Kemasyarakatan Dalam Islam
Makalah perihal kemasyarakatan dalam Islam ditinjau dari beberapa latar belakang di bawah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber http://makalah-ibnu.blogspot.com
1. Manusia berasal dari satu diri yang kemudian menjelma suku-suku dan berbangsa-bangsa.
Semua insan berasal dari sumber yang satu,kemudian menjelma aneka macam macam warna,ras,budaya,dan bangsa. Mereka harus tetap saling mendekati,saling menghormati dalam interaksi sosial.(Annisa:1, Alhujurat:13).
2. Perbedaan ras, suku, agama, dll.
Manusia di dunia diciptakan bermacam-macam dan berbeda-beda. Perbedaan yang sangat menonjol ialah perbedaan fisik. Misalnya perbedaan warna kulit, bentuk mata, bentuk rambut, tinggi badan, dsb. Perbedaan ras dan suku sering menjadikan pertengkaran dan pertikaian. Bahkan tidak jarang hingga menjadikan pertumpahan darah. Tindakan mirip ini sangat tidak mencerminkan sikap Islam. Padahal Islam tidak mengajarkan hal mirip itu. Allah membuat insan yang bersuku-suku dan berbangsa-bangsa bukanlah untuk bersaing menonjolkan keunggulanya kemudian menjadikan pertikaian, akan tetapi supaya mereka saling mengenal satu sama lain kemudian bersaudara. Seperti firman Allah :
”Hai manusia, Sesungguhnya kami membuat kau dari seorang pria dan seorang wanita dan menjadikan kau berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kau saling kenal-mengenal.” (Q.S.Al Hujurat:13)
3. Hanya ketaqwaan yang membedakan derajat insan di mata Allah SWT.
Pada dasarnya mereka mempunyai kedudukan yang sama yang menunjukkan keunggulan diantara mereka ialah kualitas taqwanya.
”Sesungguhnya yang paling mulia diantara kau sekalian di sisi Allah ialah yang paling taqwa diantara kamu”(Q.S Alhujurat:13)
Oleh lantaran adanya keanekaragaman budaya, agama, tradisi dan lain-lain itu, maka insan harus memberlakukan upaya bersama atas dasar nilai kebaikan (Albirr) dan ketaqwaan (At-taqwa), dan jangan melaksanakan upaya bersama atas dasar nilai kedosaan (Al-itsm) dan permusuhan (Almaidah:2). Adapun perbedaan-perbedaan yang ada diantara mereka dan sulit dikompromikan,serahkan saja evaluasi dan keputusan hasilnya kepada Tuhan (Al-Baqoroh:113)
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kesadaran akan persamaan derajat manusia
Pada hakikatnya insan itu mempunyai derajat yang sama. Adanya kesenjangan sosial itu lantaran ulah insan sendiri yang merasa lebih tepat atau lebih baik dari yang lainnya. Seperti halnya telah disebutkan dalam latar belakang hanyalah ketaqwaan yang membedakan derajat insan di sisi Allah SWT.
2) Menghilangkan diskriminasi
Diskriminasi ialah salah satu bentuk dari sifat dholim. Karena dalam diskriminasi terdapat perbedaan hak antara satu kaum dan kaum yang lain. Kaum yang dianggap lebih tinggi menindas kaum di bawahnya. Dan kaum yang lebih lemah mempunyai hak-hak yang lebih minim lantaran dibatasi oleh kaum diatas mereka. Tindakan yang semena-mena mirip inilah yang dibenci oleh Allah. Karena Allah sendiri tidak pernah membedakan hamba-hambaNya, apalagi hanya dari segi fisik.
3) Menyadari hakikat insan sebagai makhluk individu dan sosial.
Manusia merupakan makhluk individu yang terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Dalam sosiologi istilah individu berarti insan perseorangan (seorang diri) yang dibedakan dari orang lain.[1] Disamping itu tidak sanggup dipungkiri bahwa insan juga merupakan makhluk sosial. Dimana makhluk sosial ialah makhluk yang tidak sanggup hidup sendiri. Maksudnya ia membutuhkan orang lain untuk menunjang kehidupannya. Itulah alasannya mengapa insan harus hidup bermasyarakat.
4) Meningkatkan rasa solidaritas bersama
Untuk mewujudkan apa yang tercantum dalam poin ke 3 di atas, perlu adanya rasa solidaritas bersama. Tanpa solidaritas kebersamaan tidak akan terwujud. Justru malah akan menjadikan rasa egoisme yang nantinya akan dijelaskan dalam serpihan selanjutnya. Jika rasa solidaritas itu sudah tertanam dalam diri seseorang, mereka akan merasa satu keluarga. Dalam sebuah keluarga terdapat rasa kasih sayang yang begitu besar. Antara yang satu dan yang lainnya saling menjaga dan saling membantu. Bahagia dan murung akan dihadapi bersama.
A. Pengertian Islam
Pengertian Islam berdasarkan bahasa :
a. Salam : Selamat, kondusif sentausa,sejahtera
Kata salam terdapat dalam Al Alquran surat Al-An’am : 54,Al-A’raf :46,An-Nahl :32
b. Aslama, artinya mengalah atau masuk Isalm
Kata Aslama terdapat dalam Al-Quran surat Al-Baqarah :112, Al-Imron :120, An-Nisa’ :125,Al-An’am :14
c. Silmun, artinya keselamatan atau perdamaian
Kata Silmun terdapat dalam surat Al-Baqarah :208, Muhammad :35
d. Salamun, artinya tangga, kendaraan
Pengertian Islam secara istilah ialah agama Allah ( Samawi ) yang diwahyukan kepada Rasul-Nya semenjak Nabi Adam As hingga yang terakhir Nabi Muhammad SAW.[2]
Secara vertikal Islam mengajarkan supaya insan tunduk,patuh dan menyerahkan diri kepada aturan Allah. Sedangkan secara horizontal Islam mengatur bagaimana seharusnya insan melaksanakan kekerabatan dengan dirinya,bagaimana ia sanggup hidup damai,tentram dan senang lahir dan batin serta dunia dan akhirat.[3]
Agama itu untuk mengatur seluruh aspek kehidupan insan baik aspek keyakinan, ibadah, sosial, hukum, politik, ekonomi, etika dan lain sebagainya maupun untuk pedoman hidup bagi seluruh umat insan supaya sanggup tercapai kehidupan yang diridhoi Allah SWT dan kebahagiaan hidup di dunia Akhirat.[4] Agama Islam merupakan Agama yang paling tepat di sisi Allah SWT ialah agama Islam.
"Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam." (Q.S.Ali Imron:19)
B. Pengertian Masyarakat
Masyarakat ialah sekelompok insan yang hidup dalam wilayah yang sama dan mempunyai tujuan yang sama.
Unsur-unsur pembentukan masyarakat :
1. Bahasa
Bahasa memungkinkan insan membentuk kekerabatan rohaniah. Secara jasmaniyah warga masyarakat terpisah antara satu dengan lainnya tetapi secara rohaniah mereka berhubungan. Tanpa kekerabatan rohaniah masyarakat tidak terbentuk. Dengan bahasa si A memberikan apa yang ada dalam dirinya kepada si B. Tanpa jalan masuk itu si B tidak akan tahu apa-apa yang dipikirkan ,dirasakan,diinginkan,dan dialami oleh si A. Dengan adanya bahasa terjadilah interaksi antara seseorang dengan orang lain atau sekelompok dengan kelompok lainnya. Dengan interaksi timbullah kolaborasi dan kehidupan bersama antara kelompok langsung itu, sehingga terbentuklah masyarakat.
2. Api
Api memberi insan energi. Dengan api ia sanggup memasak melunakkan materi masakan yang mentah dan ia memakan yang sudah dimasak. Api menunjukkan energi teknik. Tenaga insan yang sangat terbatas menjadi tanpa batas oleh energi kerja itu. Apabila tidak ada tenaga api yang dalam bentuk modernnya menjadi uap,listrik,dan atom apa yang akan terjadi?Kita akan hidup mirip nenek moyang kita ribuan tahun yang lalu.
3. Agama
Manusia bersahaja dahulu saat pada awal pembentukan pengetahuan ,menghadapi alam dan peristiwa-peristiwa alam dalam kehidupan dengan penuh tanda tanya. Mana yang tak terjawaboleh pengetahuan mereka yang dangkal mereka pulangkan pada hal-hal yang gaib. Apa yang tak terjawab oleh pengetahuan mereka yang dangkal,dipulangkan pada agama,antara lain perihal hidup mati, keraguan dan ketakutan dalam mengahadapi aneka macam peristiwa, impian setelah meniggalkan dunia ini. Tanpa agama insan terdampar pada kehidupan jasmaniah saja. Tanpa kehidupan rohaniah lenyap daerah tegak etika dan moral serta kepercayaan kehidupan di seberang kubur.[5]
C. Kemasyarakatan dalam Pandangan Islam
Masyarakat Islam ialah kelompok insan dimana hidup terjaring kebudayaan Islam, yang diamalkan oleh kelompok itu sebagai kebudayaannya. Dalam artian kelompok itu bekerja sama dan hidup bersama berasaskan prinsip Al Qur’an dan Hadist dalam kehidupan.[6]
Masyarakat dalam pandangan Islam merupakan alat atau sarana untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang menyangkut kehidupan bersama. Karena itulah masyarakat harus menjadi dasar kerangka kehidupan duniawi bagi kesatuan dan kolaborasi umat menuju adanya suatu pertumbuhan insan yang mewujudkan persamaan dan keadilan.[7]
D. Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
Sebagai masyarakat yang berlandaskan agama Islam, sudah seharusnya mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Begitu juga dengan tingkah laris sehari-hari harus mencerminkan sikap seorang muslim.
a. Ukhuwah Islamiah
Ukhuwah Islamiah ialah persaudaraan dalam Islam. Islam ialah sebuah keluarga dan seluruh umat Islam merupakan saudara.
"Orang-orang beriman itu bekerjsama bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kau menerima rahmat.”(Q.S Alhujurat: 10)
b. Tolong Menolong
Islam sangat memperhatikan sifat-sifat tolong-menolong dan persatuan. Karena masyarakat akan menjadi kokoh juga memperingan segala tanggung jawabnya. Laut ialah koleksi dari percikan-percikan air yang bersatu. Demikian juga gunung, ialah komponen dari zat-zat dan molekul-molekul yang terpadu.[8]
Baca Juga
"Tolong-menolonglah kau dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (Q.S Almaidah:2)
Atas dasar tolong-menolong itulah Islam membina Syari’at dan hukum-hukumnya. Dengan tolong-menolong itulah kaum muslimin dahulu membangun sehingga kekuasaanya merata di timur dan barat. Dengan tolong-menolong itulah pemerintahan mereka dikala itu melawan keinginan dan hawa nafsu, melawan perpecahan, dan kehancuran, melawan kedholiman dan kesewenang-wenangan, serta melawan segala macam kerusakan.
c. Berlomba dalam Kebaikan
Tujuan hidup yang paling mulia ialah selalu berbuat kebaikan, supaya meninggi sifat kemanusiaannya dan mirip malaikat serta berakhlak sesuai dengan sifat Allah yang pengasih dan penyayang kepada hamba-hambaNya.
Allah memerintahkan hamba-hambaNya supaya berbuat kebaikan dan berlomba-lomba mengamalkannya. Allah berfirman :
”Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadapNya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Dimana saja kau berada niscaya Allah akan mengumpulkan kau sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu” (Q.S. Al Baqoroh: 148)
d. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
sesungguhnya amar ma’ruf nahi munkar merupakan serpihan dari amal shalih yaitu sebagai realisasi kepedulian sosial. Akan tetapi ada ayat Al Qur’an yang secara khusus mengaitkan amar ma’ruf nahi munkar dengan kualitas insan yaitu:
”Kamu ialah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”(Q.S.Ali Imron:110)
Karena amar ma’ruf nahi munkar merupakan tanggung jawab yang menempel pada diri setiap muslim,maka harus dilaksanakan dengan baik.[9]
E. Hambatan -hambatan
a. Sifat Egoisme
Apa yang akan terjadi bila kita egois menikmati kesenangan langsung tanpa batas? Kita akan digantikan oleh generasi yang malang yang merupakan tanggapan dari egoisme dan kelalaian kita.[10]
b. Menonjolkan Ke Sukuan
Berpegang kepada tali Allah itu menghendaki supaya dikesampingkan syahwat hawa nafsu yang ditimbulkan oleh kesukuan, kebangsaan, dan aliran. Kesukuan itulah yang mendorong dan menjatuhkan mereka ke dalam api perpecahan dan menjauhkan mereka dari jalan Allah. Islam tidak memperturutkan spekulasi teoritis mengenai asal-usul manusia, melainkan mempraktekkan prinsip-prinsipnya.hal.[11]
F. Solusi Menuju Masyarakat Ideal
a. Umat yang Bertaqwa
Taqwa ialah buah agama. Taqwa membawa kepada pendasaran pemikiranan perasaan dan amal atas prinsip-prinsip yang digariskan Tuhan.[12] Taqwa merupakan ujung agama dan sekalian pangkal kebudayaan.
b. Musyawarah dalam Berbagai Masalah
Cara musyawarah sanggup dilakukan dengan melibatkan semua orang yang ada kaitannya dengan perkara yang dimusyawarahkan. Dengan begitu perkara yang berat akan menjadi ringan. Segala keputusan dalam musyawarah menjadi tanggung jawab bersama. Jika hasil yang dicapai ternyata tidak sesuai dengan tujuan dan harapan, maka tidak ada salah satu pihak yang disalahkan, melainkan tanggung jawab semua.
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kau berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kau Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S Ali Imron:159)
c. Tidak Saling Menghina antara Sesama
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang pria merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan wanita merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang jelek setelah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”(Q.S Alhujurat:11)
d. Umat yang satu
Kepribadian masyarakat dalam Islam ialah kepribadian yang tersendiri, yang bersemboyankan kesatuan yang kokoh. Oleh lantaran itu, kesatuan dalam iman dan amal ialah dasar dan semboyan bagi masyarakat berdasarkan pandangan Islam.[13]
KESIMPULAN
Pada hakikatnya insan ialah sama. Hanya ketaqwaanlah yang membedakan derajat mereka di sisi Allah. Allah membuat insan dengan bermacam-macam jenis perbedaan. Agar insan sanggup mengenal dan mendapatkan perbedaan tersebut kemudian saling bersaudara. Karena bekerjsama seluruh umat Islam ialah saudara. Islam mengajarkan Ukhuwah Islamiah dan membenci perceraian. Tanpa ukhuwah atau rasa kekeluargaan tidak akan terwujud persatuan dan kesatuan. Salah satu keistimewaan umat Islam ialah rasa solidaritas dan kebersamaan yang mereka miliki sehingga Islam menjadi agama yang besar lengan berkuasa berkat kesatuan yang terbentuk dikalangan umatnya.
Kita patut bersyukur,meskipun ada 5 agama yang diakui di Indonesia, tetap hening dan tidak pernah terjadi war of religions mirip yang pernah terjadi di Eropa pada kurun ke 16 hingga awal kurun ke 17 M.
Begitu juga dalam bermasyarakat. Apabila dalam suatu masyarakat sudah mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, maka akan tercipta suasana yang rukun dan harmonis. Rasa kekeluargaan dan kebersamaan yang tertanam dalam diri mereka akan menghasilkan sifat bersama-sama dalam segala aktifitas bersama. Hal ini sesuai dengan arti agama Islam sebagai agama yang sejahtera, kondusif sentausa, hening dan selamat.
Mubarok Latif, Zaky, dkk, Akidah Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001.
Hasan, Muhammad Tholhah, Islam dalam Perspektif Sosio Kultural, Jakarta: Lantabora Press, 2005.
Kaelany H.D.,M.A.,Drs., Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000.
Harun Nasution, Dr, Islam diTinjau dari Berbagai Aspeknya jilid I, Jakarta: Bulan Bintang, 1974.
Gazalba, Sidi, Drs., Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Achmadi, Prof. Dr., Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet.I, 2005.
Sabiq, Sayid, Unsur-unsur Dinamika dalam Islam, PT Intermasa, 1981.
Quthub, Muhammad, DR., Islam Agama Pembebas, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001.
Syaltout, Syaikh Mahmoud, Prof.Dr.,Tuntunan Islam,Jakarta:Bulan Bintang,1974.
Abd. Al-Aziz Kamal, Drs., Islam dan Masalah Ras, Jakarta: Lentera,1993.
[1] Prof DR. Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), cet. I hlm.155
[5] Drs. Kaelany HD,M.A, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2000), hlm.159-160
[6] Drs. Sidi Gazalba, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, (Jakarta: Bulan Bintang 1976), hlm.126
[13] Prof. Dr. Syaikh Mahmoud Syaltout, Tuntunan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang 1974), jilid V, cet I hlm.162-163
Sumber http://makalah-ibnu.blogspot.com
0 Response to "Kemasyarakatan Dalam Islam"
Posting Komentar