Dosa - Dosa Guru
Apa jadinya bila para guru hanya mengumpulkan dosa tiap kali melaksanakan kiprah akademik? Yah, pastinya acara pengajaran itu bergandengan tangan dengan dosa-dosa. Sehingga, terasa sangat percuma "bercengkrama" dengan murid dan rekan kerja jikalau hal ini pun terabaikan. Saya memeriksa kasus dosa ini bersumber acara lumrah yang kerap menyelimuti tingkah laris sang guru. Ini bukan duduk kasus sepele, layaknya menggunakan sepatu sendal, namun ini yaitu persolan kehidupan kita bersama yang perlu diperhatikan dan disolusikan. Ringkas kata, inilah dosa-dosa guru kita:
1. Merokok
Nah, sudah menjadi kebiasaan bagi sang guru, merealisasikan dosa ini, mengakibatkan diri mati secara pelan.
Berikut akan dikemukakan fatwa dari ulama terkemuka perihal aturan rokok : "Merokok hukumnya haram, begitu juga memperdagangkannya. Karena didalamnya terdapat sesuatu yang membahayakan, telah diriwayatkan dalam sebuah hadits :
" Tidak (boleh melakukan/menggunakan sesuatu yang) berbahaya atau membahayakan" (Riwayat Ahmad dalam Musnadnya, Malik dan Atturmuzi)
Demikian juga (rokok diharamkan) sebab termasuk sesuatu yang buruk (khabaits), sedangkan Allah ta'ala (ketika membuktikan sifat nabi-Nya Shalallahu 'alaihi wassalam) berfirman: "...dia menghalalkan bagi mereka yang baik dan mengharamkan yang buruk" (Al A'raf : 157)
Panitia Tetap Lembaga Riset Ilmiah dan Fatwa Kerajaan Saudi Arabia.
Ketua: Abdul Aziz bin Baz
Wakil Ketua: Abdurrazzak Afifi.
Anggota: Abdullah bin Ghudayyan -
Abdullah bin Quud.
Sangat jelaslah bagi kita, perihal kejanggalan guru di kala kontemporer. Aktivitas merokok dan membagi rokok sangat sering terjadi di lahan sekolah. Ada juga yang lucu, guru melarang merokok, namun, guru di sisi lain melahap juga isapan puntung rokok itu. Ingatlah wahai guruku tercinta fatwa di atas.
2. Tidak Berjilbab
Wajah bagus para guru selalu saja topik pembicaraan siswa yang puber. Bagaimana bila berbenturan perintah ini pula,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala (yang artinya):
"Katakanlah kepada orang pria yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu yaitu lebih suci bagi mereka, sebetulnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".(QS. 24:30.)
Siapa yang mau disalahkan, guru atau siswa?
Bagi saya pribadi, guru itulah harusnya mendapat perlakukan. Kemudian, pasca nasehat itu, kemudian siswa laki-lakilah didakwahi.
Guru perempuan di zaman ini, sudah merebah, layaknya rumput-rumput di taman yang tanpa disiram, juga tumbuh sendiri. Namun, ada kejanggalan fenomenal yang mesti pula dikoreksi. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya): "Dan hendaklah kau tetap di rumahmu dan janganlah kau berhias dan bertingkah laris menyerupai orang-orang jahiliyah." (Q.S. Al-Ahzab: 33)
Dari ayat di atas, ada kritikan pedas bagi guru perempuan untuk tidak keluar mengajar, tapi hendaknya di rumah saja. Ditambah lagi ada ayat, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yanga artinya): "Apabila kau meminta suatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka." (Q.S. Al-Ahzab: 53)
Wah, semakin ketat aturan bagi sang guru wanita. Alhamdulillah.
Adapun, bila objek pengajarannya pun wanita, insya ALloh tafaddol saja. Dan tetap diperhatikan ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengakibatkan kewajiban guru menggunakan hijab sebagai tanda 'Iffah (menahan diri dari maksiat). Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya): "Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, belum dewasa perempuanmu dan istri-istri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh badan mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih gampang untuk dikenal, sebab itu mereka tidak diganggu." (Q.S. Al-Ahzab: 59)
3. Isbal
Celana merupakan pelengkap bagi kaum adam. Sampai-sampai berbanjiran aneka celana yang dipajang di toko-toko biar menarik perhatian. Nah, guru lelakipun tak mau kalah dalam duduk kasus gaya. Ada yang modusnya menarik perhatian siswi dan ada pula yang hendak meraih perhatian guru perempuan yang masih jomblo.
Fokus ke duduk kasus celana, tanda dan bukti guru lelaki yang komitmen melaksanakan simbol-simbol Islam, dalam bentuk perintah, larangan, penerangan, ucapan, keyakinan maupun amalan. Dan hendaklah dia menyampaikan : "sami'na wa atha'na (kami mendengar dan taat)".
Kalau kita mau memeperhatikan kebanyakan guru lelaki? Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi hidayah kepada mereka dan membimbing mereka kepada kebenaran? Akan didapati mereka melaksanakan perbuatan Isbal (menurunkan pekaian di bawah mata kaki) pada pakaian dan bahkan hingga terseret di atas tanah yang menyentuh tanah di sekolah. Itu yaitu perbuatan yang mengandung ancaman besar sebab menentang perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasul-Nya dan itu yaitu perilaku menantang, pelakunya akan mendapat ancaman keras.
Isbal dianggap salah satu dosa besar yang diancam dengan ancaman yang keras. Beranjak dari kewajiban untuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa, saling nasehat menasehati dengan kebenaran, menginginkan biar saudara-saudaraku para guru, kaum muslimin mendapat kebaikan dan sebab takut kalau mereka tertimpa eksekusi yang buruk tanggapan lebih banyak didominasi orang melaksanakan maksiat.
Isbal yaitu suatu lambang kesombongan dan orang yang memiiki rasa sombong dalam hatinya walaupun seberat biji dzarrah tidak akan masuk surga, sebagaimana yang diterangkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Rasullullah Shalallahu 'alaihi Wassalam bersabda :
"Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala di hari kiamat. Tidak dilihat dan dibesihkan (dalam dosa) serta akan mendapat azab yang pedih, yaitu seseorang yang melaksanakan isbal (menurunkan kain celana melewati mata kaki/musbil), pengungkit pemberian, dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu." (Hr Muslim, Abu Daud, Turmudzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah)
Dalam riwayat Imam Ahmad dan Bukhari dengan suara :
"Apa saja yang berada di bawah mata kaki berupa sarung, maka tempatnya di Neraka."
Rasulullah pun bersabda :
"Apa yang ada di bawah kedua mata kaki berupa sarung (kain) maka tempatnya di neraka" (HR.Bukhori)
Semoga dalam rangkaian hadits di atas, menunjukkan pengaruh jera bagi sang guru lelaki, biar merefleksi "celana" panjangnya. Potonglah guruku tercinta, biaya Rp 5.000 untuk memotong sangat murah ketimbang melaksanakan dosa.
4. Memandang dan Berjabat Tangan dengan Lawan Jenis
Persoalan Keempat, dalam lingkungkup pendidikan yaitu dari mata dan dari kulit. Entah bola mata itu ke siswa/siswi atau ke rekan guru. Ingatlah guru, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah membuat manusia, maka tentunya Allah pun telah mengatur segala aspek kehidupan manusia, termasuk didalamnya bagaimana aturan yang berlaku bagi pria dan perempuan yang tidak semahram dalam memandang dan berjabat tangan. Olehnya kita simak uraian dalil Al-Quran dan Sunnah perihal masalah ini, biar hati kita hening dan sanggup mengamalkannya sesuai dengan perintah agama. Guru selalu saja mendapat kesempatan dosa dalam lingku ini, bayangkan saja, setiap hari dia memandang lawan jenis yang kira-kira 25 siswa/siswi. Ditambah lagi rekan guru sejawatnya.
perbuat".(QS. 24:30.)
Bagi guru laki-laki, ingatlah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surah An- Nuur : 30
"Katakanlah kepada orang pria yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu yaitu lebih suci bagi mereka, sebetulnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".(QS. 24:30.)
Bagi guru wanita, ingatlah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surah An- Nuur : 31
"Katakanlah kepada perempuan yang beriman: "Hendaklah mereka menundukkan pandangannya".
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah : "Kebanyakan para ulama mengakibatkan ayat ini sebagai dalil perihal haramnya perempuan memandang pria selain mahramnya apakah dengan syahwat atau tanpa syahwat". (Tafsir Ibnu Katsir 3/345).
Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu riwayat Bukhary-Muslim, Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'alahi wasallam menegaskan :
Sesungguhnya Allah telah tetapkan bagi setiap anak Adam bagiannya dari zina, ia mengalami hal tersebut secara pasti. Kedua mata zinanya yaitu memandang, kedua pendengaran zinanya yaitu mendengar, verbal zinanya yaitu berbicara, tangan zinanya yaitu memegang dan kaki zinanya yaitu berjalan dan hati berhasrat dan berangan-angan dan hal tersebut dibenarkan oleh kemaluan atau didustakannya".
5. Ghibah
Polemik info terlewatkan masih saja misteri bagi sang guru, sehingga hal ini dibahas kembali di sekolah. Engah kepada rekan guru sesama atau ke murid-murid. Ingatlah guru, Rasulullahbersabda, "Setiap muslim terhadap muslim lainnya diharamakan darahnya, kehormatannya, dan juga hartanya." (H.R Muslim no. 2564)
Suatu fenomena yang lumrah terjadi guru kita dan cenderung disepelekan, padahal kesudahannya cukup besar dan membahayakan, yaitu gihibah (menggunjing). Karena dengan perbuatan ini akan tersingkap dan tersebar malu seseorang, yang akan menjatuhkan dan merusak harkat dan martabatnya. Topiknya beragam, ada bercakap di lingkup soal kehidupan tetangga sendiri, guru sendiri yang lagi alfa, artis-artis, dll.
Ghibah yaitu menyebutkan, membuka, dan membongkar malu saudaranya dengan maksud jelek. Al Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahihnya dari shahabat Abu Hurairah, sebetulnya Rasulullah bersabda: "Apakah kalian mengetahui apa itu ghibah? Para shahabat berkata: "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Kemudian ia bersabda:
"Engkau menyebutkan sesuatu yang ada pada saudaramu yang dia membecinya, bila yang engkau sebutkan tadi benar-benar ada pada saudaramu sungguh engkau telah berbuat ghibah, sedangkan bila itu tidak benar maka engkau telah membuat kedustaan atasnya."
Di dalam Al Qur'anul Karim Allah ? sangat mencela perbuatan ghibah, sebagaimana firman-Nya (artinya):
"Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian menggunjing (ghibah) kepada sebagian yang lainnya. Apakah kalian suka salah seorang diantara kalian memakan daging saudaramu yang sudah mati? Maka tentulah kalian membencinya. Dan bertaqwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat dan Maha Pengasih." (Al Hujurat: 12)
Dan sungguh ini harap dijadikan renungan mendalam, belajarlah untuk membisu ketimbang meraih dosa.
6. Dll, masih banyak kita mau dudukkan dosa-dosa guru. Tetapi, butuh redaksi kata dan waktu untuk menuliskannya.
Sumber: Kusnandar Putra dalam Catatan Seorang Ikhwa
Sumber http://baityjanaty.blogspot.com
0 Response to "Dosa - Dosa Guru"
Posting Komentar