iklan

√ Naskah Drama Malin Kundang



Naskah Drama Malin Kundang
  





[PROLOG: dulu, hiduplah seorang perempuan renta dengan  anaknya yang berjulukan Malin. Mereka hidup menderita dan bergantung pada hasil hutan.]
[Malin pergi ke Dayat untuk memintanya menjaga Ibunya, hingga ia kembali dari perantauan membawa uang yang banyak. Dayat merupakan sahabat Malin, yang selalu bantu-membantu kemana-mana suka maupun duka.]
Dayat  : “Kamu mau kemana, Malin?”
Malin  : “Besok, saya akan merantau untuk mengubah nasib.”
Dayat  : “Apa? Jika kau pergi merantau, siapa yang akan menjaga ibumu di sini?”
Malin  : “Karena itu, saya mendatangi kamu. Aku ingin kau menjaga Ibuku, tengoklah
                 ia setiap hari itu suda cukup bagiinya, hingga saya kembali.
Dayat  : “Oh, oke kalau begitu. Ingat pesanku untukmu, jangan lupakan kita yang ada
               di sini, Malin.”
[Keesokan harinya, Ibu malin mengantarkan anaknya ke pelabuhan.]
Ibu      : “Jaga dirimu baik-baik, Nak. Cepatlah pulang, sehabis  kamu sukses di rantau.”
Malin  : Ya ibu, doakan saya supaya cepat menerima rezeki yang banyak.”
Malin  : “Dayat, tolong kau jaga Ibu saya baik-baik. Terimakasih sebelumnya.
                Selamat tinggal.”
Dayat  : “Jangan khawatirkan soal itu. Malin. Saya berjanji akan merawat Ibumu
                sepenuuh jiwa raga saya. Jaga dirimu baik-baik.”
Ibu      : “Selamat jalan, Anakku.”
Dayat  : “Selamat jalan, Malin.”
[Akhirnya, Malin memulai peruntungannya di perantauan. Ia pergi berlayar dengan saudagar kaya. Di kapal, Kapten memberinya pekerjaan sebagai kru. Kapten memilik seorang putri semata wayang, yang telah menjadi seorang anak gadis cantik. Nama anak gadis Kapten yaitu Ningrum. Ketika Malin melihatnya, ia jatuh hati. Hal ini memverikan semangat kepada Malin untuk bekerja lebih ulet lagi.]
Malin  : (Berkata didalam hati, ketika melihat Ningrum mendatanginya “Ningrum
                 sangat cantik. Aku menyukainya, dan harus menikahinya. Dengan begitu,
                 jika sesuatu terjadi pada ayahnya, warisannya akan jatuh ke tanganku,
                sehingga  aku akan menjadi orang kaya.”
Ningrum : “Apakah kau melihat ayahku?”
Malin  :Hmm, saya tidak melihatnya. Mungkin ia pergi ke dapur. Cobalah kesana
               untuk melihatnya.”
Ningrum : “Oh baiklah. Saya akan kesana menemuinyaa.”
Malin  : [Tersenyum] “Ya, silakan Nona. Apakah perlu kuantar?”
Ningrum : [Hanya tersenyum, sambil berjalan meninggalkan Malin.]
[Stelah Malin telah menjadi orang kaya, Malin menikahi Ningrum. Mereka hidup senang dan menjadi pasangan yang romantis.]
Malin  : “Sayang, apa yang sedang kau pikirkan?”
Ningrum : “Malin suamiku, kita kan sudah menikah. Bagaimana kalau  kita
                     berbulan madu?”
Malin  : “sepertinya, itu wangsit bagus, bagaimana kalu kita ke pulau Dua Angsa?”
Ningrum : “Wah pulau itu sangat bagus. Saya setuju.”
Malin  : “Oke ! kalau begitu, kita ke sana besok.”
[Keesokan harinya, Malin beserta Istinya berlayar ke Pulau Dua Angsa. Dalam perjalanan, mereka singgah ke kampung halaman Malin, untuk mengisi aneka macam perbekalan. Tapi, Malin tidak menemui Ibunya menyerupai yang telah dijanjikan. Ia hanya berjalan-jalan disekitar dermaga saja. Ketika itu, Dayat – sahabat Malin- melihatnya.]
Dayat  : “Malin? Apakah beliau Malin? Y, menyerupai beliau yaitu Malin. Saya harus mengatakan
                  itu keppada Ibunya.”
[Dayat pergi ke rumah Ibu Malin untuk mengabarkan kedatangan Malin. Ia sangat senang mengetahui malin tiba ke kampung halamannya. Jika, ibu Malin mengetahui isu ini, tentu hatinya bahagia.]
Dayat  : “Ibu... Ibu...”
Ibu      : “Ya, Saya di sini, Dayat.”
Dayat  : “Ibu, Malin pulang. Ia ada di pelabuhan sekarang. Tampaknya, ia telah
                  menjadi orang kaya sekarang!”
Ibu      : “Apa kau yakin kalau yang kau lihat yaitu Malin?”
Dayat  : “Y, saya yakin Bu. Saya mustahil sanggup melupakan wajahnnya. Saya
                  masih Ingat wajah Malin.”
Ibu      : Jiika apa yang kau lihat benar, ayo temani saya pergi ke sana.”
[Dayat mendampingi Ibu Malin untuk menemui anaknya. Sesampainya di Pelabuhan, Ibu Malin memang melihat anaknya. Saking harunya, air mata keluar dari  matanya. IA memanggil Malin dari kejauhan untuk kemudian mendekatinya.]
Ibu      : “Malin, Malin, anakku! Malin. . . “
Ningrum : Siapa perempuan renta itu, Suamiku?”
[Malin tidak menjawab pertanyaan Ningrum, alasannya yaitu tenggorokannya tercekat tidak sanggup menjawab pertanyaan dari istrinya.]
Ningrum : “Siapa  dia, Suamiku?”
Ibu      : “Malin, siapa ia? Apakah ia istimu? Ia sungguh perempuan yang sangat cantik.”
[Ibu membuka tngannya untuk memeluk mantunya.]
Nigrum : [Tapi, Ningrum menepis pelukan itu .]” Issh, jangan sentuh aku!”
Malin  : “Jangan kau menyentuhnya! Dasar perempuan kotor! Kulitmu sanggup
                 mengotori kulitnya!”
Ningrum : “Siap perempuan renta ini, Malin? Benarkah ia Ibumu? Uh, ia benar-benar
                      sangat kotor.”
Malin  : “Saya tidak tahu. Saya tidak mengenal perempuan ini.”
Ibu      : “Malin, anakku. Kenapa kau ini, Nak? Apa salah ibu? Aku ini ibumu.
                 Ibumu. Kamu telah berjanji untuk kembali ke kampung ini untuk menemuiku,
                 jika kau sudah kaya. Sekarang kau sudah kaya, dan bukanlah kedatanganmu
                 ke sini untuk menemuiku?”
Malin  : “Cih, Ibuku? Mengaku-ngaku saja kau sebagai ibu? Saya tidak mengenal
                 kamu. Jika saya kaya, tentu ibu saya juga  kaya. Tidak sepertimu, kotor dan bau!”
Ibu      : “MALIN!!!” [Ibu Malin berkata keras]
Ibu      : ‘Saya Ibumu-ibu yang telah melahirkan kamu! Saya sanggup menyampaikan fakta
                 tentang dirimu.”
Ningrum : “Pergi saja kamu, perempuan tua.”
[Setelah mendorong paksa ibunya, Malin kembali ke kapalnya. Sementara ibumya, masih berteriak memanggil-manggil namanya.]
Ibu      : “Mlin-malin..... Jangan biarkan ibumu Malin!!!”
[Hilang sudah kesadaran Ibu Malin melihat tingkah anaknya. Lalu, dengan kesal ia mengucap asal kalimat “jadilah batu”. Kata-kata seorang ibu yang sedang murka menjadi do’a yang didengar oleh Tuhan.]
Ibu      : “Ya Tuhan, kenapa anakku menyerupai itu? Apa salahku? Apa dosaku? Ia sama
                 sekali melupakanku. Saya tidak terima perlakuan itu darinya. Sekarang
                 hilang sudah kesabaranku. Aku mengutuknya. Jadilah batu!!!”
[Setelah itu, tiba-tiba datanglah angin ribut menghancurkan Kapal Malin, petir menyambar tubuhnya. Dan.....]
Malin  : “Apa yang terjadi? Tubuh saya tidak sanggup digerakan! Maafkan
                 saya, Ibu. Maafkan saya....!”
Ningrum : “Apa yang terjadi? Apa yang terjadimu, Malin? Kamu kenapa?
[EPILOG] ; Malin pun berkembang menjadi batu, ketika ia meminta ampun kepada ibunya. Kapal, kru serta istrinya karam ke dasar laut. Itulah hasil kalau jika kita durhaka kepada orang renta kami terutama untuk ibu kita.]


Sumber  : http://contohskripdrama.blogspot.cm

Sumber http://rofi-mustawan.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "√ Naskah Drama Malin Kundang"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel