Perlunya Penemuan Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia
Abstrak: Anggapan selama ini bahwa pelajaran bahasa dan sastra Indonesia itu gampang, justru menjadikan gagalnya beberapa siswasiswa yang mengikuti Ujian Nasional (UN). Akibatnya terkadang siswa tidak antusia untuk mendalami atau menggauli ilmu bahasa dan sastra Indonesia.
Hakikatnya, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah ditujukan untuk menumbuhkan kepedulian siswa, guru, tata usaha, dan kepala sekolah terhadap keberadaan bahasa dan sastra Indonesia sebagai alat komunikasi dan sebagai alat pemersatu bangsa ini.
Oleh karena itu, guna mewujudkan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang berorientasi pada siswa, maka saatnya dilakukan penemuan yang terkait dengan pembelajaran, antara lain: (1) penemuan kurikulum, (2) penemuan pembelajaran, dan (3) Inovasi manajemen kelas.
PENDAHULUAN
Anggapan orang selama ini bahwa pelajaran bahasa dan sas tra Indonesia merupakan mata pelajaran yang mudah saja. Bahkan, tidak jarang siswa-siswa kita menganggap remeh mengenai keberadaan bahasa dan sastra Indonesia sehingga kerap kali mereka tidak terlalu antus ias untuk mendalami atau menggeluti ilmu bahasa dan sas tra Indones ia.
Padahal bila dipelajari lebih mendalam, pelajaran bahasa dan sastra Indonesia bekerjsama cukup sulit. Buktinya, banyak siswa-s iswi kita yang memperoleh nilai yang tidak manis pada mata pelajaran ini. Bahkan, banyak siswa yang tidak lulus ujian nas ional karena gagal pada ujian bahasa dan sas tra Indones ia.
Untuk mengatasi hal tersebut guru tidak perlu kaku dan berpusat pada dirinya sendiri, tetapi kiprah dan keberadaan siswa harus dilibatkan. Kenapa kita tidak mencoba menerapkan pembelajaran bahasa dan sas tra Indones ia yang berorientas i pada s iswa.
Hakikatnya, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah ditujukan untuk menumbuhkan kepedulian siswa, guru, tata usaha, dan kepala sekolah terhadap keberadaan bahasa dan sastra Indonesia sebagai alat komunikasi dan sebagai alat pemersatu bangsa ini. Kepedulian itu pada gilirannya diperlukan akan meningkatkan s ikap pos itif kita terhadap bahasa Indonesia dan sastra Indonesia baik sebagai lambang identitas dan pujian bangsa, persatuan dan kesatuan bangsa, pembangkit rasa solidaritas kemanusiaan maupun sebagai sarana memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam goresan pena ini, penulis akan menguraikan secara garis besar hal-hal yang perlu dilakukan oleh kita semua sebagai pengajar dan pemerhati problem pembelajaran bahasa dan sastra Indones ia, guna membuat atau mewujudkan suasana pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang inovatif, kreatif, dan berdaya guna.
PROBLEMATIKA PENGAJARAN BAHASA DAN SASTRA DI SEKOLAH
Hubungan bahasa dengan Sastra Indonesia intinya serupa dua s isi mata sekeping uang logam. Keduanya saling ketergantungan, tidak sanggup dipisahkan atau berdiri sendiri. Sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna dengan bahasa sebagai mediumnya (Prodopo, 1995).
Bahasa sendiri tidaklah netral, alasannya yakni sebelum jadi anas ir dari bangunan karya sastra, bahasa telah mempunyai arti tersendiri (meaning) menurut konvens i bahasa tinggkat pertama melalui pembacaan heuris tik.
Rendahnya minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran bahasa Indones ia di sekolah, setidaknya disebabkan oleh 4 hal, yaitu:
a. Keseragaman Kurikulum
Kurikulum yang disusun sentra hanya ada satu macam. Kurikulum itu berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia, termasuk tempat yang terpencil dan tertinggal. Sekolah dan para guru tidak diberi pilihan atau kemungkinan untuk menyusun kurikulum sesuai dengan potens i dan kekayaan wilayahnya yang terang berbeda dengan tempat lain. Selain itu, materi bahasannya sangat banyak. Guru diharuskan melaksanakan kurikulum sesuai dengan sasaran kurikulum dan harus diselesaikan oleh guru dalam pembelajaran. Hal -hal tersebut menjadikan mati dan tenggelamnya kreativitas dan inovas i para guru
b. Pembelajaran "Teacher-Center"
Proses pembelajaran yang terjadi di kelas pada umumnya model Teacher-Center (berpusat pada guru), bukan Student Center (berpusat pada murid). Model pembelajaran ini niscaya menjadikan interaktif yang rendah.
Guru cenderung hanya melaksanakan trans fer pengetahuan yang ada padanya. Cara ini, melelahkan guru, membosankan siswa, interaksi rendah, s iswa hanya pendengar dan penghafal saja.
c. Beban Adminis tras i Guru
Selama ini guru dis ibukkan oleh pers iapan adminis tras inya. Seharusnya beban adminis tras i dikurangi, kemudian diganti dengan kiprah membaca buku-buku yang mendukung pembelajarannya. Adanya pors i membaca buku yang lebih banyak ternyata besar lengan berkuasa besar terhadap wawasan guru dan siswa. Guru yang mempunyai pengetahuan luas akan memberi dampak besar bagi kemajuan murid. Ia sanggup memberi kode dan pendampingan bagi murid-muridnya untuk maju dan berkembang.
Guru yang tidak mau menambah wawasannya hanya sanggup memberi kontribus i kecil bagi kemajuan anak didik.
d. Kelas yang Besar
Semakin besar jumlah siswa dalam satu kelas, semakin tidak efektif acara pembelajaran. Semakin kecil kelas , semakin efektif acara pembelajaran. Dengan kelas kecil, guru sanggup memberi perhatian penuh kepada siswa. Metode pembelajaran sanggup dilakukan secara variatif interaktif, aktif dan kreatif. Siswa sanggup terlibat penuh dalam pembelajaran.
Dari ke empat hal yang dipaparkan di atas , ternyata yang sangat besar lengan berkuasa eksklusif terhadap rendahnya minat siswa untuk berguru yaitu point b, c, dan d. sementara point “a” terkait dengan kurikulum menjadi problem nas ional.
PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH (METAMORFOSIS ULAT MENJADI KEPOMPONG)
Pelajaran Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah semenjak SD hingga perguruan tinggi tinggi . Seperti ulat yang hendak menjelma menjadi kupu-kupu. Mereka memulai dari nol. Pada masa tersebut materi pelajaran Bahasa Indonesia hanya meliputi membaca, menulis sambung serta membuat karangan singkat. Baik berupa karangan bebas hingga mengarang dengan ilus tras i gambar. Sampai ke tingkattingkat selanjutnya teladan yang dipakai juga mudah tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pengajaran Bahasa Indones ia yang monoton telah membuat para siswanya mulai mencicipi tanda-tanda kejenuhan akan berguru Bahasa Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang menjadi buku wajib. Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bers ifat hafalan yang membosankan.
Inilah yang kemudian akan memupuk s ifat menganggap remeh pelajaran Bahasa Indones ia karena materi yang diajarkan hanya itu-itu saja. Setelah lulus SD dan melanjutkan ke SMP, ternyata proses pengajaran Bahasa Indonesia masih tidak kunjung mengambarkan perubahan yang berarti. Ulat pun masih menjadi kepompong. Kelemahan proses KBM yang mulai muncul di SD ternyata mas ih dijumpai di SMP.
Bahkan ironisnya, berguru menulis sambung yang mati-matian diajarkan dahulu ternyata hanya sebatas hingga SD saja. Pada dikala Sekolah Menengah Pertama penggunaan abjad sambung seolah-olah haram hukumnya, karena banyak guru dari aneka macam mata pelajaran yang mengharuskan muridnya untuk selalu memakai abjad cetak. Lalu apa gunanya mereka berguru menulis sambung?
Beranjak ke tingkat Sekolah Menengan Atas ternyata proses pembelajaran Bahasa Indones iapun mas ih setali tiga uang. Sang ulat sekarang hanya menjadi kepompong besar. Kecuali dengan ditambahnya bobot sas tra dalam pelajaran bahasa indonesia, materi yang diajarkan juga tidak jauh-jauh dari imbuhan, problem ejaan, subjek-predikat, gaya bahasa, kohes i dan koherensi paragraf, peribahasa, serta teladan kalimat yang sudah pernah diterima di tingkat pendidikan sebelumnya.
Perasaan akan pela jaran Bahasa Indonesia yang dirasakan s iswa begitu monoton, kurang hidup, dan cenderung jatuh pada pola-pola hafalan masih terasa dalam proses KBM. Tidak adanya antusiasme yang tinggi, telah membuat pelajaran ini menjadi pelajaran yang kalah penting dibanding dengan pelajaran lain.
Minat siswa baik yang menyangkut minat baca, maupun minat untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia semakin tampak menurun. Padahal, bila kebiasaan menulis sukses diterapkan semenjak Sekolah Menengah Pertama maka seharusnya dikala Sekolah Menengan Atas s iswa telah sanggup mengungkapkan gagasan dan ''unek-unek'' mereka secara kreatif. Baik dalam bentuk deskripsi, narasi, maupun eksposis i yang diperlihatkan melalui pemuatan goresan pena mereka berupa Surat Pembaca di aneka macam surat kabar. Dengan demikian apresiasi dari pembelajaran Bahasa
Indonesia menjadi terang tampak prakteknya dalam kehidupasn sehari-hari.
Bila diberikan bobot yang besar pada penguasaan praktek membaca, menulis, dan apresiasi sas tra sanggup membuat para siswa mempunyai kemampuan menulis jauh lebih baik Hal ini sangat berkhasiat sekali dalam melatih memanfaatkan kesempatan dan kebebasan mereka untuk mengungkapkan apa saja secara tertulis, tanpa beban dan tanpa perasaan takut salah.
Setelah melihat citra teladan pengajaran bahasa dan sastra Indones ia selama ini, ternyata masih terdapat adanya kelemahankelemahan dalam pengajaran Bahasa Indones ia di sekolah. KBM belum sepenuhnya menekankan pada kemampuan berbahasa, namun lebih pada penguasaan materi. Hal ini terlihat dari porsi materi yang tercantum dalam buku paket lebih banyak diberikan dan diutamakan oleh para guru bahasa Indonesia. Sedangkan training berbahasa yang sifatnya verbal ataupun praktek hanya mempunyai porsi yang jauh lebih sedikit. Padahal kemampuan berbahasa tidak didasarkan atas penguasaan materi bahasa saja, tetapi juga perlu latihan dalam praktek kehidupan sehari -hari.
PERLUNYA INOVASI DALAM PENGAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH
Upaya untuk meningkatan kualitas pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sanggup dilakukan dengan melaksanakan inovas i pembelajaran termasuk dalam memanfaatkan alat-alat teknologi atau information communication technology (ICT) School Models.
Inovasi Kurikulum
Inovasi yang sanggup dilakukan terutama pihak yang berkepentingan sebagai pengambil kebijakan kaitannya dengan kurikulum, yakni sebaiknya:
- Hilangkan subs tans i pelajaran yang berulang-ulang
- Hilangkan pokok bahasan yang tidak esensial yaitu pokok bahasan yang sekadar "kosmetik"
- Tawarkan ketuntasan belajar
- Sediakan materi terapan yang sanggup dipakai siswa untuk meningkatkan mutu kehidupannya
- Biasakan teladan berbudi pekerti, disiplin, tertib, menerapkan hak asasi manusia, kewajiban serta kepedulian sosial
- Sajikan kurikulum pilihan yang sesuai dengan kemampuan sumber daya daerah.
Inovasi Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran supaya menarik perhatian siswa sanggup juga dilakukan dengan membawa siswa pada suasana berguru di luar kelas atau di alam terbuka dengan mengambil objek alam (laut, pantai, sungai, gunung, perkebunan, pesawahan, dan pedesaan), lingkungan di sekitar sekolah, budaya (peninggalan sejarah, museum, kesenian, kerajinan), indus tri, teknologi, dan sebagainya maupun di luar kelas.
Penggunaan bahasa tulis dalam pembuatan tugas-tugas menulis. Para guru selain menyidik kebenaran substansi, harus mengoreksi juga penggunaan bahasa Indones ia paras iswanya. Pemberian evaluasi harus mempertimbangkan aspek penggunaan bahasanya. Hal ini berlaku tidak hanya untuk guru bahasa Indones ia saja tetapi guru bidang s tudi yang lainnya juga sama.
Untuk mewujudkan penemuan pembelajaran semoga akseptor didik lebih kreatif, maka beberapa factor yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Ciptakan rasa percaya diri pada s iswa dan kurangi rasa takut
- Berikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas dan terarah;
- Libatkan s iswa dalam memilih tujuan berguru dan evaluas inya
- Berikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter; dan
- Libatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.
Apa yang dikemukakan di atas nampaknya sulit untuk dilakukan. Namun paling tidak guru harus sanggup membuat suasana berguru yang kondus if, yang mengarah pada s ituas i di atas , contohnya dengan mengembanglean modul yang heuris tik dan hipotetik.
Inovasi Manajemen Kelas
Dalam membuat suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan guru sanggup memanfaatkan aneka macam media contohnya Tape Recorder, OHP, LCD, maupun VCD, yang memutar pembacaan puisi, cerpen, pergelaran drama, atau film yang kental unsur sastranya. Sekali-kali guru juga sanggup mencoba menghadirkan sastrawan lokal atau nas ional di kelas untuk eksklusif berdiskus i dengan para siswa. Jika ada problem berkaitan dengan dana (pengadaan media atau mengundang sas trawan) pihak pengelola sekolah harus membantunya.
Pengelolaan kelas dalam proses berguru mengajar harus berorientasi pada kebutuhan siswa dan sesuai dengan perkembangan kejiwaan siswa, sehingga siswa sanggup memakai bahasa Indones ia sebagai sarana berkomunikasi yang akan memperkaya wawasan berpikir dan berekspresi. Sebaiknya guru diberi kebebasan berkreasi menyebarkan materi asuh yang inovatif, menarik, menyenangkan, mengasikkan, mencerdaskan, dan
membangkitkan kreativitas s iswa.
KESIMPULAN
Rendahnya mutu atau kualitas pembelajaran bahasa dan sas tra Indonesia di sekolah selama ini disebabkan oleh banyak hal, mulai dari kurikulum, guru, siswa, sarana prasarana, dan pemerintah sebagai pengambil kebijakan terkait dengan pendidikan.
Problem klasik yang selama ini menggangu semangat berguru siswa ibarat (1) keseragaman kurikulum, (2) pembelajaran yang berpusat pada guru, (3) beban manajemen guru yang tinggi, dan (4) jumlah s iswa dalam satu kelas terlalu besar perlu dicarikan solusi. Karena selama ini s is tem pembelajaran yang diterapkan dari SD hingga perguruan tinggi tinggi bagaikan ibarat metamorphosis ulat menjadi kepompong.
Oleh karena itu, guna mewujudkan pembelajaran bahasa dan sastra Indones ia yang berorientasi pada siswa, maka saatnya kita semua melaksanakan penemuan yang terkait dengan pembelajaran, antara lain: (1) penemuan kurikulum, (2) penemuan pembelajaran, dan (3) Inovas i manajemen kelas.
Dengan dilakukan penemuan terhadap sistem pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, diperlukan semangat dan gairah guru, siswa, sertasemua stakeholder pendidikan akan berdiri kembali sehingga bahasa dan sastra Indonesia menjadi salah mata pelajaran prioritas bagi generasi kita yang akan datang. Amin
“Jayalah Bahasaku, Bahasa Indonesia”
Sumber Bacaan:
Alwas ilah, A. Chaedar. 2008. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya.
Danim, S. 2002. Inovasi Pendidikan, dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Penerbit Pustaka Setia.
Kennedy, C. 1987. Innovation for Change: teacher development and innovation. ELT Journal 41/3 Moody, H.L.B. 1971. The Teaching of Literature. London: Longman Group
Ltd.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pus taka Pelajar.
Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro. Strevens, Peter. 1983. New Orientations in the Teaching of English. Oxford
Univers ity Pres s .
Welleck, Rene & Aus tin Warren. 1956. Theory of Literature. New York: A Harves t Book Harcourt, Brace & World, Inc. White, R.V. 1987. Managing Innovation. ELT. Journal 41/3.
0 Response to "Perlunya Penemuan Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia"
Posting Komentar