iklan

Species Dan Spesiasi


SPECIES DAN SPESIASI

a.      Konsep Spesies
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Menurut Waluyo (2005), spesies ialah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas, sanggup mengadakan perkawinan secara bebas, dan sanggup menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Menurut Mayden (1997) dalam  Ariyanti (2003) ketika ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk mendefinisikan spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya bahwa para hebat mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda-beda dalam memahami perihal spesies.
Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua alasan mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman perihal spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan hanya menarik perhatian para hebat evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian dari aneka macam disiplin bidang biologi lainnya mirip morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua ialah lantaran spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibentuk berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibentuk ketika spesies itu benar-benar sudah hingga pada akhirnya. Selain itu, bermacam konsep spesies muncul lantaran tujuan penjabaran yang berbeda-beda.Seperti contohnya untuk tujuan identifikasi yang dilakukan oleh hebat taksonomi tumbuhan seringkali dipakai konsep spesies fenetik, sedangkan untuk mengamati keragaman genetikyang dibutuhkan dalam bidang konservasi dipakai konsep spesies biologi.
Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies biologis (Biological Species Concept/BSC) yang sanggup diterima secara luas. Spesies berdasarkan BSC ialah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara konkret mempunyai potensi sanggup saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan keturunan yang sanggup hidup fertil, namun tidak sanggup menghasilkan keturunan yang fertil kalau kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain, suatu spesies biologis ialah unit populasi terbesar di mana pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan pada dua pandangan biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan keseragaman dalam gen pool melalui rekombinasi genetik dan kalau dua kelompok populasi itu tidak sanggup melaksanakan kawin silang maka di sana tidak terjadi fatwa gen (gene flow) di dalam lungkang gen (gene pools). Ketidakmampuan interbreeding (perkawinan) akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan bersama pada beberapa waktu berikut sesudah kondisi telah mengalami perubahan. Makara berdasarkan konsep ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan reproduksi seksual ialah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang fertil.Konsep spesies ini tidak berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi antarspesies.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
Konsep spesies Biologis  mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu populasi atau kelompok populasi yang anggota-anggotanya mempunyai kemampua untuk saling mengawini satu sama lain di alam dan menghasilkan keturunan yang sanggup hidup dan fertil kalau kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi ialah unit populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya. Anggota suatu spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua insan termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya insan dan simpanse tetap merupakan spesies biologis yang sangat terperinci berbeda meskipun hidup di wilayah yang sama lantaran kedua spesies itu tidak sanggup saling mengawini.
Konsep spesies pengenalan menekankan pada pembiasaan perkawinan yang telah tetap dalam suatu populasi.Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan perkawinan ciri molekuler morfologis sikap yang memungkinkan individu untuk mengenali pasangan kawinnya.Konsep ini cenderung berfokus pada sifat dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya pada spesies yang bereproduksi secara seksual.
Konsep spesies kohesi berfokus pada prosedur yang mempertahankan spesiesnya sebagai bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, prosedur ini mencakup sawar reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen yang menciptakan zigot berubah menjadi organisme remaja dengan ciri khas yang spesifik. Konsep ini sanggup diterapkan pada organisme yang bereproduksi secara aseksual.Konsep ini juga mengakui bahwa perkawinan silang diantara beberapa spesies menghasilkan keturunan bibit unggul yang fertil dan terkadang bibit unggul itu berhasil kawin dengan salah satu spesies induknya. Konsep ini menekankan pada pembiasaan yang mempertahankan spesies tetua tetap utuh meskipun ada sedikit fatwa gen diantara mereka. Konsep ini sanggup dipakai pada setiap kasus yang melibatkan hibridisasi.
Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana mereka hidup dan apa yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka. Suatu spesies ekologis didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau posisi dan fungsi spesifiknya dalam lingkungan.Contohnya dua populasi binatang yang tampak identik sanggup dikatakan merupakan dua spesies ekologis yang berbeda kalau masing-masing hanya ditemukan dalam jenis lingkungan spesifik (misalnya bak air tawar dengan kumpulan keadaan kimia, biologi, dan fisik yang khas).
Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu urutan populasi tetua dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari kelompok lain. Masing-masing spesies evolusioner mempunyai peranan yang unik dan terpisah dalam lingkungan, setiap tugas tertentu melibatkan sekumpulan kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif).Dengan demikian populasi yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh sekumpulan tekanan selektif yang unik.

Spesies menunjuk dua kategori, yaitu kategori taksonomi dan konsep biologi. Spesies berdasarkan BSC (Biological Species Consept) yang dikemukakan oleh Mayr (1963) ialah suatu kelompok populasi alami yang secara konkret maupun potensial sanggup saling kawin (interbreeding) dan kelompok ini secara reproduktif terisolasi dari kelompok yang lainnya. Kriteria yang menentukan keberhasilan reproduksi seksual ialah kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang fertil (Stearns and Hoekstra, 2003).Sedangkan spesies berdasarkan kategori taksonomi didasarkan atas perbedaan ciri morfologi atau penampilannya dengan kriteria persamaan ciri dengan anggota lainnya dalam spesies yang bersangkutan.
Spesies dalam pandangan modern ialah suatu golongan populasi yang alami (deme) yang tersendiri secara genetis dan mempunyai bersama suatu ″gene pool″ umum.Golongan ini terisolasi secara reproduksi dengan kelompok lainnya.Suatu spesies ialah unit atau kesatuan terbesar dalam populasi, di dalamnya terjadi pertukaran gen atau gene flow.Kebanyakan spesies dipisahkan dengan perbedaan-perbedaan yang nyata secara anatomi, fisiologi dan tingkah laris (Waluyo, 2005).Kriteria yang ditekankan dalam konsep spesies ialah reproduksi, yaitu apakah ada atau tidak ada suatu gene flow secara nyata dan potensial. Jika terdapat isolasi tepat reproduksi diantara dua populasi yang dari luar hampir menyerupai, atau tidak terjadi gene flow diantara kedua populasi itu, maka kedua populasi sanggup dimasukkan dalam dua spesies yang berbeda, tanpa memandang persamaan morfologinya. Jika secara morfologi berbeda tetapi terdapat gene flow yang efektif, maka kedua populasi itu sanggup dimasukkan ke dalam satu spesies yang sama. Anatomi, fisiologi, dan tingkah laris hanya berkhasiat sebagai kunci identifikasi dari populasi yang terisolasi secara reproduksi, sifat-sifat tersebut tidak menentukan apakah suatu populasi terdiri dari satu spesies atau lebih.
b.      Konsepspesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru. Ada beberapa pendapat mengenai proses spesiasi. Ada pendapat menyatakan bahwa proses spesiasi hanya terjadi pada masa lampau dan tidak terjadi lagi pada masa kini, sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa spesiasi masih berlangsung hingga kini. Untuk memahami proses spesiasi, perlu diingat bahwa keadaan muka bumi pada masa lampau tidak sama dengan ketika ini. Permukaan bumi yang semula panas menjadi dingin, daratan mulai terbentuk, dengan demikian terdapatlah habitat baru. Terbentuknya tumbuh-tumbuhan, hutan, padang rumput secara tidak simultan, dan terjadi di sejumlah tempat sehingga meyebabkan timbulnya habitat gres yang sebelumnya tidak ada. Kondisi iklim pada masa kemudian juga berubah-ubah.Peristiwa glasiasi, letusan gunung berapi, terbentuknya daratan mengakibatkan muka bumi mengalami evolusi yang besar (Waluyo, 2005). Evolusi molekuler meliputi: evolusi makromolekul dan 2) rekonstruksi sejarah evolusi gen dan organisme. Pada organisme tingkat tinggi, kajian asal-usul organisme sangat diuntungkan oleh keberadaan mitokondria dan kloroplas karenad alam kedua organela seluler tersebut diketahui adanya DNA yang berbeda dengan DNA kromosom.Selain itu telah terbukti bahwa DNA mitokondria hanya berasal dari ibu.Untuk inilah telah asal-usul manusia, binatang dan tumbuhan tingkat tinggi banyak dilakukan dengan melaksanakan analisis DNA mitokondria dengan pendekatan secara molekuler.
Spesiasi membahas perihal transisi mikroevolusi ke makroevolusi. Proses mikroevolusi yang terjadi pada populasi, yaitu seleksi alam, perubahan frekuensi gen, pemeliharaan variasi genetik, mulut khusus dari variasi gen, evolusi dari kelamin, sejarah hidup dan alokasi seksual, seleksi seksual, dan konflik genetik. Jembatan antara mikro dan makroevolusi ialah spesiasi, yang bertanggung jawab terhadap keanekaragaman kehidupan (Stearns and Hoekstra, 2003). Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies gres dan berbeda dari spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan natural dalam kerangka evolusi
Kehidupan terjadi di dalam kelompok.Para hebat taksonomi menggunakan segala macam perbedaan, morfologi, tingkah laris dan genetik untuk mengidentifikasi spesies.Mereka mempunyai persoalan yang serius untuk tetapkan bagaimana kelompok harus berbeda untuk mengklasifikasikannya ke dalam spesies yang berbeda.Terkadang perbedaan ciri satu spesies dengan spesies lainnya sanggup overlap.
c.       Model spesiasi pada tingkat populasi
Model- model spesiasi pada tingkat populasi ada dua yaitu sebagai berikut:
1.      Spesiasi Alopatrik ( Allopatric Speciation)
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh huruf sanggup menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik. Populasi yang terpisah secara geografis sanggup terisolasi oleh kemandulan atau perbedaan sikap (ketika diuji secara eksperimen) dibandingkan dengan populasi yang berdekatan. Populasi yang terisolasi mungkin tidak sanggup melaksanakan interbreeding kalau mereka bertemu, lantaran bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan kemudian masuk ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan prosedur isolasi yang terjadi gradual. Contoh: Burung Acaulhiza pusilla tersebar luas di benua Australia dan mempunyai suatu populasi yang sedikit berbeda yaitu A. Ewingi. Penjelasan yang amsuk nalar ialah selama insiden pleistocene glaciation, ketika permukaan bahari lebih rendah, Acanthiza menyerbu Tasmania dan membedakan ke dalam A.ewingi yang terisolasi oleh suatu periode glacial, mungkin telah ada A.pusilla pada pulau itu. Contoh bukti perbedaan alopatrik contohnya binatang air tawar menawarkan keanekaragaman yang besar di tempat pegunungan yang banyak terisolasi dengan sistem sungai.Pada suatu pulau suatu spesies ialah homogen di atas rentang kontinen yang berbeda dalam hal penampilan, ekologi dan perilaku.
Suatu teladan allopatric speciation lainnya yaitu suatu kelompok ular (garter snake) (Thamnophis) di pecahan barat Amerika Utara.Hubungan kompleks antar ras ular Thamnophis. Di dalam kelmpok akuatik, hammondii, gigas, couchi, hydrophila, aquaticus, dan atratus membentuk suatu sekuens/urutan sbspesies allopatric yang melaksanakan interbreed dimana kalau mereka bertemu (daerah abu-abu); tetapi atratus hidup pada waktu sama dengan hammondii tanpa interbreeding. Lebih dari itu, hydrophila melakukan interbreed dengan biscutatus kalau mereka bertem, tetapi biscutatus juga melaksanakan interbreeds dengan anggota kelompok terestrial, yang dengan cara lain memperluas sympatric dengan kelompok akuatik dan tidak melaksanakan interbreed.
Contoh spesiasi alopatrik lainnya ialah pembentukan spesies burung finch di Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin.Spesiasi burung finch termasuk dalam isolasi geografik, spesialisasi ekologi, serta penyebaran kedua dan penguatan.Fenomena penguatan merupakan satu di antara sedikit prosedur spesiasi di mana seleksi alam mengambil tugas (Stearns and Hoekstra, 2003). Menurut Darwin bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang burung yang sama.
2.      Spesiasi Simpatrik
Model spesiasi simpatrik mencakup spesiasi gradual dan spontan.Sebagian besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model spesiasi impulsif dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tanaman. Jika bastar antara dua spesies diploid membentuk tetraploid akan sanggup memperbesar isolasi reproduktif dari tetua yang diploid. Keturunan triploid akhir backcross mempunyai proporsi aneuploidi yang tinggi, lantaran gamet membawa cacat bawaan. Pembatasan interbreeding diantara bentuk diploid dan tetraploid sanggup muncul, tetapi tidak pada poliploidi.
Mutasi tunggal atau perubahan kromosom menjadikan isolasi reproduktif lengkap di dalam satu tahap tidak akan sukses bereproduksi, kecuali kalau ada perkawinan inbreeding (perkawinan dalam keluarga yang membawa mutasi baru). Pada binatang secara umum perkawinan inbreeding tidak biasa terjadi, tetapi pada golongan Chaicidoidea (Hymenoptera) itu biasa terjadi.Keanekaragaman spesies yang tinggi di dalam kelompok dimudahkan oleh perkawinan inbreeding (Askew, 1968 dalam Widodo dkk, 2003). Isolasi reproduktif antar spesies yang berkerabat erat pada umumnya sanggup dihubungkan dengan adanya perbedaan bukan pada lokus gen tunggal, tetapi pada banyak lokus. Kebanyakan spesiasi berlangsung secara gradual , lantaran tidak sempurnanya gen awal terhadap arus gen (gene flow) menjadi semakin efektif.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah (distruptive selection), mirip ketika dua homozigot pada satu atau lebih lokus teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan suatu multiple-niche polymorphism.Contohnya pada serangga herbivora bergenotip AA dan A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip AA’ tidak teradaptasi dengan baik.Masing-masing homozigot ingin mempunyai fittes lebih tinggi kalau dilakukan mating secara assortative dengan genotip yang mirip dan tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative mating mungkin dipertimbangkan adanya lokus B yang sanggup mempengaruhi sikap kawin maupun mendorong serangga untuk menentukan inang spesifik, yang pada tempat tersebut sanggup ditemukan pasangan dan kemudian sanggup bertelur.Jika BB dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam pemilihan inang sanggup mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi reproduktif.Banyak dari serangga herbivora yang merupakan spesies yang berkerabat erat dibatasi oleh perbedaan inang, terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin.
Contoh simpatrik yaitu spesies gres rumput rawa payau yang berasal dari sepanjang pantai Inggris selatan pada tahun 1870-an. Rumput ini ialah suatu allopoliploid yang diturunkan dari spesies Eropa (Spartina maritima) dan spesies Amerika (Spartina alternaflora).Benih dari spesies Amerika terselip di pemberat kapal dan tidak sengaja terbawa masuk ke Inggris pada awal masa ke-19.Tumbuhan pendatang itu berhibridisasi dengan spesies lokal, dan kesannya menghasilkan spesies keiga (Spartina anglica), yang secara morfologi berbeda dan terisolasi secara reproduktif dari kedua spesies tetuanya, berkembang sebagai suatu allopoliploid.Jumlah kromosom konsisten dengan prosedur spesiasi ini. Untuk S. Maritima, 2n=60, S.alternaflora, 2n=62, dan untuk spesies gres itu, S.anglica, 2n=122. Sejak awal S.anglica telah tersebar dipantai Inggris dan menyumbat muara sebagai gulma.Spesiasi simpatrik sanggup terjadi dalam evolusi hewan. Masing-masing spesies pohon ara diserbuki oleh suatu spesies tawon tertentu, yang kawin dan meletakkan telurnya di pohon ara. Suatu perubahan genetik yang mengakibatkan tawon untuk menentukan spesies pohon ara yang berbeda akan memisahkan individu yang kawin dari fenotipe yang gres ini dari populasi tetuanya, dan hal ini akan mengkibatkan perubahan evolusioner lebih lanjut. Suatu polimorfismeseimang bersama dengan perkawinan asortatif sanggup menghasilkan spesies simpatrik (Campbell et all, 2000:49).

3.      SpesiasiParapatrik
Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa gen flow diantara populasi-populasi. Pada populasi tersebut terdapat suatu alela yang berdampak pada terjadinya isolasi reproduktif pada populasi tersebut.Sehingga spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak sanggup melaksanakan perkawinan (pertukaran gen) (Widodo dkk, 2003: 54).
Contohnya ialah munculnya spesies gres bajing tanah terjadi lantaran munculnya pul gen gres gara-gara spesiasi alopatrik. Aliran genetik terhambat, arus keluar-masuknya alela dari dan ke populasi menjadi terlarang akhir isolasi geografis.Meski hanya terhalang sungai, sesudah spesiasi terjadi, kedua populasi bajing tidak bisa lagi saling kawin.Meyr menyebutkan seleksi parapatrik menuntut pembiasaan tertentu pada populasi pendiri dibanding populasi induk.
d.      Dua Pengaruh Utama Spesiasi
1)      Isolasi Geografis
Sebagian besar para hebat Biologi beropini bahwa faktor awal yang mempengaruhi spesiasi ialah pemisahan geografi, lantaran selama populasi dari spesies yang sama masih bekerjasama secara eksklusif atau tidak, gen flow masih sanggup terjadi. Namun, kalau terbentuk kendala bagi penyebaran spesies (sebab-sebab geografis) maka, tidak akan ada pertukaran susunan gen dalam sistem populasi dan evolusi akan berlangsung sendiri-sendiri. Semakin usang kedua populasi tersebut akan semakin berbeda alasannya sudah mengalami evolusi dengan caranya sendiri.Sejalan dengan waktu pemisahan geografi dari sistem populasi akan mengalami penyimpangan, sebabnya ialah sebagai berikut:
a)      Kedua sistem populasi yang terpisah itu mempunyai frekuensi gen permulaan yang berbeda. Jadi, kalau dua populasi mempunyai potensi genetik yang berbeda semenjak awal pemisahannya, sudah barang tentu akan menempuh jalan yang berbeda.
b)      Mutasi terjadi secara random. Pemisahan dalam dua sistem populasi tersebut mungkin disebabkan adanya mutasi.
c)      Pengaruh tekanan seleksi alam sekeliling sesudah mereka menempati posisi pemisahan yang berbeda.
d)     Pergeseran susunan gen (genetic drift). Ini berpeluang bagi terbentuknya koloni baru.

2)      Isolasi Reproduksi
Isolasi geografis di atas sanggup dikatakan sebagai faktor luar (ekstrinsik) yang menjadi penyebab terjadinya spesiasi. Selanjutnya, dalam rentang waktu yang usang akan terjadi prosedur isolasi intrinsik, dimana sifat-sifat yang dipunya oleh populasi tersebut sanggup mencegah bercampurnya dua populasi atau mencegah inbreeding kalau kedua populasi itu berkumpul lagi sesudah batas pemisahannya sudah tidak ada.
Oleh lantaran itu sanggup dikatakan bahwa spesiasi dimulai dengan adanya penghambat (barier) luar yang menjadikan dua sistem populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang berbeda). Namun keadaan ini belum tepat hingga populasi ini mengalami proses intrinsik yang menjaga semoga mereka tetap alopatrik atau gene pool mereka tetap terpisah meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang sama).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim,tanpatahun. The Life System.http://www.eesc.columbia…..TheLifeSystem.htm
Anonim.tanpatahun. Speciation.http:www//biology.iupui.edu.fbiocoursesfch2spec.html
Campbell, Reece, Mitchell. 2000.Biologi. Jilid II, edisikelima. Jakarta: Erlangga
Farabee.M.J. 2000.Evolution II.http://www.estrellamountain.edu…evolutionII.html.
Stearns.Stephen,Hoekstra,Rolf. 2003. Evolution an introduction. New York:Oxford
Waluyo, L. 2005. EvolusiOrganik. UMM Press.Malang.
Widododkk. 2003. Evolusi. P.MIPA. UM.DirjenDikti. Depdiknas.
Sumber: Erik Perdana Putra &TaufikTaher. Spesiasi. 2011. Makalah. PendidikanBiologi PPs UM. Malang








Sumber http://rizalsuhardieksakta.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Species Dan Spesiasi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel