Belajar Dari Li Ka-Shing
Ketika artikel ini ditulis, penulis sedang berada di Hong Kong, untuk bertemu dan makan siang dengan Li Ka-shing. Well, just kidding, saya cuma bisa berkunjung ke lobby gedung kantornya saja yakni Cheung Kong Center, untuk kemudian duduk-duduk manja di taman di belakang gedung. CK Center, yang berlokasi di tempat Central, Hong Kong, merupakan kantor sentra dari CK Hutchison Holdings, perusahaan investasi milik Mr. Li, yang kalau penulis sendiri menyebutnya sebagai Berkshire Hathaway-nya Asia, alasannya cara kerjanya sangat mirip: CK Hutchison selalu membeli aset-aset manis pada harga murah, dimana jikalau aset tersebut tidak dijual kembali beberapa waktu kemudian pada harga yang jauh lebih tinggi, maka tetap dipegang sebagai cash machine. Per selesai tahun 2016, CK Hutchison mempunyai aset higienis HK$ 544 milyar, atau setara Rp925 trilyun. Mr. Li sendiri, berdasarkan Forbes, mempunyai kekayaan sekitar US$ 33.6 milyar atau setara Rp443 trilyun, yang menjadikannya sebagai salah satu orang terkaya di Asia.
Nah, jikalau dibanding Warren Buffett, maka Li Ka-shing memang tidak begitu terkenal, alasannya ia jarang menulis atau berbicara perihal value investing maupun investasi secara umum. Tapi tahukah anda bahwa Mr. Li sering diundang untuk memperlihatkan pidato di kampus-kampus? Dalam pidatonya tersebut Mr. Li tidak banyak bicara perihal bisnis ataupun investasi, melainkan lebih banyak perihal virtue, tentang kebajikan dan kebijaksanaan, yang diperoleh dari pengalamannya sendiri sebagai seorang pebisnis dan investor selama puluhan tahun. Dan penulis sendiri sangat menyukai pidato-pidato tersebut, terutama alasannya pilihan kata-katanya yang sangat bagus. Berikut yaitu salah satu dari banyak pidato Mr. Li, yang sudah penulis terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
Catatan: Pidato aslinya yaitu dalam Bahasa Mandarin, yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan ditampilkan di website www.lksf.org, kemudian diterjemahkan lagi ke dalam Bahasa Indonesia. Makara hasil terjemahan dibawah ini mungkin tidak sepenuhnya tepat, terutama alasannya ada berbagai kosa kata dalam Bahasa Mandarin yang tidak terdapat dalam Bahasa Inggris maupun Indonesia.
‘The Art of Giving’
Terima kasih telah menghargai saya sebagai seorang pebisnis yang sukses. Dukungan serta dorongan yang telah anda berikan, saya sangat mengapresiasinya.
Salah satu pertanyaan yang sering saya terima yaitu perihal bagaimana cara untuk menjadi pebisnis atau pengusaha yang sukses. Namun faktanya, saya tidak bisa mendorong orang-orang untuk menjalani kiprah yang sama menyerupai yang saya jalani. Saya selalu melihat diri saya sebagai seorang insan terlebih dahulu, kemudian gres sebagai pengusaha. Setiap orang mempunyai kiprah dan posisinya masing-masing dalam hidup, entah itu sebagai pengusaha, politisi, artis, pekerja profesional, dan lainnya. Saya pikir kunci kesuksesan yaitu terkait bagaimana anda mengelola kecerdasan intelektual serta moral yang anda miliki. Menjalani kehidupan tanpa menerapkan prinsip-prinsip moral, yaitu menyerupai hidup tanpa arah tujuan. Kombinasi yang sempurna antara kecerdasan intelektual dan moral akan memungkinkan anda untuk sukses dalam bidang serta kiprah apapun yang anda lakukan, dan anda bisa tetap menjadi diri anda sendiri/tidak harus menjelma orang lain. Anda akan menjalani kehidupan yang amat sangat menyenangkan, jikalau anda bisa meraih sukses dengan menjadi diri anda sendiri, berdasarkan kemampuan dan kapasitas yang anda miliki semenjak awal.
Selama ribuan tahun, masyarakat Negeri China telah menempatkan kelompok pedagang di posisi paling bawah dalam strata sosial, dibawah kelompok pejabat negara dan militer, petani, dan pekerja. Sejarawan terkenal, Sima Qian, menyampaikan bahwa pedagang bertugas untuk melayani masyarakat dengan cara mendistribusikan barang dan jasa, mengelola risiko, dan memakai sumber daya serta modal secara efisien. Namun pengertian ini sering disalah artikan, yang kemudian mengakibatkan kesan bahwa semua pedagang hanya bertujuan untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya.
Fakta yang harus disayangkan adalah, ada banyak pedagang dan pebisnis yang mengorbankan prinsip-prinsip moral dan integritas mereka untuk meraih keuntungan. Mereka tidak membantu atau memperlihatkan manfaat bagi masyarakat, melainkan justru sebaliknya. Namun demikian, sebagian besar pebisnis mengerti bahwa kemajuan dalam masyarakat secara keseluruhan, termasuk kemajuan bisnisnya sendiri, itu membutuhkan dorongan niat, kerja keras, dan ketekunan. Dan yang lebih penting, mereka mengetahui bahwa keadilan sosial dalam masyarakat hanya bisa dibangun berdasarkan kepercayaan, dan integritas.
Sejak masih kanak-kanak, saya sangat suka cerita-cerita sejarah. Sudah tentu, ‘cerita’ disini tidak terbatas hanya pada dongeng perihal tokoh-tokoh terkenal. Peristiwa-peristiwa penting terjadi di sekitar kita, dan mereka seringkali menjadi sumber inspirasi, dan terkadang, sumber dari profit yang sangat besar. Saya yakin sebagian dari anda pernah mendengar dongeng perihal konglomerat Amerika yang terkenal, Rockefeller, dan seorang anak penyemir sepatu. Di pertengahan tahun 1929, atau hanya sesaat sebelum Wall Street crash, Rockefeller sedang duduk santai sambil membiarkan sepatunya disemir oleh seorang anak, dan si anak kemudian memperlihatkan tips perihal cara bermain saham. Pada dikala itulah Rockefeller menyadari bahwa kalau seorang anak kecil saja sudah bermain di pasar modal, dan bahkan menganggap bahwa dirinya expert (sehingga ia berani memperlihatkan tips cara bermain saham), maka itu berarti pasar saham Amerika bakal segera meledak. Rockefeller kemudian menjual hampir seluruh saham-sahamnya, dan akhirnya ia menjadi satu dari sedikit investor yang tetap kaya ketika Wall Street kemudian mengalami kejatuhan terbesarnya dalam sejarah.
Fan Li yaitu seorang pejabat tinggi di Kerajaan Yue di jaman China kuno, yang sukses membantu Raja Gou Jian dalam membangun perekonomian dan militer Kerajaan Yue, hingga bisa menaklukan negara tetangga yang lebih kuat, Kerajaan Wu. Namun kemudian, sehabis menyadari bahwa sang Raja tidak lagi membutuhkan bantuannya, Fan Li merasa khawatir, sehingga ia mengundurkan diri dari jabatannya, mengasingkan diri, berganti nama, dan melepaskan semua ketenaran dan kekayaan yang ia miliki. Ia beralih profesi menjadi pedagang obat-obatan tradisional, dan sehabis beberapa waktu, Fan Li sekali lagi sukses mengumpulkan kekayaan yang besar, yang kemudian ia berikan begitu saja kepada orang-orang, alasannya khawatir bahwa kekayaan tersebut akan mengakibatkan kecemburuan sosial.
Benjamin Franklin yaitu seseorang yang benar-benar besar. Ia merupakan filsuf, politisi, diplomat, penulis, ilmuwan, pebisnis, dan bahkan pemain musik. Tapi di kerikil nisannya hanya tertulis satu kalimat pendek, ‘Benjamin Franklin. Printer’.
Ben Frankin lahir tahun 1706 di Boston, Massachusetts. Franklin tidak mengambil pendidikan formal yang tinggi, namun ia bisa berguru secara otodidak. Ben Franklin kecil sangat suka membaca hingga ia, pada usia 12 tahun, bekerja pada saudaranya, yang merupakan penerbit, dan disitulah kariernya sebagai penerbit (atau ‘printer’) dimulai. Pada tahun 1730, Franklin membeli The Pennsylvania Gazette. Almanak ‘Poor Richard’, diterbitkan oleh Franklin dengan nama samaran Richard Saunders, menjadi buku best seller kedua sehabis kitab Bible. Franklin sangat bijaksana melebihi usianya, dan dedikasinya untuk orang banyak telah menghasilkan reputasi yang baik serta kepercayaan dari publik. Sejak tahun 1748 dan seterusnya, ia membangun banyak kemudahan umum mulai dari perpustakaan, sekolah, hingga rumah sakit. Setelah menjadi sangat terkenal, Franklin bisa untuk terus membantu belum dewasa muda untuk berbagi diri mereka, melalui tulisan-tulisannya yang sangat khas.
Fan Li dan Ben Franklin yaitu dua orang berbeda, yang berasal dari dua dunia yang berbeda. Namun kisah hidup keduanya patut untuk direnungkan. Fan mengubah dirinya biar bisa kembali diterima ke dalam masyarakat, sementara Franklin mempelopori perubahan dalam masyarakat itu sendiri. Fan hanya ingin biar dirinya bisa hidup dengan tenang, sementara Franklin memakai kecerdasan intelektual yang ia miliki untuk memperlihatkan pencerahan bagi orang-orang, untuk membuat masyarakat yang manusiawi dan dermawan. Fan memperlihatkan uang serta kekayaan kepada para tetangganya, sementara Franklin memperlihatkan ilmu pengetahuan. Mereka berdua yaitu orang-orang yang memperlihatkan apa yang mereka miliki untuk orang banyak, mereka yaitu orang-orang yang melayani masyarakat. Dan hanya orang-orang yang mau memperlihatkan manfaat bagi orang banyak menyerupai mereka-lah, yang bisa mendorong kemajuan bagi masyarakat, bangsa dan negara, atau bahkan dunia.
Saya telah memberi tahukan kepada teman-teman bahwa saya kini mempunyai anak ketiga. Saya mencintai anak ketiga ini, dua orang putra saya juga menyayanginya, demikian pula putra putri mereka kelak. Anak ketiga ini yaitu Yayasan Li Ka-shing (LKS Foundation). Sepanjang karier saya sebagai pengusaha selama lebih dari 60 tahun, saya senantiasa berpegang teguh pada prinsip-prinsip dasar moral yakni keadilan, integritas, kejujuran, simpati dan belas kasihan, serta akad untuk meraih sukses berdasarkan cara-cara yang baik dan benar. Saya percaya bahwa apa yang telah saya bangkit selama ini akan tetap bertumbuh di masa yang akan datang. Saya berharap bahwa kekayaan yang saya miliki bisa dipakai secara sistematis untuk memperlihatkan manfaat bagi orang banyak. Kami ingi berkontribusi bagi aktivitas ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Saya harap bahwa kita semua bisa bekerja bahu-membahu untuk memelihara ‘budaya memberi’, budaya tangan diatas, untuk membuat masa depan yang lebih cerah bagi negara yang kita cintai, dan untuk umat insan secara keseluruhan.
Li Ka-shing, 28 Juni 2004.
Well, bagaimana berdasarkan anda? Untuk pidato-pidato Mr. Li yang lain, anda bisa membacanya disini, and trust me, it worth reading. Dalam banyak kesempatan, penulis selalu berkata bahwa kalau anda sudah cukup usang di stock market dan bisa untuk bertahan, maka tidak hanya kemampuan analisa yang anda miliki yang akan meningkat pesat (selain tentunya juga nilai portofolio anda), tapi anda juga akan menjadi orang yang amat sangat bijaksana. Dan dari pidato Mr. Li diatas, kita bisa berguru untuk menjadi bijaksana tersebut, yang bisa melihat bahwa ada banyak hal dalam hidup yang jauh lebih penting dan berarti, ketimbang sekedar profit and loss dari stock market. Well, memang tidak gampang untuk bisa hingga ke ‘level tertinggi’ menyerupai yang sudah dicapai oleh Mr. Li, namun jikalau kita mau berusaha dan juga bisa untuk tetap fokus, maka kita semua akan hingga kesana, amin!
Btw, untuk ahad ini tadinya penulis mau menyajikan analisa untuk satu saham properti, tapi sehabis saya pikir-pikir lagi, itu mungkin bisa bikin sahamnya terbang duluan menyerupai yang sudah-sudah. Karena memang, kalau anda sudah cukup menguasai kaidah value investing, maka anda niscaya sudah tahu/sudah mengincar satu saham ini. Makara ya nanti saja lah, kira-kira satu bulan dari sekarang.
Buletin Analisa IHSG & Stockpick saham pilihan edisi Oktober 2017 sudah terbit! Anda bisa memperolehnya disini, gratis konsultasi saham untuk member.
Follow/lihat foto-foto penulis di Instagram, klik 'View on Instagram' dibawah ini: Sumber http://teguhidx.blogspot.com
0 Response to "Belajar Dari Li Ka-Shing"
Posting Komentar