iklan

Biografi Guru Sekumpul

A. Sekilas Tentang KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani

Abah Guru Sekumpul Martapura
Suara ia sangatlah khas nan merdu. Beliau merupakan perintis pembacaan Maulid Simtuddurar atau yang biasa dikenal dengan sebutan Maulid Habsyi di Pulau Borneo. Beliau merupakan satu diantara ulama kharismatik yang bukan hanya dihormati oleh umat, bahkan para ulama dan pejabat pun menghormati sosok beliau.
Beliau ialah Tuan Guru KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang biasa disebut Guru Ijai atau Guru Sekumpul. Beliau merupakan sekian dari “permata” yang berada di Martapura Kalimantan Selatan.
 
Al’alimul ‘allamah Al’arif Billah As-Syeikh Haji Muhammad Zaini Abdul Ghani ialah putra dari Al-‘arif Billah Abdul Ghani putra Haji Abdul Manaf putra Muhammad Seman putra Haji Muhammad Sa’ad putra Haji Abdullah putra Al’alimul ‘alamah Mufti Khalid putra Al’alimul ‘allamah Khalifah Haji Hasanuddin putra Maulana Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Beliau dilahirkan di malam Rabu 27 Muharram 1361 H. bertepatan dengan 11 Februari 1942 M di Desa Tunggulirang Seberang, Martapura.
 
Ketika ia tinggal di Desa Tunggulirang ia tidak menyusu kepada ibu beliau, tetapi hanya mengisap air liur Al’arif Billah H. Abdurrahman atau Haji Adu hingga kenyang selama empat puluh hari.
 
Sewaktu kecil ia diberi nama Qusyairi. Semenjak kecil ia merupakan salah seorang anak yang terpelihara (mahfuzh), sifat pembawaan ia dari kecil yang lain dari yang lain diantaranya ialah ia tidak pernah bermimpi lembap (ihtilam).
 
Sedari kecil ia selalu berada disamping kedua orang renta dan nenek ia yang berjulukan Salbiah. Beliau dipelihara dengan penuh kasih sayang dan berdisiplin dalam pendidikan agama. Sejak dini oleh kedua orang renta dan nenek ia sudah ditanamkan nilai-nilai ketauhidan dan watak yang mulia dan penanaman nilai-nilai Qur’ani dengan mengajari ia al-Qur’an.
 
Abdul Ghani putra Abdul Manaf, ayah dari KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani juga ialah seorang perjaka yang shalih dan sabar dalam menghadapi segala situasi dan sangat kuat dengan menyembunyikan dongeng dan cobaan, tidak pernah mengeluh kepada siapapun. Beberapa dongeng yang diriwayatkan adalah, sewaktu kecil ia sekeluarga yang terdiri dari empat orang hanya makan satu nasi bungkus dengan lauk satu biji telur dibagi empat. Tak pernah satu kalipun di antara mereka yang mengeluh.

Pada masa-masa itu juga ayahanda ia membuka kedai minuman. Setiap kali ada sisa teh, ayahanda ia selalu meminta izin kepada pembeli untuk diberikan kepada beliau. Sehingga kemudian sisa-sisa minuman itu dikumpulkan dan diberikan untuk keluarga. Adapun sistem mengatur perjuangan dagang, setiap laba dagang itu mereka bagi menjadi tiga bagian. Sepertiga untuk menghidupi kebutuhan keluarga, sepertiga untuk menambah modal perjuangan dan sepertiganya lagi untuk disumbangkan.
 
Meski dari keluarga dengan ekonomi yang kurang memadai, namun mereka selalu memperhatikan pendidikan anaknya dengan membantu guru-gurunya meski dengan tunjangan ala kadarnya. Setiap berangkat mengaji, ia (KH. Muhammad Zaini) selalu dibekali dengan sebotol kecil minyak tanah yang diberikan kepada guru beliau, salah satunya ialah kepada Guru Muhammad Hasan, Pasayangan, guru yang mengajari ia al-Qur’an.
 
Di usia kurang dari tujuh tahun ia dimasukkan untuk bersekolah di madrasah di Kampung Keraton, Martapura, selama dua tahun dan meneruskan ke jenjang selanjutnya di Madrasah Darussalam Martapura hingga selesai.

B. Guru-Guru KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani

1. Tingkat Tahdhiri/Ibtidai di Keraton:
- Guru Muhammad Zaini Umar
- Guru Abdul Mu’iz
2. Tingkat Tahdhiri/Ibtidai Madrasah Darussalam:
- Guru Sulaiman
- Guru H. Abdul Hamid Husein
- Guru H. Mahalli Abdul Qadir
- Guru Muhammad Zain
- Guru H. Rafi’i
- Guru Syahran
3. Pada tingkat Tsanawiyah dan Aliyah Pondok Pesantren Darussalam:
- KH. Husein Dahlan
- KH. Salman Yusuf
- KH. Sya’rani Arif
- KH. Husein Qadri
- KH. Salim Ma’ruf
- KH. Seman Mulia
- KH. Salman Abdul Jalil
4. Guru dalam ilmu tajwid
- KH. Sya’rani Arif
- Qari dan Hafizh H. Nashrun Thahir
- Qari dan Hafizh H. Aini, Kandangan
5. Guru dalam Tasawwuf dan Suluk
- KH. Muhammad Syarwani Abdan
- Kiyai Falak, Bogor
- Quthb Syeikh Sayyid Muhammad Amin al-Kutbi
6. Sanad-sanad dalam ilmu thariqat dan aneka macam ilmu yang diperoleh dari:
- Quthb Syeikh Sayyid Muhammad Amin al-Kutbi
- Quthb Syeikh Sayyid Abdul Qadir al-Barr
- Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki
- Syeikh Hassan Masysyath
- Syeikh Muhammad Yasin, Padang
- Kiyai Falak, Bogor
- Syeikh Ismail Zein Yasin al-Yamani
7. Guru pertama secara ruhani atau mimpi:
- Al’alimul’allamah Ali Junaidi Berau bin Al’alimul Fadhil Qadhi H. Muhammad Amin bin Al’alimul’allamah Mufti H. Jamaluddin bin Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
- Al’alimul’allamah H. Muhammad Syarwani Abdan; kemudian ia menyerahkan kepada Kiyai Falak yang kemudian ia serahkan kepada al’alimul’allamah Al-‘arif Billah As-Syeikh Quthb As-Sayyid Muhammad Amin Kutbi, kemudian ia serahkan kepada Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang selanjutnya dipimpin eksklusif oleh Rasulullah Saw.
 

Atas saran KH. Ali Junaidi, Berau ia dianjurkan untuk berguru kepada KH. Muhammad, Desa Gadung, Rantau putra dari Syeikh Salman al-Farisi putra Qadhi H. Mahmud putra Asiah putri Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari untuk mempelajari ilmu ihwal “Nur Muhammad”.

C. Perjalanan Hidup dan Sifat Mulia KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani

1. Karunia Allah SWT
Dalam usia kurang sepuluh tahun ia sudah mendapat keistimewaan dan anugerah berupa kasyaf hisyi yaitu sanggup mengetahui dan mendengar apa yang berada di dalam sesuatu dan yang tersembunyi dan terdinding. Suatu ketika ia berjalan-jalan di hutan, rerumputan memberi ia salam dan menyebutkan kegunaannya untuk pengobatan dan aneka macam khasiat lainnya. Begitu pula dengan bebatuan dan besi, namun semuanya itu tidak diperhatikan ia alasannya ia anggap hanya sebagai cobaan dan ujian.
 

Kurang lebih pada usia yang sama pada malam jum’at ia bermimpi melihat sebuah perahu (kapal) besar yang turun dari langit dan di muka kapal itu terdapat pintu masuk dan terdapat seorang penjaga seorang lelaki berjubah putih dan di pintunya tertulis Safinatul Awliya (Bahtera para Wali Allah). Tatkala ia berusaha masuk ke dalam kapal, ia dihalau penjaganya hingga tersungkur dan ia pun eksklusif terbangun. Malam jum’at berikutnya mimpi tersebut terulang kembali hingga pada malam jum’at ketiga ia bermimpikan yang sama dan ia diperkenankan masuk ke dalam perahu tersebut dan disambut oleh seorang syeikh dan di dalamnya ia melihat banyak dingklik yang kosong. Setelah beberapa usang atau sekitar puluhan tahun ketika ia beranjak remaja dan menuntut ilmu ke tanah jawa ternyata orang yang menyambut ia dan menjadi guru ia yang pertama ialah orang yang menyambut ia dalam mimpi tersebut.
 

2. Akhlak Mulia KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani
Sejak kecil KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani hidup di tengah keluarga yang saleh dalam didikan orang renta dan bimbingan paman ia KH. Seman Mulia, sehingga betul-betul tertanam dalam lubuk hati ia sifat-sifat mulia, sabar, ridha, pasrah, kasih sayang, tidak pemarah, pemurah, sehingga apapun yang terjadi terhadap diri beliau, ia tidak pernah mengeluh dan mengadu kepada orang renta sekalipun ia pernah dipukul oleh orang yang dengki kepada beliau.
 

3. Seorang yang Mencintai 'Alim Ulama
Beliau ialah orang yang sangat menyayangi dan memuliakan ulama dan orang saleh, hal ini tampak semenjak ia masih kecil. Di masa kecil ia selalu menunggu di jalan di mana biasanya KH. Zainal Ilmi lewat pada hari tertentu ketika hendak ke Banjarmasin, hanya untuk bersalaman dan mencium tangan KH. Zainal Ilmi.
 

4. Petunjuk Allah SWT
Di masa remaja KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani pernah bermimpi bertemu dengan Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husin dua cucu Rasulullah Saw dan keduanya masing-masing membawakan pakaian dan memakaikannya kepada ia (KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani) dilengkapi dengan surban dan aneka macam pakaian lainnya dan ketika itu ia diberi gelar “Zainal ‘Abidin” (Perhiasan Para Ahli Ibadah).
 

Sesudah remaja tampaklah kebesaran dan keutamaan ia dalam aneka macam hal. Banyak orang yang tiba berguru kepada beliau. Para habaib senior, ulama, guru bahkan guru yang pernah mengajar ia sekalipun. Beliau ialah seorang ulama yang mengumpulkan antara syariat, thariqat dan hakikat. Beliau pun ialah seorang yang hafal al-Qur’an serta tafsirnya, yaitu tafsir al-Jalalain.
 

5. Sangat Sayang Kepada Orang Tua dan Keluarga serta Bimbingan Sang Paman yang Sangat Berpengaruh
Pendidikan yang diberikan oleh paman ia KH. Seman Mulia sangat kuat dalam dirinya, selain mengajar ia di sekolah paman ia juga membawa ia kepada ulama-ulama lainnya yang memiliki keahlian khusus dan mengantar ia eksklusif baik di Kalimantan maupun di luar Kalimantan, untuk mendalami tafsir dan hadits, ia dibawa kepada As-Syeikh H. Sya’rani Arif sekalipun KH. Seman Mulia sebagai pagar semua bidang keilmuan namun sifat rendah hati ia (tawadhu) itulah yang tertanam dalam diri ia yang memberi imbas pada diri KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani.
 

Pernah suatu ketika ia ingin bermain menyerupai bawah umur lainnya, ia bersama teman yang biasa menemani beliau, pergi ke pasar. Namun apa yang terjadi ketika tiba di pintu gerbang pasar ia melihat paman ia dan menyuruh untuk pulang sedang teman ia itu tidak melihat adanya sang paman. Dan ia pun eksklusif pulang ke rumah.
 

Beliau (KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani) ialah seorang yang amat berbakti kepada kedua orang renta serta paman beliau. Sehingga suatu ketika mereka sakit sedikitpun ia tidak pernah meninggalkan meski ia sendiri dalam keadaan sakit.
 

6. Keturunan (Zurriyat) Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari
Beliau ialah seorang ulama keturunan Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang menghidupkan kembali amalan dan thariqat Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
 

7. Seorang Ulama yang Selalu Dirindukan
Sifat lemah lembut, kasih sayang, ramah tamah, tidak pemarah dan pemurah sangat tampak pada diri ia sehingga ia sangat disenangi oleh segenap orang, teman serta murid beliau. Salah satu sifat ia yang sangat mulia ialah kalau ada orang yang tidak bahagia melihat keadaan ia dan member kritikan kepada beliau, maka ia tidak membalasnya. Semua tamu-tamu yang bertandang ke rumah ia selalu diberi jamuan serta aneka macam nasehat yang berguna.
 

8. Kegiatan Pengajian yang Selalu Ramai
Pada hari-hari pengajian sekalipun tidak diundang, murid-murid yang mengikuti pengajian ia tidak kurang dari puluhan ribu orang yang tiba dari aneka macam penjuru kawasan di Kalimantan Selatan dan dari kawasan lainnya. Itu ialah alasannya semata-mata karunia Allah Swt yang diberikan kepada ia dan mengakibatkan ia sebagai seorang ulama “waratsatul anbiya” dan Allah telah tentukan ia seorang yang alim lagi mulia.


D. Ajaran Agama dan Keramat KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani

1. Ulama yang berakhlak al-Qur’an
Beliau ialah seorang yang memiliki prinsip dalam berjihad itu benar-benar mencerminkan apa-apa yang terkandung dalam al-Qur’an, contohnya menyerupai ia akan menghadiri suatu majelis yang sifatnya da’wah Islamiyah atau membesarkan (memuliakan) syi’ar Islam, maka sebelum ia pergi ke tempat tersebut lebih dahulu ia turut menyumbangkan harta ia untuk pelaksanaannya, kemudian gres ia datang. Makara ia benar-benar berjihad dengan harta lebih dahulu kemudian gres dengan tubuh dalam arti kata mengamalkan atau melaksanakan perintah al-Qur’an. Yang berbunyi:
“Dan berjihadlah kau dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu ialah lebih baik bagimu, kalau kau mengetahui”. (QS. at-Taubat: 41)

2. Satu-satunya ulama yang mendapatkan izin mengijazahkan Thariqat “As-Sammaniyah”
KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani ialah satu-satunya ulama di Kalimantan bahkan di Indonesia yang mendapat izin untuk mengijazahkan thariqat “As-Sammaniyah”. Karena itu banyak yang tiba kepada ia untuk mengambil bai’at thariqat tersebut, bukan saja dari Kalimantan bahkan yang tiba dari Jawa dan kawasan lainnya. 


3. Ulama yang sangat kuat dalam pengembangkan pendidikan agama Islam di Kalimantan Selatan
KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani ialah seorang zuriat Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari yang mengikuti jejak Datuk ia yang asalnya tinggal di Keraton kemudian pindah membuka perkampungan gres di Dalampagar dan membuatkan pendidikan agama di Dalampagar; maka ia (KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani) pun pindah pula dari Keraton ke Sekumpul membuka Komplek perumahan yang dikenal dengan Komplek Ar-Raudah atau Dalam Regol, yang kemudian meluas ke sekelilingnya sehingga terbentuklah Gang Taufiq dan Gang Mahabbah dan lainnya. Di Sekumpul Komplek Ar-Raudah inilah KH. Muhammad Zaini mendidik para anak murid atau jamaah dalam meningkatkan iman, ilmu dan amal serta taqwa kepada Allah Swt yang dilengkapi dengan sarana ibadah (seperti Mushalla dan aneka macam perlengkapannya).
 

Di Mushalla Ar-Raudah inilah ia mengajar dan membawa jama’ah dalam beribadat mengamalkan apa yang dikaji atau diajarkan beliau, sehingga kata “kaji dan gawi” sangat terang kelihatan dalam proses berguru dan mengajar yang dilaksanakan beliau.
 

4. Memunculkan buah rambutan pada ketika belum musimnya
Ketika ia masih tinggal di Keraton dimana biasanya sesudah selesai pengajian atau pembacaan Maulid, ia berbincang-bincang dengan beberapa orang murid yang masih belum pulang sambil bercerita ihwal orang-orang renta dahulu, yang isinya untuk sanggup diambil pelajaran dalam meningkatkan amaliyah. Tiba-tiba ia bercerita buah rambutan yang pada waktu itu masih belum musimnya, dengan tiada disadari dan diketahui oleh yang hadir ia mengacungkan tangan ke belakang dan kemudian tampak di tangan ia satu biji buah rambutan masak yang kemudian buah rambutan tersebut eksklusif ia makan.
 

5. Meminta Kepada Allah SWT Menurunkan Hujan
Pada suatu animo kemarau yang panjang, dimana hujan sudah usang tidak turun sehingga sumur-sumur sudah hampir mengering, maka cemaslah masyarakat ketika itu dan mengharap hujan akan segera turun. Melihat hal yang demikian banyak orang yang tiba kepada ia mohon minta do’a semoga hujan segera turun, kemudian ia kemudian keluar rumah dan menuju pohon pisang yang berada di bersahabat rumah beliau. Setelah memanjatkan doa’ kepada Allah Swt dan bertawassul kepada Baginda Rasulullah Saw kemudian ia goyang-goyangkan pohon pisang tersebut dan tidak usang kemudian hujanpun turun dengan derasnya.
 

6. Air doa KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani
Banyak orang yang menderita sakit menyerupai watu ginjal, usus membusuk, anak yang tertelan jarum/peniti, orang yang sedang hamil dan bayinya jungkir serta meninggal di dalam perut ibunya, yang semuanya itu berdasarkan keterangan dokter harus di operasi, namun keluarga mereka meminta doa dan pertolongan kepada KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani, maka dengan air yang ia berikan semuanya sanggup tertolong dan sembuh tanpa operasi.
 

Masih banyak keramat dari KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani. Yang tersebut di atas hanya sebagian dari sekian banyaknya keramat ia yang di tulis oleh penulis. Memang keramat ini sangat sulit untuk logika sehat kita menerimanya, namun itulah kekuasaan Allah Swt yang ditunjukkan dan diberikan kepada seorang hamba yang dikasihi-Nya.

E. KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani sebagai Seorang Pemimpin Keluarga dan Umat Islam Kalimantan Selatan

1. Seorang yang adil lagi bijaksana
KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani ialah seorang ulama yang adil lagi bijaksana dalam memimpin dan mengayomi masyarakat dan keluarga, terutama terhadap isteri-isteri ia yang berjumlah beberapa orang dalam satu rumah sehingga kesemuanya tampak keharmonisan dalam keluarga baik dibidang mental maupun spiritual.
Dari isteri-isteri ia tersebut satu diantaranya telah melahirkan dua orang putera atau anak sebagai penyambung generasi atau zuriat yang berjulukan Muhammad Amin Badaly dan Ahmad Hafi Badaly.


2. Berdakwah dengan lemah lembut dan kasih sayang
KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani ialah seorang tokoh ulama zuriat Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang hidup dipenghujung kurun kedua puluh yang disenangi oleh segenap lapisan masyarakat bahkan dikalangan pemerintahan. Ini terlihat dari majelis pengajian ia yang dikunjungi oleh puluhan ribu kaum muslimin disetiap hari Kamis sore hingga malam Jum’at dan hari Ahad sore hingga malam Senin yang tiba dari aneka macam penjuru kawasan Kalimantan Selatan. Dan pada hari Sabtu pagi khusus disediakan untuk ibu-ibu kaum muslimat.
 

Beliau ialah seorang ulama yang ramah dan kasih sayang terhadap setiap orang, terutama kepada anak murid ia sendiri, akhirnya ia tidak segan-segan menegur apabila melihat hal-hal yang dianggap salah atau tidak tepat, hal ini semata-mata ialah alasannya kasih sayangnya ia terhadap umat Nabi Muhammad Saw. Karena itu ia sering menyerukan dengan ungkapan arti kata kota “Martapura”, berdasarkan ia adalah: “Marilah Taqwa Para Umat Rasulullah”.

F. Karya-Karya KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani

Beberapa hasil karya tulis KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani, antara lain:
- Risalah Mubarakah dalam bahasa Arab
- Manakib Asy-Syeikh Muhammad Samman al-Madani dalam bahasa Arab
- Ar-Risalat an-Nuraniyyah fi Syarh at-Tawassulat as-Sammaniyah, dalam bahasa Arab
- Nubzat min Manaqib al Imam al-Masyhur bil Ustadz al A’zham Muhammad bin Ali Ba’Alwi dalam bahasa Arab


G. Pesan-Pesan KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani

Pesan-pesan yang sering disampaikan ia dalam pengajian adalah:
1. Jangan bakhil (yakni hendaklah jadi orang yang pemurah), alasannya sifat bakhil ialah sifat madzmumah yang paling nakal dan tidak akan keluar sebelum sifat-sifat madzmumah lainnya keluar. Dan apabila keluar sifat bakhil ini berarti sifat-sifat madzmumah lainnya sudah keluar lebih dahulu. Dan sering ia ucapkan bahwa di pintu nirwana tertulis: “Anti haramun ‘ala kulli bakhilin” (maksudnya pintu nirwana dilarang/haram dimasuki orang bakhil).
2. Jangan tertipu dengan karamah/keramat (yakni dengan segala keganjilan dan keanehan), alasannya keramat itu ialah anugerah dan pemberian Allah Swt kepada hamba-Nya bukan alasannya suatu kepandaian atau keahlian, alasannya itu janganlah terlintas atau berniat untuk mendapatkan keramat dengan melaksanakan ibadah atau membaca wirid alasannya keramat yang mulia dan tinggi nilainya ialah istiqamah di dalam ibadah.
3. Kaji dan gawi maksudnya tuntut ilmu kemudian amalkan.
 

Selain beberapa pesan di atas, KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani juga memberi beberapa poin wasiat bagi warga Kalimantan Selatan dalam menghadapi keterpurukan dan krisis watak pada zaman kini ini. Beberapa poin wasiat tersebut adalah:
1. Selalu berpegang teguh kepada Allah Swt dan Baginda Rasulullah Saw
2. Menghormati serta menjunjung tinggi kedua orang renta dan para ulama
3. Berbaik sangka terhadap sesama muslim
4. Murah Hati
5. Murah harta
6. Manis muka
7. Jangan pernah menyakiti orang lain
8. Praktis memaafkan kesalahan orang lain
9. Jangan saling bermusuh-musuhan
10. Jangan tamak, rakus dan serakah
11. Selalu yakin keselamatan itu kepada kebenaran
12. Jangan merasa baik daripada orang lain
13. Tiap-tiap orang yang iri, dengki, atau mau mengadu domba jangan dilayani, serahkan saja kepada Allah Swt
 

Wasiat ini ditulis ia sekitar 20 tahun lalu, tepatnya pada 11 Jumadil Akhir 1413 H. meski wasiat ini ditulis dalam bahasa sederhana, namun makna yang terkandung di dalamnya sangatlah mendalam.

H. Akhir Hayat KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani

Di penghujung usia, ia menderita penyakit berat yang sulit disembuhkan, hingga terakhir ia dirawat di sebuah rumah sakit di luar negeri, sebuah negara tetangga. Dengan tenaga yang tersisa ia pulang ke rumah dan tiba pada pukul 20.30 WITA Selasa malam 4 Rajab 1426 H. keesokan harinya pada pukul 05.10 WITA pagi Rabu 5 Rajab 1426 H atau lebih tepatnya 10 Agustus 2005 M. ia pergi meninggalkan kita semua memenuhi panggilan Allah Swt. Jasad ia dikebumikan di Pemakaman al-Mahya yang berada dalam kompleks ar-Raudhah dan disamping Mushalla ar-Raudhah tepatnya di samping makam paman ia KH. Seman Mulia.
 

I. Haulan KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani sebagai Moment Refleksi Wasiat Beliau
Tradisi memperingati meninggalnya seorang ulama atau lebih dikenal dengan istilah “haul” dilakukan bertujuan untuk meneladani ketokohan ulama bersangkutan. Namun tradisi itu belakangan hanya bersifat ritual, sedikit orang yang hadir sanggup merefleksikannya.
 

Sudah selayaknya momentum haul KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Guru Sekumpul dimaknai dengan aktivitas akbar dengan spirit menumbuhkan jiwa-jiwa ulama yang menjadi tuntunan dan tauladan bagi masyarakat. Bukan sosok yang terlena oleh arus dominasi politik praktis, hingga lupa bahwa sisi keulamaannya perlahan terkikis oleh nuansa kehidupan duniawi.
 

Sekarang kita telah memasuki tahun ke-7 wafatnya KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang lebih dikenal dengan sebutan Guru Sekumpul. Sudah seharusnya bagi kita untuk melihat dan bercermin kepada diri kita dengan wasiat kebaikan yang diberikan oleh ia sebagai contoh untuk melangkah lebih baik lagi di kehidupan yang penuh dengan materialistik duniawi kini ini.
 

Sungguh masyarakat tanah Borneo sangat kehilangan seorang sosok yang menjadi panutan, yang menjadi isyarat dalam menawarkan kebaikan melawan arus kehidupan dunia yang sudah mulai tercemar hal-hal yang berbau kemunafikan, yang akan membawa setiap orang yang larut di dalamnya kepada kenikmatan yang hanya akan terasa sekejap mata.
 

Dalam sebuah harian kota terkemuka di Kalimantan Selatan Banjarmasin Post, penulis mengutip sebuah informasi yang menyampaikan kepadatan pada program Haul Guru Sekumpul yang ke-7 di Kompleks Ar-Raudah, Sekumpul Martapura pada hari Minggu (27/5/2012), yang dihadiri oleh jemaah dari aneka macam kawasan Kalimantan dan luar Kalimantan mencapai 300 ribu jemaah. Ratusan kendaraan roda dua dan empat pun terlihat memadati seluruh ruas jalan.
 

Dari kutipan informasi di atas sanggup kita lihat betapa berharganya seorang Guru Sekumpul di mata para rakyat Banua khususnya dan juga seluruh rakyat Indonesia umumnya. Sudah saatnya wasiat kebaikan yang ia tinggalkan bagi kita semoga kiranya sanggup diaktualisasikan dalam menghadapi kehidupan dunia yang kacau balau dengan rayuan suplemen yang akan selalu mengikis moral dan watak kita.
 

Beliau memang secara zhahir meninggalkan kita, namun sungguh pada hakikat, asa kita sanggup mendapatkan bahwa ia masih berada disekitar kita, di dalam sanubari kita, dipikiran kita ia akan terus bersemayam dengan kerinduan yang selalu membasuh kenangan akan pesan yang tersirat dan ilmu yang diberikan beliau. Sungguh pengamalan pesan yang tersirat dan anutan yang ia berikan sangat berarti dalam mengisi makna kehidupan kita yang kian hari makin kosong. Semoga Allah selalu memberi rahmat-Nya dan menempatkan ia di tempat yang mulia. Amin.

Beliau Tuan Guru KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang biasa disebut Guru Ijai atau Guru Sekumpul. Beliau ialah seorang Alim Ulama Kharismatik Kalimantan Selatan. Beliau dilahirkan di malam Rabu 27 Muharram 1361 H. bertepatan dengan 11 Februari 1942 M di Desa Tunggulirang Seberang, Martapura. Beliau merupakan keturunan dari Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari salah seorang Alim Ulama yang sangat kuat dalam pengembangan anutan Islam di Kalimantan Selatan.
 

Sejak kecil KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani diasuh dan di didik oleh kedua orang renta dan nenek ia yang berjulukan Salbiah dengan pendidikan tauhid serta watak mulia dan penanaman nilai-nilai Qur’ani dalam keseharian beliau. Tak luput juga pengawasan serta isyarat bimbingan paman ia KH. Seman Mulia dalam kehidupan yang ia jalani.
 

Banyak karomah serta kemulian ia yang dikaruniakan oleh Allah Swt kepada beliau, di antaranya adalah: diberikan oleh Allah kasyaf hisyi semenjak kecil dan dipeliharakan ia daripada ihtilam (mimpi basah).
 

Beliau merupakan seorang ulama juga pemimpin spiritual keagamaan masyarakat Kalimantan Selatan. Sehingga tidak heran, banyak orang yang berduyun-duyun mulai dari aneka macam kawasan Kalimantan hingga luar Kalimantan sekalipun, tiba ke tempat majelis atau pengajian ia untuk menikmati manisnya keberkahan dan karunia Allah Swt yang dititipkan kepada ia Guru Sekumpul.



Cincin Wafaq Peninggalan Guru Sekumpul

Subhanallah HVD jumlahnya 15 (Selaras/Seimbang)

DAFTAR PUSTAKA

Barjie, Ahmad. 2012. Mengenang Ulama dan Tokoh Banjar. Yogyakarta: Pustaka Prisma.
Daudi, Abu, 2006, Al’alimul’alamah Al’arif Billah As-Syeikh H. Muhammad Zaini Abdul Ghani, Martapura: Yapida.
El-Rahman, Taufik. 2012. Tanah Banjar: Intelektualisme Tak Pernah Mati!. Landasan Ulin: Penakita Publisher.
Harian Kota Banjarmasin Post, Rubrik Intan Idaman Square, Selasa 29 Mei 2012.
Pustaka Basma, Tim. 2012. 3 Permata Ulama dari Tanah Banjar. Malang: Pustaka Basma.
Sahabat, Tim. 2010. 27 Ulama Berpengaruh Kalimantan Selatan. Kandangan: Sahabat.

Sumber http://gurumatiksma.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Biografi Guru Sekumpul"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel