iklan

Makalah Lengkap Perkembangan Etika Pada Berilmu Balig Cukup Akal Usia Sekolah Menengah

Perkembangan Moral Remaja Usia Sekolah Menengah

KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT alasannya yaitu atas limpahan karunianya kami sanggup menyusun makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini kami membahas wacana "Perkembangan Moral".

Terimakasih kami ucapkan kepada dosen kami NINDYA AYU PRISTANTI S.Pd.,M.Pd. yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang turut berkontribusi baik pribadi maupun tidak langsung.

Makalah ini kami susun dengan tujuan memenuhi kiprah dan mengetahui apa yang dimaksud dengan Perkembangan moral yang didalamnya terkandung pengertian perkembangan moral, dan perkembangan kepribadian. Semoga makalah ini sanggup menyampaikan manfaat dan motivasi sekaligus menambah wawasan khususnya bagi pemateri, umumnya bagi para pembaca.

Tidak lupa juga kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan dalam hal penyusunan dan isi makalah maupun kosa kata yang mungkin tidak memenuhi standar bahasa indonesia yang baik dan benar. Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata tepat dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya. Terima kasih.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Perkembangan Moral
2.1.1. Pengertian Moral dan Perkembangan Moral
2.1.2. Tahap Perkembangan Moral
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
2.1.4. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Moral
2.2. Perkembangan Kepribadian
2.2.1. Pengertian Kepribadian
2.2.2. Proses Perkembangan Kepribadian
2.2.3. Aspek-aspek Kepribadian
2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepribadian
2.2.5. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Otoriter dengan Perkembangan Kepri-
badian Siswa
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan melalui pendidikan sanggup diwujudkan generasi muda yang berkualitas baik dalam bidang akademis, religious maupun moral.

Aspek kepribadian ini merupakan nilai-nilai dasar yang bekerjasama dengan sikap dan perilaku. Untuk mencapai dan mempunyai kepribadian yang mantap, dibutuhkan kepribadian siswa yang disiplin, giat, gigh, dan tekun. Lingkungan sekolah tempat berlangsungnya proses pembelajaran diharapkan menyampaikan konstribusi yang positif terhadap perkembangan jiwa siswa alasannya yaitu sekolah yaitu tempat berlangsungnya pendidikan.Anak mencar ilmu untuk menjalani kehidupan melalui interaksi dengan lingkungan. Lingkungan yang kedua sehabis lingkungan keluarga dikenal anak yaitu lingkungan sekolah. Sekolah mempunyai dampak yang sangat besar terhadap perkembangan kepribadian anak didik. Di sekolah siswa melaksanakan banyak sekali kegiatan untuk mencapai keberhasilan belajar. 

1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa devenisi moral dan perkembangan moral?
1.2.2. Apa Tahap-tahap Perkembangan Moral?
1.2.3. Apa sajakah Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral?
1.2.4. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Moral?
1.2.5. Pengertian Kepribadian?
1.2.6. Proses Perkembangan Kepribadian?
1.2.7. Aspek-aspek Kepribadian?
1.2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepribadian?
1.2.9. Apa sajakah Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Otoriter dengan Perkembangan Kepribadian Siswa?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PERKEMBANGAN MORAL

2.1.1. Pengertian Moral dan Perkembangan Moral

Pengertian Moral berdasarkan Gunarsa yaitu rangkaian nilai wacana banyak sekali macam sikap yang harus dipatuhi. Istilah moral sendiri berasal dari kata mores yang berarti tata cara dalam kehidupan, akhlak istiadat atau kebiasaan. Menurut Shaffer yaitu kaidah norma dan pranata yang mengatur sikap individu dalam hubungannya dengan masyarakat dan kelompok sosial. Moral ini merupakan standar baik dan jelek yang ditentukan oleh individu dengan nilai-nilai sosial budaya di mana individu sebagai anggota sosial. Menurut Rogersadalah aspek kepribadian yang dibutuhkan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, seimbang dan adil. Perilaku moral ini dibutuhkan demi terwujudnya kehidupan yang tenang penuh keteraturan, keharmonisan dan ketertiban. Sementara perubahan psikis menyangkut keseluruhan karakteristik psikologis individu, ibarat perkembangan kognitif, emosi, sosial dan moral. 

Menurut Kohlberg, evaluasi dan perbuatan moral pada pada dasarnya bersifat rasional. ia membenarkan gagasan Jean Piaget yang menyampaikan bahwa pada masa remaja sekitar umur 16 tahun telah mencapai tahap tertinggi dalam proses pertimbangan moral. Adanya kesejajaran antara perkembangan kognitif dengan perkembangan moral sanggup dilihat pada masa remaja yang mencapai tahap tertinggi dari perkembangan moral, yang kemudian ditandai dengan kemampuan remaja menerapkan prinsip keadilan universal pada evaluasi moralnya.

Dalam mempelajari aturan-aturan ini para pakar perkembangan akan menguji tiga bidang yang berbeda yaitu: Bagaimana belum dewasa bernalar atau berpikir wacana aturan-aturan untuk sikap etis, Bagaimana belum dewasa sebenarnya berperilaku dalam keadaan bermoral, Bagaimana anak mencicipi hal-hal moral itu. Pendidikan moral yaitu suatu kegiatan pendidikan (sekolah dan luar sekolah) yang mengorganisasikan dan menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan memperhatikan pertimbangan psikologis untuk tujuan pendidikan.

2.1.2. Tahap Perkembangan Moral

Menurut Kohlberg (dalam Ormord, 2000:371). Kohlberg mengemukakan ada tiga tingkat perkembangan moral, yaitu tingkat prakonvensional, konvensional dan post-konvensional. Masing-masing tingkat terdiri dari dua tahap, sehingga keseluruhan ada enam tahapan (stadium) yang berkembang secara bertingkat dengan urutan yang tetap.

a. Tingkat Penalaran Prakonvensional

Pada kebijaksanaan sehat prakonvensional anak tidak memperhatikan internalisasi nilai-nilai moral-penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan eksekusi eksternal. Pada tingkat ini terdapat dua tahap.
  • Tahap satu orientasi eksekusi dan ketaatan (punihsment and obedience orientation): tahap kebijaksanaan sehat moral didasarkan atas hukuman. Anak-anak taat alasannya yaitu orang-orang remaja menuntut mereka untuk taat.
  • Tahap dua individualisme dan tujuan (individualism and purpose): tahap kebijaksanaan sehat moral didasarkan atas imbalan (hadiah) dan kepentingan sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin dan butuh untuk taat. Apa yang benar yaitu apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.
b. Tingkat Penalaran Konvensional

Pada tingkat ini, internalisasi indivdual ialah menengah.Seseorang menaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak menaati standar-standar orang lain (eksternal), seperti orang bau tanah atau aturan-atuaran masyarakat.
  • Norma-norma interpersonal (interpersonal norms). Seseorang menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan kepada orang lain sebagai landasan pertimbangan moral. Anak-anak sering mengadopsi standar-standar moral orang tuanya pada tahap ini, sambil mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagai seorang "perempuan yang baik" atau seorang "laki-laki yang baik".
  • Moralitas sistem sosial (social system morality). Pertimbangan-pertimbangan didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, dan kewajiban. 
c. Tingkat Penalaran Pascakonvensional

Tingkat ini ialah tingkat tertinggi dalam teori perkembangan moral kohlberg. Pada tingkat ini moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian menetapkan berdasarkan suatu isyarat moral pribadi.
  • Hak-hak masyarakat dengan hak-hak individual (community rights and individual rights). Seseorang memahami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan yaitu bersifat relatif dan bahwa standar sanggup berbeda dari satu orang ke orang lain. Seseorang menyadari bahwa aturan penting bagi masyarakat, tetapi juga mengetahui bahwa aturan sanggup diubah. Seseorang percaya bahwa beberapa nilai, ibarat kebebasan, lebih penting dari pada hukum.
  • Prinsip-prinsip etis universal (universal ethical principles). Seseorang telah mengembangan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak insan yang insan yang universal. Bila menghadapi konflik antara aturan dan bunyi hati, seseorang akan mengikuti bunyi hati, walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi.
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
a. Perkembangan Kognitif Umum

Penalaran moral yang tinggi yaitu kebijaksanaan sehat yang dalam mengenai aturan moral dan nilai-nilai luhur ibarat kesetaraan, keadilan, hak-hak asasi insan dan memerlukan refleksi yang mendalam mengenai ide-ide abstrak.Dengan demikian dalam batas-batas tertentu, perkembangan moral tergantung pada perkembangan kognitif. (Kohlberg dalam Ormord, 2000:139). Contoh: belum dewasa secara intelektual berbakat umumnya lebih sering berpikir entang warta moral dan bekerja keras mengatasi ketidakadilan di masyarakat lokan ataupun dunia secara umum ketimbang teman-teman sebayanya (Silverman dalam Ormord, 200:139). Meski demikian, perkembangan kognitif tidak menjamin perkembangan moral. Anak yang mempunyai talenta khusus menonjol sering disebut dengan istilah talented children

b. Penggunaan Rasio dan Rationale

Anak-anak lebih cenderung memperoleh manfaat dalam perkembangan moral ketika mereka memikirkan kerugian fisik dan emosional yang ditimbulkan perilaku-perilaku tertentu terhadap orang lain. Menjelaskan kepada belum dewasa alasan perilaku-perilaku tertentu tidak sanggup diterima, dengan focus pada perspektif orang lain, dikenal sebagai induksi (Hoffman dalam Ormord, 2000:140). Contoh: induksi berpusat pada korban induksi membantu siswa berfokus pada kesusahan orang lain dan membantu siswa memahami bahwa mereka sendirilah penyebab kesesahan-kesusahan tersebut. Penggunaan konduksi secara konsisten dalam mendisiplinkan anak-anak, terutama ketika disertai eksekusi ringan bagi sikap yang menyimpang contohnya menegaskan bahwa mereka harus meminta maaf atas sikap yang keliru.

c. Isu dan Dilema Moral

Kolhberg dalam teorinya mengenai teori perkembangan moral menyatakan bahwa disekuilibrium yaitu belum dewasa berkembang secara moral ketika mereka menghadapi suatu dilemma moral yang idak sanggup ditangani secara memadai dengan memakai tingkat kebijaksanaan sehat moralnya ketika itu. Dalam upaya membantu belum dewasa yang mengahdapi dilema semacam itu Kulhborg menyarankan biar guru menyampaikan kebijaksanaan sehat moral satu tahap di atas tahap yang dimilik anak pada ketika itu. Contoh: bayangkanlah seorang remaja pria yang sangat mementingkan penerimaan oleh teman-teman sebayanya, ia rela membiarkan temannya menyali pekerjaan rumahnya. Gurunya mungkin menekankan logika hokum dan keteraturann dengan menyarankan biar semua siswa seharusnya menuntaskan pekerjaan rumahnya tanpa pinjaman orang lain alasannya yaitu tugas-tugas pekerjaan rumah dirancang untuk membantu siswa mencar ilmu lebih efektif.

d. Perasaan Diri

Anak-anak lebih cenderung terlibat dalam sikap moral ketika mereka berfikir bahwa mereka sebenarnya bisa menolong orang lain dengan kata lain ketika mereka mempunyai efikasi diri yang tinggi mengenai kemampuan mereka menciptakan suatu perbedaan (Narvaez dalam Ormrod, 200:140). Contoh: pada masa remaja beberapa anak muda mulai mengintegrasikan komitmen terhadap nilai-nilai moral kedalam identitas mereka secara keseluruhan. Mereka menganggap diri mereka sebagai pribadi bermoral dan penuh perhatian, yang peduli pada hak-hak dan kebaikan orang lain. 

2.1.4. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Moral

Bayi tidak mempunyai hierarki nilai dan bunyi hati. Bayi tergolong nonmoral, tidak bermoral maupun tidak amoral, dalam artian bahwa perilakunya tidak dibimbing norma-norma moral. Lambat laun ia akan mempelajari isyarat moral dari orang bau tanah dan kemudian dari guru-guru dan sobat bermain dan juga ia mencar ilmu pentingnya mengikuti kode-kode moral ini. Belajar berperilaku moral yang diterima oleh sekitarnya merupakan proses yang usang dan lambat. Tetapi dasar-dasarnya diletakkan dalam masa bayi dan berdasarkan dasar-dasar inilah bayi membangun kode-kode moral yang membimbing sikap bila telah menjadi besar nantinya. Karena keterbatasan kecerdasannya, bayi menilai benar atau salahnya suatu tindakan berdasarkan kesenangan atau kesakitan yang ditimbulkannya dan bukan berdasarkan baik atau buruknya imbas suatu tindakan terhadap orang-orang lain. 

2.2. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
2.2.1. Pengertian Kepribadian

Kepribadian yang sebenarnya yaitu ajaib (ma’nawiyah), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang sanggup diketahui yaitu penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam menghadapi setiap duduk masalah atau masalah, baik yang ringan maupun yang kuat. Orang awam dengan gampang menyampaikan bahwa seseorang itu punya kepribadian baik, kuat dan menyenangkan, sedangkan ada pula orang yang menyampaikan bahwa mempunyai kepribadian lemah, tidak baik atau jelek dan sebagainya. Sehingga dengan kata lain pribadi atau kepribadian itu digunakan untuk memperlihatkan adanya ciri-ciri khas yang ada pada seseorang.

May beropini bahwa "Kepribadian yaitu suatu aktualisasi dari proses hidup dalam seorang individu yang bebas, terintegrasi dalam masyarakat dan mempunyai satu perasaan cemas dalam batin, yang bekerjasama dengan religiusitas. Withington berpendapat Kepribadian yaitu keseluruhan tingkah laris seseorang yang diintegrasikan, sebagaimana yang nampak pada orang lain. Kepribadian ini bukan hanya yang menempel dalam diri seseorang tetapi lebih merupakan hasil dari pada suatu pertumbuhan yang usang suatu kulturil.

2.2.2. Proses Perkembangan Kepribadian
a. Proses perkembangan kepribadian anak
  • Pendidikan langsung: melalui penanaman pengertian wacana tingkah laris sebagai pribadi yang sudah dan benar atau baik dan jelek oleh orang tua, guru atau orang remaja lainnya dan hal yang penting yaitu keteladanan itu sendiri.
  • Identifikasi: dengan cara mengidentifikasi atau menjiplak penampilan atau tingkah laris seseorang yang menjadi idolanya.
  • Proses coba-coba (trial and error): dengan cara berbagi tingkah laris moral semacam coba-coba. Tingkah laris yang mendatangkan kebanggaan atau penghargaan akan terus dikembangkan, sementara tingkah laris yang mendatangkan eksekusi atau celaan akan dihentikan.
b. Proses perkembangan kepribadian

Keefektifan pendidikan moral di sekolah diteliti oleh Harshorne dan May pada tahun 1928-1930. Dari penelitian tersebut ditemukan hal-hal berikut :
  • Pendidikan tabiat atau aksara dan pengajaran agama di kelas tidak memengaruhi pendidikan prilaku moral.
  • Pendidikan etika yang dilakukan dengan cara pengklarifikasian nilai, yakni pengajaran wacana aturan-aturan berprilaku benar dan baik di sekolah sedikit besar lengan berkuasa terhadap pembentukan moral sebagaimana yang dikehendaki.
Dewey menyatakan bahwa pada dasarnya tujuan pendidikan yaitu berbagi kemampuan intelektual dan moral, prinsip-prinsip psikologi dan etika sanggup membantu sekolah untuk meningkatkan seluruh kiprah pendidikan dalam membangun kpribadian siswa yang kuat.

2.2.3. Aspek-aspek Kepribadian
a. Aspek Kejasmanian

Meliputi tingkah laris luar yang gampang nampak dan tertangkap tangan dari luar.
  • Dikerjakan oleh lisan: membaca Al-Qur'an, mempelajari ilmu yang bermanfaat dan mengerjakannya. 
  • Dikerjakan oleh anggota badan lain: berbakti kepada orang tua, memenuhi kebutuhan, menetapkan suatu berdasarkan musyawarah, memenuhi peraturan, menghormati orang lain dan sebaginya.
b. Aspek kejiwaan

Meliputi aspek-aspek yang tidak sanggup dilihat dan tidak tertangkap tangan dari luar.Seperti: menyayangi Tuhan dan agamanya, menyayangi dan memberi tanpa pamrih, lapang dada dalam beramal, sabar tidak sombong, pemaaf, tidak mendendam, dan lain-lain.

c. Aspek kerohanian yang luhur

Meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih ajaib yaitu filsafat hidup dan kepercayaan, mencakup sistem nilai-nilai yang telah meresap di dalam kepribadian yang mengarah dan memberi corak sebuah kehidupan individu.Bagi yang beragama aspek inilah yang memilih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Yoesoef Noessyirwan (1978) menganalisis kepribadian ke dalam empat tempat cuilan atau aspek, yaitu :
  • Vitalitas sebagai konstanta dari semangat hidup pribadi.
  • Temperamen sebagai konstanta dari warna dan corak pengalaman pribadi serta cara bereaksi dan bergerak.
  • Watak sebagai konstanta dan hasrat, perasaan dan kehendak pribadi mengenai nilai-nilai.
  • Kecerdasan, bakat, daya logika sebagai konstanta kemampuan pribadi
2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepribadian

Andi Mappiare menyampaikan bahwa kepribadian terbentuk dari tiga factor, yaitu:
a. Pembawaan (hereditas)

Pembawaan ialah segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak semenjak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat keturunan.Anak merupakan warisan dari sifat-sifat pembawaan orang tuanya yang merupakan potensi tertentu. Beberapa andal ilmu pengetahuan menekankan pentingnya faktor keturunan ini bagi pertumbuhan fisik, mental maupun sifat kepribadian yang diinginkan: Pertumbuhan fisik, Kemampuan mental dan talenta khusus.

b. Lingkungan

Faktor lingkungan yang ikut mempengaruhi terbentuknya kepribadian terdiri dari lingkungan bersifat sosial dan lingkungan fisik. Yang dimaksud lingkungan sosial ialah lingkungan yang terdiri dari sekelompok individu (group) interaksi antara individu tersebut menjadikan proses sosial dan proses ini mempunyai dampak yang penting dalam perkembangan pribadi seseorang dengan pendidikan lingkungan sosial yang disebut pergaulan dekat dengan seseorang berupa tingkah laku, sikap, mode pakaian atau cara berpakaian dan sebagainya. Lingkungan fisik (alam) mempunyai dampak terhadap perkembangan pribadi seseorang.

Anak yang dibesarkan di tempat pantai akan lain dengan anak yang dibesarkan di tempat pegunungan. Meskipun kebudayaan mempunyai dampak terhadap kepribadian seseorang, namun kadar pengaruhnya berbeda berdasarkan umur dan fase pertumbuhan. Faktor lingkungan yang paling berperan dalam perkembangan kepribadian adalah: Rumah, Sekolah, Teman sebaya. Faktor yang tidak kalah penting dalam memahami perkembangan kepribadian anak ialah self concept (citra diri) yaitu kehidupan kejiwaan yang terdiri atas perasaan, sikap pandang, penilaian, dan anggapan yang semuanya akan terpengaruh dalam keputusan tindakan sehari-hari. 

2.2.5. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Otoriter dengan Perkembangan Kepribadian Siswa

Orang bau tanah merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak, alasannya yaitu dari merekalah anak mula-mula mendapatkan pendidikan.Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. 

Pola tingkah laris pikiran dan sugesti ayah ibu sanggup mencetak teladan yang hampir sama pada anak-anak. Tingkah laris orang bau tanah itu gampang sekali menular kepada anak-anak, khususnya gampang dioper oleh belum dewasa puber dan adolensens yang jiwanya belum stabil dan tengah mengalami banyak gejolak batin. Perkembangan kepribadian anak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang berasal dari dalam misalnya: faktor-faktor yang bekerjasama dengan konstitusi tubuh, struktur badan dan keadaan fisik, koordinasi motorik, kemampuan mental dan talenta khusus dan emosionalitas. Sedangkan faktor dari luar yaitu lingkungan ibarat ; rumah, sekolah dan sobat sebaya.

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN

Perkembangan moral didasarkan terutama pada kebijaksanaan sehat moral dan berkembang secara bertahap. Perkembangan moral (moral development) berkaitan dengan aturan dan konvensi wacana apa yang seharusnya dilakukan oleh insan dalam interaksinya dengan orang lain.

Perkembangan moral (moral development) melibatkan perubahan seiring usia pada pikiran, perasaan, dan sikap berdasarkan prinsip dan nilai yang mengarahkan bagaimana seseorang seharusnya bertindak. Perkembangan moral mempunyai dimensi intrapersonal (nilai dasar dalam diri seseorang dan makna diri) dan dimensi interpersonal (apa yang seharusnya dilakukan orang dalam interaksinya dengan orang orang lain).

Kepribadian yaitu keseluruhan tingkah laris seseorang yang diintegrasikan, sebagaimana yang nampak pada orang lain. Kepribadian ini bukan hanya yang menempel dalam diri seseorang tetapi lebih merupakan hasil dari pada suatu pertumbuhan yang usang suatu kulturil.

Dalam proses pembentukan kepribadian seorang remaja, hal yang paling mempengaruhi yaitu sekolah. Pentingnya sekolah dalam memainkan peranan didiri siswa sanggup dilihat dari realita sekolah sebagai tempat yang harus dihadiri setiap hari.Sekolah memberi dampak kepada anak secara dini seiring dengan masa perkembangan konsep diri, belum dewasa menghabiskan waktu lebih banyak di sekolah dari pada di rumah.Di samping itu sekolah memberi kesempatan siswa untuk meraih sukses serta memberi kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan kemampuannya secara realistik.

DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, Hartono Agung. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Eva Yuliawati Makalah Perkembangan Moral.htm
Makalah Perkembangan Kepribadian Siswa_perkuliahan.com.htm
Pengertian Moral dan Tahap perkembangannya_Pengertian Pakar.htm#_
Tahap Perkembangan Moral Anak Usia Dini by Para Ahli.htm
Piaget (dalam Slavin, 2008:69) dalam Eva Yuliawati Makalah Perkembangan Moral.htm
Kohlberg (dalam Ormord, 2000:371) dalam Makalah Perkembangan Moral.htm

Sumber http://pendidikansrg.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Makalah Lengkap Perkembangan Etika Pada Berilmu Balig Cukup Akal Usia Sekolah Menengah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel