iklan

Panduan Berbicara Untuk Guru


Panduan berbicara utk guru: Pertama, berbicara benar (qaulan sadida). Berbicara benar berarti juga mengandung kejujuran. Jujur melahirkan kepercayaan, sementara kepercayaan yaitu modal kebersamaan. Karut marut negeri ini terang tanggapan dari menguapnya kejujuran. “Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tidak akan percaya,” kata orang Melayu.

Para elite negeri ini berkali-kali lancung ke ujian, sehingga butuh upaya keras biar orang mau percaya lagi “Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah yang benar” (Al-Ahzab: 70-71).

Kedua, berbicara yang baik (qaulan makrufa). Makruf yaitu nilai kebaikan yang diakui masyarakat dan tidak bertentangan dengan norma dan agama. Kita diperintah untuk berbicara yang baik dan pantas berdasarkan dosis norma dan agama, isi maupun cara. Dilarang berbicara jorok dan dusta, alasannya yaitu itu menyalahi norma dan agama. “… berilah belum dewasa yatim belanja dan pakaian dan berbicaralah kepada mereka dengan ucapan yang baik” (An-Nisa: 5).

Ketiga, berbicara mulia (qaulan karima). Memuliakan itu cermin unggah-ungguh, apalagi kepada mereka yang lebih renta dari kita. Khusus berbicara kepada orang renta kandung, terutama saat mereka sudah sepuh, harus dipilih kalimat yang tidak menyinggung perasaan. Jangan berbicara tidak sopan yang merendahkan. “Jika salah satu dari keduanya atau keduanya sudah berumur lanjut dalam peliharaanmu, maka jangan sekali-kali kau ucapkan ‘ah’ dan jangan kau membentak mereka dan ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia” (Al-Isra: 23).
Keempat, berbicara yang lembut (qaulan layina). Berbicara lembut sangat dianjurkan, alasannya yaitu lebih dapat diterima telinga. Tidak ada yang menyukai ucapan kasar. Inilah alasan kenapa Nabi Musa dan Nabi Harun diperintahkan biar memakai bahasa yang lembut saat hendak menemui Fir’aun. “Dan berbicaralah kalian berdua kepada Fir’aun dengan lembut. Mudah-mudahan dia ingat atau takut” (Thaha: 44). Tetapi lembut bukan berarti lembek. Rasulullah yaitu langsung yang sangat lembut, tetapi tegas dalam memberikan kebenaran.
Kelima, berbicara yang menggembirakan (qaulan maisura). Bisa juga berarti ucapan yang memberi harapan. “Dan kalau kau berpaling dari mereka (tidak dapat membantu) untuk memperoleh rahmat dari Tuhan, maka katakan pada mereka ucapan yang menggembirakan” (Al-Isra: 28). Ayat ini terkait teguran Allah kepada Rasulullah saat tiba seorang miskin untuk meminta pemberian kepada Rasulullah, tetapi ia secara terus terang menyatakan tidak bisa.

Keenam, berbicara yang menyentuh (qaulan baligha). Berarti pula berbicara yang mengena, tidak mutar-mutar. Juga dapat berarti nasihat, saran, atau kritik yang membangun. Kuncinya, semua harus keluar dari hati yang bersih. Teguran akan meninggalkan kesan mendalam kalau diucapkan dengan hati yang tulus. Yang dari hati akan hingga ke hati. Sebaliknya, nasihat, saran, atau bahkan kritik akan terasa menyakitkan kalau keluar dari emosi membara.


Sumber http://bloggoedu.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Panduan Berbicara Untuk Guru"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel