya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel