Tentang: Kebisingan
Bising ialah adonan dari aneka macam bunyi yang tidak dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan (Slamet, 2006). Sedangkan kebisingan sering dipakai sebagai istilah untuk menyatakan bunyi yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh acara insan atau aktifitas-aktifitas alam (Schilling, 1981).
Kebisingan merupakan semua bunyi yang tidak di kehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu sanggup meningkatkan gangguan pendengaran (Permenakertrans No 13 tahun 2011).
Jenis kebisingan
Terdapat beberapa macam jenis kebisingan yaitu:
1. Kebisingan kontinyu (Steady State Noise)
Kebisingan dimana fluktuasi intensitas bunyi tidak lebih dari 6dB. Contoh : bunyi kompresor, kipas angin, mesin genset, dsb.
2. Kebisingan intermitten (Interupted Noise)
Kebisingan dimana bunyi timbul dan menghilanh secara perlahan-lahan. Contoh : bunyi bising kemudian lintas, pesawat udara tinggal landas, dsb.
3. Kebisingan spontan (Impact Noise)
Kebisingan dimana waktu yang diharapkan untuk mencapai puncak intensitasnya tidak lebih dari 50milidetik dan waktu yang diharapkan untuk penurunan intensitas hingga 20dB di bawah puncak tidak lebih dari atau sama dengan 500 milidetik. Contoh : bunyi pukulan palu, mesin plong, bunyi ledakan, dsb.
Menurut Buchari (2007), kebisingan dibagi menjadi 4 jenis yaitu :
1. Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas, contohnya mesin-mesin, dapur pijar, dan lain-lain.
2. Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit, contohnya gergaji serkuler, katup gas, dan lain-lain.
3. Kebisingan terputus-putus (intermitten/interuted noise) ialah kebisingan dimana bunyi mengeras dan kemudian melemah secara perlahan-lahan, contohnya lalu-lintas, bunyi kapal terbang di lapangan udara.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dibagi atas:
1. Bising yang mengganggu (irritating noise).
Intensitas tidak terlalu keras, contohnya mendengkur.
2. Bising yang menutupi (masking noise).
Merupakan bunyi yang menutup pendengaran yang jelas. Secra tidak pribadi bunyi ini akan menghipnotis kesehatan dan keselamatan pekerja, lantaran teriakan kode atau tanda ancaman karam dari bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise)
Bunyi yang melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak/menurunkan fungsi pendengaran.
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi dan tenaga bunyi maka bising dibagi dalam 3 kategori:
1. Occupational noise (bising yang bekerjasama dengan pekerjaan)
yaitu bising yang disebabkan oleh bunyi mesin di daerah kerja, misal bising dari mesin ketik.
2. Audible noise (bising pendengaran)
yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 . 8.000 Hz.
3. Impuls noise (Impact noise = bising impulsif)
yaitu bising yang terjadi akhir adanya bunyi yang menyentak, misal pukulan palu, ledakan meriam, tembakan senjata api.
Menurut SK Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan RI Nomor 70-1/PD.03.04.Lp, (Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan Tahun 1992), tingkat kebisingan diuraikan sebagai berikut:
1. Tingkat kebisingan sinambung setara (Equivalent Continuous Noise Level = Leq) ialah tingkat kebisingan terus menerus (steady noise) dalam ukuran dBA, berisi energi yang sama dengan energi kebisingan terputus-putus dalam satu periode atau interval waktu pengukuran.
2. Tingkat kebisingan yang dianjurkan dan maksimum yang diperbolehkan ialah rata-rata nilai modus dari tingkat kebisingan pada siang, petang dan malam hari.
3. Tingkat ambien kebisingan (Background noise level) atau tingkat latar belakang kebisingan ialah rata-rata tingkat bunyi minimum dalam keadaan tanpa gangguan kebisingan pada daerah dan ketika pengukuran dilakukan, kalau diambil nilainya dari distribusi statistik ialah 95% atau L-95.
Gangguan Kebisingan
1. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan sanggup berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta sanggup mengakibatkan pucat dan gangguan sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi sanggup mengakibatkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising sanggup merangsang situasi reseptor vestibular dalam indera pendengaran dalam yang akan menjadikan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis sanggup berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu usang sanggup mengakibatkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini mengakibatkan terganggunya pekerjaan, hingga pada kemungkinan terjadinya kesalahan lantaran tidak mendengar kode atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak pribadi membahayakan keselamatan seseorang.
Pengendalian Kebisingan
Secara konseptual teknik pengendalian kebisingan yang sesuai dengan hirarki pengendalian risiko (Tarwaka, 2008) ialah :
1. Eliminasi
Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yan bersifat permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas utama. Eliminasi sanggup dicapai dengan memindahkan objek kerja atau sistem kerja yang bekerjasama dengan daerah kerja yang kehadirannya pada batas yang tidak sanggup diterima oleh ketentuan, peraturan dan standart baku K3 atau kadarnya melebihi Nilai Ambang Batas (NAB).
2. Subtitusi
Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahanbahan dan peralatan yang berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih bias ditoleransi atau sanggup diterima.
3. Engenering Control
Pengendalian dan rekayasa tehnik termasuk merubah struktur objek kerja untuk menceganh seseorang terpapar kepada potensi bahaya, ibarat pinjaman pengaman pada mesin.
4. Isolasi
Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan seseorang dari objek kerja. Pengendalian kebisingan pada media propagasi dengan tujuan menghalangi paparan kebisingan suatu sumber supaya tidak mencapai penerima, contohnya : pemasangan barier, enclosure sumber kebisingan dan tehnik pengendalian aktif (active noise control) memakai prinsip dasar dimana gelombang kebisingan yang menjalar dalam media penghantar dikonselasi dengan gelombang bunyi identik tetapi memiliki perbedaan fase 1800 pada gelombang kebisingan tersebut dengan memakai peralatan control.
5. Pengendalian Administratif
Pengendalian administratif dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang sanggup mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode pengendalian ini sangat tergantung dari sikap pekerja dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian secara administratif ini. Metode ini mencakup pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kelelahan dan kejenuhan.
6. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri secara umum merupakan sarana pengendalian yang dipakai untuk jangka pendek dan bersifat sementara, ketika suatu sistem pengendalian yang permanen belum sanggup diimplementasikan. APD (Alat Pelindung Diri) merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko daerah kerja. Antara lain sanggup dengan memakai alat perlindungan pendengaran berupa : ear plug dan ear muff. Ear plug sanggup terbuat dari kapas, spon, dan malam (wax) hanya sanggup dipakai untuk satu kali pakai. Sedangkan yang terbuat dari materi karet dan plastik yang dicetak (molded rubber/ plastic) sanggup dipakai berulang kali. Alat ini sanggup mengurangi bunyi hingga 20 dB(A). Sedangkan untuk ear muff terdiri dari dua buah tutup indera pendengaran dan sebuah headband. Alat ini sanggup mengurangi intensitas bunyi hingga 30 dB(A) dan juga sanggup melindungi pecahan luar indera pendengaran dari benturan benda keras atau percikan materi kimia.
Sumber:
Slamet, JS. 2006. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Schilling, R.S.F. 1981. Occupational Health Practice, 2nd. Ed Butterworths & Co.
Ltd, London
http://belajark3.com/kebisingan/
eprints.ums.ac.id/18503/2/BAB_II.pdf
0 Response to "Tentang: Kebisingan"
Posting Komentar