iklan

Tips Menghadapi Koreksi Pasar

Salah satu kiprah rutin seorang investor yaitu untuk menjaga pikiran untuk tetap tenang, untuk tetap fokus. Untuk tidak dilanda rasa khawatir ketinggalan kereta, takut rugi, takut dengan rumor-rumor yang beredar, dan seterusnya. Karena hanya dengan cara itulah kita bisa melaksanakan pekerjaan analisa dengan baik dan logis, mengambil keputusan buy and sell berdasarkan analisa tersebut dengan sama baiknya, dan pada kesannya menghasilkan return investasi sesuai dengan yang diharapkan.

Dan itu tidak pernah menjadi kiprah yang mudah. Sebagian orang mungkin berpikir bahwa, berbeda dengan investor pemula, investor berpengalaman bisa lebih santai alasannya yaitu ia sudah pernah mengalami banyak hal, melewati banyak kondisi naik turunnya pasar, dan normalnya juga sudah lebih andal dalam menganalisis dan menciptakan investment planning.

Padahal itu tidak sepenuhnya tepat. Lemme be honest here: Bagi anda yang masih gres di market, dan masih sering nervous serta galau (apa yang harus saya lakukan??) ketika melihat naik turunnya IHSG maupun saham-saham yang anda pegang, maka penulis juga masih sering mengalami hal yang sama. Yup, saya masih suka panas masbodoh bila saham yang dipegang turun, atau sebaliknya, saham yang diincar sudah naik duluan sebelum kita sempat membelinya. Ketika dalam satu dua bulan terakhir ini pasar saham mengalami koreksi, maka penulis tetap saja terkadang merasa under pressure secara psikologis, bahkan meski saya sudah sering melewati koreksi pasar menyerupai ini sebelumnya.

Dan itu karena, sebagai investor, nilai aset/portofolio kita naik terus dari tahun ke tahun, yang otomatis menjadikan nilai profit and loss yang dialami juga terus meningkat dibanding di masa lalu. Maksud penulis adalah, yes, dulu waktu penulis masih baruuu banget, maka ketika melihat saham kita turun dan di software OLT nongol angka floating loss sebesar Rp200,000 saja, maka rasanya sudah menyerupai dunia mau kiamat. Sementara hari ini, bila nongol lagi floating loss sebesar itu atau lebih besar lagi, maka kita sudah bisa bersikap biasa saja.

Tapi masalahnya, ketika aset anda terus meningkat, dan itu yaitu sesuatu yang normal dalam berinvestasi (kalau anda hari ini kelola dana Rp10 juta, dan lima tahun kemudian dana anda masih Rp10 juta juga, berarti ada yang salah), maka ketika satu dua tahun kemudian penulis nyangkut lagi, nilai floating loss-nya bukan lagi 200 ribu, bukan lagi 2 juta, bukan lagi 20 juta.. melainkan jauh lebih besar dari itu! Dan ketika hari ini nilai aset kita kembali naik dibanding tahun kemarin, maka lagi-lagi nilai ruginya (berdasarkan nilai Rupiah) menjadi lebih besar ketika pasar kembali mengalami koreksi. Point penulis adalah, sebagian investor pemula dengan ‘dana coba-coba’ mungkin mengeluh bahwa bila mereka beli saham dan profit, maka nilai profitnya dalam Rupiah ‘tidak terlalu berasa’, alasannya yaitu memang modalnya masih kecil, tapi faktanya fund manager profesional justru harus menghadapi pressure yang jauh lebih lebih berat! Karena ketika mereka berbuat kesalahan, atau simply nilai portonya turun alasannya yaitu koreksi pasar, maka nilai ruginya dalam Rupiah akan jauh lebih besar dibanding investor lain yang asetnya lebih kecil.

Nah, jadi anda mengerti maksud penulis bukan? Kaprikornus katakanlah anda sudah terbiasa dan bisa untuk bersikap santai saja ketika nyangkut Rp200,000, maka ketika itu rugi anda sudah meningkat jadi Rp2 juta. Dan ketika anda sudah biasa-biasa saja ketika nyangkut Rp2 juta, maka ruginya naik lagi menjadi Rp20 juta! Demikian seterusnya, dan alhasil rasa nervous yang dulu penulis alami ketika kita rugi Rp200,000, hingga kini saya masih mengalaminya alasannya yaitu rugi kita hari ini sudah jauh lebih besar dari itu.

Tapi Pak Teguh, memang kalo kita pegang duit Rp100 juta, maka ruginya lebih gede dibanding bila modalnya cuma Rp10 juta, tapi disisi lain bila kita profit maka profitnya juga lebih gede dong? Yang itu artinya, memang bila pasar lagi turun maka kita akan down, tapi bila pasar lagi naik maka kita akan happy bukan? Well, nggak juga. Sebagian investor mungkin menyadari bahwa ketika mereka dapet profit, maka itu cuma alasannya yaitu beruntung, alasannya yaitu semenjak awal mereka membeli saham lebih banyak pakai metode tebak-tebakan, atau ikut-ikutan teman, ketimbang menurut analisa yang dibentuk secara teliti dan hati-hati.

Tapi investor lainnya sama sekali nggak begitu, dimana ketika penulis membeli saham maka itu yaitu berdasarkan analisa yang sudah kita buat susah payah sebelumnya, termasuk hasil dari membaca ratusan laporan keuangan emiten, satu per satu. Yep, jadi ketika kita memperoleh profit maka itu bukan kebetulan semata, melainkan hasil dari kerja keras. Memang benar bahwa value investor itu jauh lebih santai dibanding trader alasannya yaitu kita gak perlu melihat naik turunnya saham seharian setiap hari, tapi bukan berarti kita gak ngapa-ngapain sama sekali, alasannya yaitu mengerjakan analisis mendasar itu juga tetap memerlukan waktu serta fokus. Penulis sendiri bisa menghabiskan waktu sehari semalam untuk baca-baca dokumen laporan tahunan dll dari suatu emiten, hingga kesannya diperoleh kesimpulan apakah saham emiten tersebut layak invest atau tidak.

Jadi ketika kita profit, maka memang penulis happy, tapi juga gak akan happy-happy banget, alasannya yaitu profit itu tidak kita peroleh begitu saja, melainkan hasil dari kerja keras. In fact, bahkan sesudah kita bolak balik menganalisis dan baca dokumen ini itu, tapi tetap saja kita bisa rugi sewaktu-waktu entah itu alasannya yaitu koreksi pasar, force majeure dll, dan itu semakin menambah beban pressure yang kita alami. Karena analoginya menyerupai anda kerja keras dan lembur tiap malam di kantor, tapi tidak hanya tidak memperoleh honor di selesai bulan, bos anda malah mengambil sebagian tabungan anda alasannya yaitu ‘IHSG lagi turun’. Well, gimana rasanya??

Tips Agar Tetap Tenang & Santai

Jadi balik lagi keatas, salah satu kiprah rutin seorang investor yaitu untuk menjaga pikiran untuk tetap tenang, untuk tidak terlalu under pressure dalam kondisi pasar yang paling tidak aman sekalipun. Pertanyaannya sekarang, gimana caranya?

Nah, bagi anda yang sudah kenal dengan penulis, maka anda mungkin hafal bahwa kita sangat menerapkan prinsip simplicity and humbleness, alias gaya hidup sederhana baik itu ketika bekerja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Yup, tidak menyerupai ‘investor sukses’ yang terkadang menunjukkan gaya hidup glamor dan wah, penulis nggak begitu, dimana saya selalu pake baju biasa saja (bahkan ketika mengisi seminar, dan seminarnya pun di hotel biasa saja), smartphone biasa saja, bila jalan-jalan maka pake style backpacker (kecuali bila sama keluarga), dan penulis tidak aib untuk mengakui bahwa saya kemana-mana pake busway atau Gojek. Di buku The Calm Investor, saya menyampaikan bahwa ‘Investor saham bukanlah selebritis infotainment. Mereka tidak perlu mengendarai kendaraan beroda empat glamor hanya untuk menunjukkan bahwa mereka kaya raya’.

Namun demikian, ketika sewaktu-waktu kinerja porto tidak sesuai impian dan beban pressure terasa semakin berat, maka ketika itulah penulis akan menghibur diri dengan sedikit melonggarkan ‘humble policy’ ini. Ketika itulah saya akan:
  1. Nyetir mudik ke Cirebon, mentraktir keluarga besar makan-makan dan belanja, dan kasih sumbangan/pinjaman modal perjuangan ke saudara yang membutuhkan (yang ini penulis lakukan setiap ketika sih sebenernya, jadi gak harus pas pasar lagi turun).
  2. Pergi fancy dining di hotel berbintang sama keluarga atau teman.
  3. Belanja di Kemchick Kemang, Jakarta Selatan, tanpa lagi melihat label harganya (saya terakhir kaya gini tahun 2015 lalu).
  4. Liburan ke pantai dengan naik pesawat kelas bisnis, menginap di villa, dan nongkrong melihat sunset. Dan seterusnya.
Sunset di Pantai Kuta, Bali

However, bila susah ngatur waktunya (rencana bukber aja kadang cuma jadi perihal forever), maka penulis akan pergi makan di restoran mahal saja, sekalian mentraktir sahabat dekat. Dengan cara inilah biasanya penulis akan menyadari bahwa, sesulit-sulitnya kerjaan kita di stock market, dan sebesar-besarnya rugi yang dialami, tapi paling tidak kita masih bisa makan (makan lezat pula), dan juga masih bisa membuatkan kebahagiaan dengan teman-teman dan keluarga. Dan kabar baiknya, kebahagiaan itu menular. Kaprikornus ketika anda bisa menciptakan orang-orang terdekat anda happy, maka anda akan ikut happy karenanya, dan itu akan sangat membantu mengangkat beban pressure terkait investasi anda di saham. Li Ka-shing sendiri pernah menyarankan biar kita membagi penghasilan kita menjadi lima kepingan (diluar untuk investasi), salah satunya dipakai untuk mengajak/mentraktir makan teman-teman dan sahabat yang anda miliki.

Nah, jadi ketika orang lain mungkin akan bersenang-senang atau beli barang mahal ketika cuan besar dari saham, yang penulis lakukan justru sebaliknya, dimana bila kita lagi profit maka ya kita biasa-biasa saja, alasannya yaitu semenjak awal we are supposed to make money from stocks. Jadi bila kita profit maka ya gak ada yang perlu dirayakan, dan penulis tetap akan kemana-mana naik Lion Air.

Tapi ketika kondisi pasar lagi sulit, maka ketika itulah penulis akan merogoh kocek sedikit lebih dalam, untuk melaksanakan hal-hal yang menyenangkan. Dan meski sekilas itu tampak sebagai pemborosan, tapi itu justru merupakan investasi. Karena hasilnya akan sangat terasa: Kita menjadi happy, beban pikiran jauh berkurang, kita menjadi lebih confident, dan pada kesannya kita tetap bisa melaksanakan keputusan buy and sell berdasarkan nalar sehat, bukan alasannya yaitu panik atau serakah. Yep, anda boleh-boleh saja sesekali rugi dari market, alasannya yaitu pada kesannya anda gak mungkin bakal cuan terus. Tapi yang terpenting adalah, dalam kondisi profit, anda tahu apa yang harus dilakukan, dan dalam kondisi loss, anda juga tahu apa yang harus dilakukan. Sebab sekalinya anda lost control karena tidak berpengaruh dengan beban pressure tadi, maka ketika itulah anda akan ditendang keluar dari permainan, dan anda tidak akan bisa bangun lagi ketika nanti pasar kembali pulih. Dan biar emosi serta kondisi psikologis kita tetap under control, maka penulis sudah memberikan tips-nya diatas.

Well, that’s another investment tips from me. Ada yang mau menambahkan?

Buletin Analisis IHSG, update situasi pasar, serta stockpick saham pilihan edisi Juni 2018 sudah terbit! Anda bisa memperolehnya disini, gratis tanya jawab saham pribadi dengan penulis untuk member.

Follow/lihat foto-foto penulis di Instagram, klik 'View on Instagram' dibawah ini: Salah satu kiprah rutin seorang investor yaitu untuk menjaga pikiran untuk tetap  Tips Menghadapi Koreksi Pasar
Sumber http://teguhidx.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Tips Menghadapi Koreksi Pasar"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel