Perilaku Keagamaan Dalam Pendidikan
Pada hakekatnya, Pendidikan Agama hendaklah sanggup mewarnai kepribadian anak sehingga agama benar-benar menjadi bab dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam hidupnya dikemudian hari untuk training pribadi. Pendidikan yang baik juga sanggup dikatakan pendidikan yang sanggup menunjukkan dukungan pada semua bidang pertumbuhan individu. Diantaranya yaitu dalam bidang pertumbuhan spiritual dan moral. Pendidikan yang baik sanggup menolong individu, menguatkan iman, aqidah dan pengetahuannya terhadap Tuhannya dan dengan hukum-hukum, ajaran-ajaran dan adab agamanya, begitu juga membentuk impian yang betul dalam melaksanakan tuntutan-tuntutan kepercayaan yang berpengaruh kepada Allah dan pemahaman yang sadar terhadap ajaran-ajaran agama, dan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari dan pada seluruh bentuk tingkah lakunya dan dengan hubungan-hubungannya dengan Tuhannya, dengan orang-orang lain dan dengan seluruh makhluk lain[1].
Berbicara mengenai pendidikan, khususnya Pendidikan Agama, dikala ini dengan menatap ke masa 21 millennium ke-3 dan era globalisasi atau pasar bebas, terjadi dua hal yang paradoks atau bertentangan. Satu sisi keadaan masyarakat kita sedang bobrok, yang tidak lepas dari kegagalan pendidikan bangsa (bukan hanya pendidikan di sekolah).
Secara garis, besar misi utama Agama Islam yaitu memberi petunjuk (hudan) kepada umat insan untuk kehidupan yang baik dan menghindari perbuatan yang jelek.
Sering disebutkan bahwa misi utama diutusnya Nabi Muhammad saw yaitu mewujudkan akhlaq yang mulia.
Pendidikan agama tersebut sanggup menolong individu menanamkan nilai-nilai aqidah, akhlaq dan ibadah yang sesuai dengan hukum-hukum, ajaran-ajaran dan adab agama Islam dan juga membentuk impian yang besar dalam melaksanakan tuntutan-tuntutan keimanan yang berpengaruh kepada Allah dan pemahaman yang sadar terhadap ajaran-ajaran agama serta nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari pada seluruh bentuk tingkah lakunya yang bekerjasama dengan Tuhan, orang lain dan seluruh makhluk lain.[4]
Pendidikan Agama di sekolah sangat penting untuk training dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, alasannya yaitu pendidikan agama memiliki dua aspek terpenting.
Aspek pertama dari pendidikan agama, yaitu yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian. Anak didik diberi kesadaran kepada adanya Tuhan, kemudian dibiasakan melaksanakan perintah-perintah Tuhan dan meninggalkan larangan-larangan Nya. Dalam hal ini anak didik dibimbing semoga terbiasa kepada peraturan yang baik, yang sesuai dengan anutan agama. Seperti yang diberikan oleh keluarga yang berjiwa agama. Sedangkan pendidikan agama di sekolah harus juga melatih anak didik untuk melaksanakan ibadah yang diajarkan dalam agama[5]
Namun pada umumnya, kita telah mengetahui bahwa anak sejak dilahirkan hingga menjadi orang cukup umur menjadi orang yang sanggup bangun sendiri dan bertanggung jawab sendiri dalam masyarakat, harus mengalami perkembangan. Baik atau buruknya hasil perkembangan anak itu terutama bergantung kepada pendidikan (pengaruh-pengaruh) yang diterima anak itu dari banyak sekali lingkungan pendidikan yang dialaminya.[6]
Aspek kedua dari pendidikan agama yaitu yang ditujukan kepada pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri. Kepercayaan kepada Tuhan tidak akan tepat jikalau isi ajaran-ajaran Tuhan itu tidak diketahui betul-betul. Anak didik harus ditunjukkan apa yang disuruh, apa yang dilarang, apa yang boleh, apa yang dianjurkan melakukannya dan apa yang dianjurkan meninggalkannya berdasarkan anutan agama.[7]
Oleh alasannya yaitu itu perkembangan tersebut akan terlihat dalam banyak sekali perilaku dan tingkah laku.
Saat ini melihat kenyataan yang hidup dalam masyarakat kaum pelajar, kita menerima kesan bahwa agama tidak lagi menjadi pengatur, pengontrol perilaku dan tindakan mereka dalam hidup. Mereka dibesarkan untuk memenuhi otaknya dengan ilmu pengetahuan, melatih kecakapan dan ketrampilan dalam banyak sekali bidang akan tetapi mentalnya dibiarkan tidak tumbuh, jiwanya ditinggalkan kosong dari kepercayaan kepada tuhan dan moralnya diserahkan kepada keadaan lingkungan. Sehingga mengakibatkan mereka semakin jauh dari agama, inilah yang kita rasakan sekarang.[8]
Berbicara mengenai pendidikan, khususnya Pendidikan Agama, dikala ini dengan menatap ke masa 21 millennium ke-3 dan era globalisasi atau pasar bebas, terjadi dua hal yang paradoks atau bertentangan. Satu sisi keadaan masyarakat kita sedang bobrok, yang tidak lepas dari kegagalan pendidikan bangsa (bukan hanya pendidikan di sekolah).
Secara garis, besar misi utama Agama Islam yaitu memberi petunjuk (hudan) kepada umat insan untuk kehidupan yang baik dan menghindari perbuatan yang jelek.
Sering disebutkan bahwa misi utama diutusnya Nabi Muhammad saw yaitu mewujudkan akhlaq yang mulia.
Ø¥ِÙ†َّÙ…َـا بُعِØ«ْتُ ِلأُ تَÙ…ِّÙ…َ Ù…َÙƒَارِÙ…َ اْلأَØ®ْلاَÙ‚ِAjaran tersebut mencakup kekerabatan antara insan dengan Tuhannya, antara insan dengan makhluk lain atau lingkungan sekitarnya.[2] Pada dasarnya, agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka teladan dalam bersikap dan bertingkah laris semoga sejalan dengan kenyataan agama yang dianutnya.[3]
Pendidikan agama tersebut sanggup menolong individu menanamkan nilai-nilai aqidah, akhlaq dan ibadah yang sesuai dengan hukum-hukum, ajaran-ajaran dan adab agama Islam dan juga membentuk impian yang besar dalam melaksanakan tuntutan-tuntutan keimanan yang berpengaruh kepada Allah dan pemahaman yang sadar terhadap ajaran-ajaran agama serta nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari pada seluruh bentuk tingkah lakunya yang bekerjasama dengan Tuhan, orang lain dan seluruh makhluk lain.[4]
Pendidikan Agama di sekolah sangat penting untuk training dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, alasannya yaitu pendidikan agama memiliki dua aspek terpenting.
Aspek pertama dari pendidikan agama, yaitu yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian. Anak didik diberi kesadaran kepada adanya Tuhan, kemudian dibiasakan melaksanakan perintah-perintah Tuhan dan meninggalkan larangan-larangan Nya. Dalam hal ini anak didik dibimbing semoga terbiasa kepada peraturan yang baik, yang sesuai dengan anutan agama. Seperti yang diberikan oleh keluarga yang berjiwa agama. Sedangkan pendidikan agama di sekolah harus juga melatih anak didik untuk melaksanakan ibadah yang diajarkan dalam agama[5]
Namun pada umumnya, kita telah mengetahui bahwa anak sejak dilahirkan hingga menjadi orang cukup umur menjadi orang yang sanggup bangun sendiri dan bertanggung jawab sendiri dalam masyarakat, harus mengalami perkembangan. Baik atau buruknya hasil perkembangan anak itu terutama bergantung kepada pendidikan (pengaruh-pengaruh) yang diterima anak itu dari banyak sekali lingkungan pendidikan yang dialaminya.[6]
Aspek kedua dari pendidikan agama yaitu yang ditujukan kepada pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri. Kepercayaan kepada Tuhan tidak akan tepat jikalau isi ajaran-ajaran Tuhan itu tidak diketahui betul-betul. Anak didik harus ditunjukkan apa yang disuruh, apa yang dilarang, apa yang boleh, apa yang dianjurkan melakukannya dan apa yang dianjurkan meninggalkannya berdasarkan anutan agama.[7]
Oleh alasannya yaitu itu perkembangan tersebut akan terlihat dalam banyak sekali perilaku dan tingkah laku.
Saat ini melihat kenyataan yang hidup dalam masyarakat kaum pelajar, kita menerima kesan bahwa agama tidak lagi menjadi pengatur, pengontrol perilaku dan tindakan mereka dalam hidup. Mereka dibesarkan untuk memenuhi otaknya dengan ilmu pengetahuan, melatih kecakapan dan ketrampilan dalam banyak sekali bidang akan tetapi mentalnya dibiarkan tidak tumbuh, jiwanya ditinggalkan kosong dari kepercayaan kepada tuhan dan moralnya diserahkan kepada keadaan lingkungan. Sehingga mengakibatkan mereka semakin jauh dari agama, inilah yang kita rasakan sekarang.[8]
[1] Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1992), hlm. 35
[2] Qodri A. Azizi, Arah Pendidikan Agama, (Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2003) hlm. 60.
[3] Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) hlm. 240
[4] Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, hlm. 35
[5] Zakiyah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Haji Mas Agung. 1988), hlm. 129
[6] Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 123
[7] Zakiyah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1998), hlm. 130
[8] Zakiyah Darajat, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental, (Jakarta: PT. Bulan Bintang 1975), hlm. 36-37.
0 Response to "Perilaku Keagamaan Dalam Pendidikan"
Posting Komentar