Pembahasan Silogisme Disertai Teladan Kalimat Bag. 4
b. Silogisme hipotetik
Silogisme hipotetik yaitu pernyataan yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, tapi untuk premis minornya yaitu proposisi kategorik yang menetapkan atau mengingkari term antecedent atau term konklusi premis mayornya. Silogisme hipotetik terdiri dari 4 jenis, yaitu:
1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bab antecedent.
Contoh:
Jika lapar, saya makan nasi.
Sekarang saya lapar.
Jadi, saya makan nasi.
2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bab konsekuensinya.
Contoh:
Jika saya makan maka kenyang.
Saya kenyang.
Jadi, saya sudah makan.
3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika Adi berolahraga, maka badannya akan sehat.
Adi tidak berolahraga.
Jadi, badannya tidak akan sehat.
4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bab konsekuensinya.
Contoh:
Jika siswa protes, maka kepala sekolah akan terdesak.
Kepala sekolah tidak terdesak.
Jadi, siswa tidak protes.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik
Bila antecedent = A
Konsekuen = B, maka aturan silogisme hipotetik adalah:
1. Bila A terlaksana, maka B Terlaksana
(Benar)
2. Bila A tidak terlaksana, maka B tidak terealisasi
(Salah)
3. Bila B terlaksana, maka A terealisasi
(Salah)
4. Bila B tidak terlaksana, maka A tidak terealisasi
(Benar)
c. Silogisme disjungtif
Silogisme disjungtif merupakan silogisme yang premis mayornya keputusan disjungtif, sedangkan premis minornya keputusan kategorik yang mengingkari atau mengesahkan salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.
1. Silogisme disjungtif sempit; premisnya mempunyai alternatif kontradiktif.
Contoh:
Adi pergi atau datang.
Ternyata Adi pergi.
Jadi, Adi tidak datang.
2. Silogisme disjungtif luas; premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif.
Contoh:
Nety kuliah di UI atau IPB
Ternyata tidak kuliah di UI.
Jadi, kuliah di IPB.
Hukum-hukum Silogisme Disjungtif
1. Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusinya atau kesimpulannya yang dihasilkan nanti akan selalu bernilai benar, kalau mekanisme penyimpulannya valid.
Contoh:
Adi berlari atau tidak berlari.
Ternyata Adi berlari.
Jadi, Adi bukan tidak berlari.
2. Silogisme disjungtif dalam artian luas, kebenaran untuk konklusinya yaitu :
* Jika premis minornya mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
Magdalena menjadi pramugari atau peneliti.
la yaitu pramugari.
Jadi, ia bukan peneliti.
* Jika premis minornya mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
Mary berambut pirang atau hitam.
Ternyata tidak berambut hitam.
Jadi, ia berambut pirang. (Bisa jadi ia berambut tidak pirang)
d. Dilema
Dilema yaitu argumentasi yang bentuknya merupakan adonan antara silogisme hipotetik dan silogisme disjungtif. Kenapa demikian? Karena premis mayornya terdiri dari dua proposisi hipotetik dan premis minornya satu proposisi disjungtif, tetapi dapat proposisi kategorik. Konklusi yang diambil selalu tidak menyenangkan.
Contoh:
Jika engkau makan, ayahmu mati.
Jika engkau tidak makan, ibumu mati.
Dimakan ataupun tidak dimakan, salah satu orangtuamu niscaya mati.
Dilema dalam arti luas yaitu situasi (bukan argumentasi) di mana kita menentukan dua alternatif yang kedua-duanya mempunyai konsekuensi yang tidak diinginkan sehingga sulit menentukan pilihan.
Akhirnya selesai semua keseluruhan bahan silogisme, biar apa yang Pak HaBe share berkhasiat ya buat sahabat semua, dan harus dibaca loh sobat, kasian Pak HaBe sudah nulis panjang-panjang kan T_T. Hehe. Untuk selanjutnya saatnya soal-soal kembali, tungguin aja ya sahabat update nya :)
0 Response to "Pembahasan Silogisme Disertai Teladan Kalimat Bag. 4"
Posting Komentar