iklan

Apa Pengertian Register Dan Gaya Bahasa?

Register dan Gaya Bahasa
Seperti yang telah disebutkan di atas, register merupakan konsep semantis yang dihasilkan dari suatu konfigurasi makna atau konfigurasi kontekstual antara medan, pelibat, dan sarana di dalam konteks situasi tertentu. Konfigurasi makna tersebut membatasi penggunaan/pilihan makna dan sekaligus bentuknya untuk mengantar  sebuah teks di dalam konfigurasi itu. Dengan demikian, register merupakan tidak hanya konsep bentuk, tetapi juga bergotong-royong konsep makna. Di dalam suatu konfigurasi makna tertentu register memerlukan bentuk-bentuk ekspresi tertentu. Hal itu disebabkan bentuk-bentuk ekspresi diharapkan untuk mengungkapkan makna yang dibangun di dalam konfigurasi tersebut. Dalam pengertian ini, register sama dengan pengertian style atau gaya bahasa, yaitu suatu varian bahasa menurut penggunaannya (lihat Lyons, 1990, 1987). Bahkan, Fowler (1989) menyampaikan bahwa register atau gaya bahasa termasuk bahasa yang dipakai dalam karya sastra, menyerupai puisi, novel, atau drama. Meskipun Fowler beropini demikian, para sastrawan mengklaim bahwa karya sastra merupakan dunia kreasi tersendiri. Bahasa sastra merupakan sistem semiotika tingkat kedua (second order semiotic system). Bahasahanya sebagai medianya yang hanya merupakan sistem semiotika tingkat pertama (first order semiotic system). Menurut Fowler (1989), keseluruhan sistem semiotik tersebut, baik yang tingkat pertama maupun kedua tetap saja direalisasikan ke dalam bahasa yang merupakan sebagai media karya sastra tersebut.

Medan (field) merujuk pada apa yang sedang terjadi, sifat-sifat proses sosial yang terjadi: apa yang sedang dilakukan oleh partisipan dengan memakai bahasa sebagai mediumnya. Medan ini juga menyangkut pertanyaan yang terkait dengan lingkungan kejadian, menyerupai kapan, di mana, bagaimana insiden itu terjadi, dan mengapa insiden itu terjadi. Di dalam pola ‘mengajar’ di atas, medan merujuk pada insiden mengajarnya itu sendiri, yaitu cara yang dipakai dalam mengajar ( menyerupai ceramah), topik yang dibahas, kawasan dan waktu mengajar, serta tujuan mengajar. Aspek medan ini di dalam teks sanggup dilihat melalui struktur teks, sistem kohesi, transitivitas, sistem klausa, sistem kelompok, nomina, verba, atau adjektiva, serta sistem leksis: abstraksi dan teknikalitas, serta ciri-ciri dan kategori semantiknya.

Baca Juga

Pelibat (tenor) merujuk pada siapa yang berperan di dalam insiden sosial tersebut, sifat-sifat partisipan, termasuk status serta kiprah sosial yang dipegangnya: kiprah sosial yang bagaimana yang dipegang setiap partisipan, termasuk hubunganstatus atau kiprah permanen atau sesaat. Di samping itu, pelibat juga merujuk pada kiprah bahasa yang dipakai untuk mengekspresikan kekerabatan kiprah dan status sosial di dalamnya. Di dalam pola di atas yang termasuk di dalam pelibat yaitu partisipan (guru dan murid serta kekerabatan kiprah dan status sosial mereka menyerupai yang tampak pada bahasa yang mereka gunakan untuk mengekspresikan kekerabatan kiprah serta status sosial mereka masing-masing). Aspek pelibat juga memiliki tiga subbagian, yaitu afek, status, dan kontak. Afek yaitu penilaian (assesment, evaluation, dan judgement) antarpartisipan di dalam teks. Penilaian ini secara umum sanggup dikategorikan menjadi dua, yaitu penilaian faktual atau negatif. Akan tetapi, di dalam analisis teks penilaian faktual atau negatif ini sanggup dijelaskan melalui komponen semiotik yang dipakai di dalam teks tersebut. Misalnya, untuk penilaian faktual sanggup dikatakan apakah partisipannya mendukung, menyetujui pendapat partisipanyang lain, apakah partisipan yang satu sedang menghargai, menyanjung partisipan yang lain, dan sebagainya. Penilaian negatif sanggup terlihat apakah partisipan yangsatu sedang menyerang, mengkritik, mengejek, mencela, atau tidak menyetujui pendapat partisipan yang lainnya. Berdasarkan penilaian itu kita sanggup melihat ideologi partisipan yang satu terhadap partisipan yang lain. Dalam sistem kebahasaan afek ini sanggup diinterpretasikan dari sistem fonologi/grafologi, leksisnya: deskriptif atau atitudinal, struktur mood-nya: proposisi atau proposal, transitivitas, struktur temanya, kohesi, dan struktur teks, serta genrenya. Aspek pelibat yang kedua, yaitu status, membahas kekerabatan status sosial atau kekerabatan kiprah partisipannya. Secara umum, kekerabatan kiprah dan status sosial ini sanggup dikategorikan menjadi dua, yaitu hierarkis/vertikal, dan nonhierarkis/horizontal.

Di dalam analisis, status sosial dan kekerabatan kiprah ini harus dijelaskan status sosial yang menyerupai apa serta kiprah sosial apa yang sedang diperankan oleh partisipan di dalam suatu teks, contohnya status dan kiprah sosial partisipan lebih bersifat otoriter: tertutup menyerupai atasan-bawahan atau dokter-pasien atau mungkin lebih bersifat demokratis: terbuka menyerupai kekerabatan antaranggota parlemen, antardosen, atau antarmahasiswa. Secara semiotis, kekerabatan status dan kiprah sosial ini sanggup dilihat melalui fonologi, grafologi, leksis: deskriptif atau atitudinal, struktur mood: proposisi atau proposal, transitivitas, struktur tema, kohesi, dan struktur teks beserta genrenya. Sub-aspek yang terakhir, yaitu kontak, mengevaluasi penggunaan bahasa yang sedang dipakai di dalam teks tersebut. Apakah bahasa yang sedang dipakai tersebut familiar atau tidak. Artinya, semua partisipan yang terlibat di dalamnya memahami dan mengerti bahasa yang sedang dipakai di dalam teks (proses sosial verbal) tersebut. Jika ditinjau lebih lanjut, kontak ini menyangkut tingkat keterbacaan (readability) suatu teks yang sedang digunakan, maksudnya apakah teks itu terlalu sulit, sulit, mudah, atau terlalu mudahuntuk dimengerti.

Untuk mencari tahu kontak (familiaritas dan keterbacaan ini) seluruh aspek kebahasaan, dari aspek yang tertinggi hingga aspek yang terendah (struktur teks: terperinci pembukaan, isi, dan penutupnya atau membingungkan, linier atau spiral, kohesi: rujukannya terperinci atau membingungkan, sistem klausanya: simpleks, simpleks dengan embbeding, kompleks dengan embbeding, sistem grupnya (nomina, verba, adjunct): simpleks atau kompleks, sistem leksisnya: kongruen atau inkongruen, memakai abstraksi atau teknikalitas, serta fonologi atau grafologinya harus diukur.
Akhirnya, sarana (mode) merujuk pada pecahan yang diperankan oleh bahasa, apa yang diharapkan partisipan dengan memakai bahasa dalam situasi tertentu itu: organisasi simbolis teks, status yang dimilikinya, fungsinya di dalam konteks tersebut, termasuk susukan (channel), dan apakah bahasa yang dipakai termasuk bahasa tulis atau ekspresi atau gabungan. Termasuk di dalam sarana yaitu makna retorisnya: apa yang diinginkan teks tersebut termasuk dalam kategori: persuasif, ekspositori, didaktis, atau yang lainnya. Di samping itu, aspek sarana ini juga melibatkan medium

yang dipakai untuk mengekspresikan bahasa tersebut: apakah mediumnya bersifat ekspresi dengan one-way atau two-way communication: audio, audio-visual, visual, contohnya tutorial, pidato, siaran radio, atau televisi, dialog, seminar, atau khotbah; atau tulis/cetak yang bersifat komunikasi satu arah atau dua arah, menyerupai koran, majalah, tabloid, spanduk, papan iklan, atau surat menyurat. Dalam pola lain yang termasuk di dalam aspek sarana yaitu varian bahasa lisan: ngoko dan kromo yang dipakai oleh partisipan di dalam medium rembug desa atau sarasehan. Teks dan tentang yang dipakai merupakan satu-kesatuan acara sosial yang bersifat persuasif dengan argumen logis atau hortatoris serta mediumnya yaitu musyawarah dengan aneka macam hukum kawasan dan tata letak (proksemik), cara bermusyawarah, dan lain-lain.
Sumber http://kumpulantugasekol.blogspot.com

Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Apa Pengertian Register Dan Gaya Bahasa?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel