Menjaga Keluarga Memelihara Bangsa
KeluargaSumber Foto: www.kompasiana.com |
Bertaburan jargon dan slogan tak kan sanggup melebihi permintaan untuk membenahi diri dan keluarga sendiri. Bukan tak boleh peduli pada problem orang lain, namun dengan membereskan diri dan keluarga sendiri ialah jauh lebih bermanfaat daripada mengurusi lingkungan luar sementara keluarga sendiri tak terurus, bawah umur kehilangan figur dan kasih sayang, yang pada alhasil akan menjadi beban pula bagi masyarakat dan negara. Sudah banyak tumpuan pribadi yang sanggup kita lihat sehari-hari.
Memang benar insan butuh pengukuhan atau aktualisasi diri di tengah lingkungannya, sesuai dengan citra dari hierarkhi kebutuhan Maslow. Akan tetapi ia ditempatkan di puncak piramida sehabis kebutuhan-kebutuhan yang lainnya terpenuhi, menyerupai kebutuhan fisiologis, rasa kondusif dan perlindungan, rasa cinta mempunyai dan dimiliki, juga harga diri. Hendaknya setiap orang sanggup menempatkannya sesuai dengan urutannya masing-masing. Tidak terbolak-balik sesuai dengan keinginan pribadinya.
Masyarakat Indonesia dikenal dengan masyarakat yang pada banyak pekerjaan sosial kemasyarakatannya selalu diwarnai dengan budaya tolong-menolong dan gotong -royong. Itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang sangat terasa kekentalannya dalam kehidupan warga yang tinggal di desa-desa. Jika budaya tersebut sanggup kita praktekkan dalam perjuangan membangun bangsa yang berpengaruh lewat upaya membangun keluarga, maka sanggup dipastikan bangsa Indonesia akan berpengaruh secara fisik dan mental. Karena keluarga ialah cikal bakal terbentuknya masyarakat luas atau negara.
Bergotong-royong Membangun Keluarga
Jika sebenarnya kerap dimaknai sebagai kegiatan kerja bahu-membahu demi memudahkan sebuah pekerjaan, maka kali ini saya ingin pula memakai istilah gotong-royong untuk bahu-membahu membangun dan memelihara keluarga, dimana keluarga yang dibangun terrsebut ialah keluarga kita masing-masing. Hasilnya akan sanggup kita lihat dan nikmati baik dalam jangka waktu singkat maupun dalam jangka panjang ke depan.
Mengapa harus sebenarnya padahal yang dikerjakan ialah urusan diri masing-masing? Tidak pula melaksanakan pekerjaan yang sama? Menurut pendapat penulis, di sinilah esensi dan makna gotong royongnya. Karena membenahi bangsa bukanlah kasus kecil dan menjadi urusan satu atau dua pihak saja, tetapi mesti menjadi urusan dan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia. Maka dari itu, ia harus menjadi sebuah gerakan yang menyeluruh yang sifatnya terus-menerus demi mencapai hasil yang terbaik.
Kira-kira gambarannya menyerupai ini, kalau pembenahan keluarga tidak dilakukan secara bahu-membahu dan dalam waktu yang bersamaan. Sebagai ilustrasi, sebuah keluarga yang sudah terdidik dan dibenahi dengan baik serta-merta akan menampilkan perilaku-perilaku dan teladan yang baik dalam kehidupan sehari-harinya. Yang tentu akan berefek juga pada lingkungan masyarakatnya. Kualitas kehidupan masyarakat yang dihuni oleh keluarga-keluarga yang terdidik dan terpelihara dengan baik tentu akan sangat berbeda kondisinya dengan masyarakat dengan kualitas ala kadarnya. Sehingga menjadi sangat penting untuk setiap kita menampakkan kepedulian pada urusan pembenahan keluarga.
Olehnya itu sangat tepatlah langkah-langkah BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) dalam mencanangka tema gerakan: Revolusi Mental Melalui 8 Fungsi Keluarga Menuju Bahagia Sejahtera. Di mana di dalamnya disebutkan bahwa perubahan tersebut hendaknya dimulai dari diri sendiri dalam hal ini orangtua dalam sebuah keluarga. Untuk itu BKKBN rupanya sudah menyiapkan perangkat-perangkat yang diperlukan dalam mengawal programnya tersebut, berupa modul untuk menjadi orangtua mahir dalam mendidik anak.
Menurut penulis yang selama ini berkecimpung dalam dunia pengembangan keluarga dan pendidikan anak, belum ada aktivitas serupa ini yang pernah ditawarkan oleh forum pemerintah manapun di negeri ini. Padahal kebutuhan akan hal tersebut meningkat dan mendesak seiring laju pertumbuhan penduduk. Karena banyak terjadi pasangan-pasangan muda yang menikah dan berkeluarga seolah menganggap proses tersebut sebagai sebuah hal yang biasa dan alami terjadi, sehingga nampak tak perlu ada persiapan ke arah sana. Maka tak heran kalau problem rumah tangga dengan mudahnya melibas keluarga-keluarga ini.
Jika modul ini nantinya sanggup diaplikasikan dalam kehidupan menjelang dan selama proses menjalani kehidupan dalam keluarga berlangsung, maka penulis optimis akan banyak perubahan yang sanggup terjadi. Karena persiapannya sudah dimulai semenjak sebelum menjadi orangtua sampai bagaimana membentuk abjad anak semenjak dini dari dalam rumah. Jika semuanya sanggup berjalan dengan baik, maka pasti generasi masa depan akan jauh lebih baik daripada generasi sebelumnya. Begitupun fungsi keluarga (fungsi agama, fungsi pendidikan, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosial dan budaya, fungsi ekonomi, dan fungsi lingkungan) yang diperjuangkan di tengah masyarakat dan dalam kehidupan perorangan akan tercapai menyerupai yang dicita-citakan.
Revolusi mental ialah sebuah gerakan yang diwacanakan oleh Presiden Joko Widodo untuk bangsa ini, yang berarti perubahan yang paling fundamental yang harus dilakukan bangsa ini untuk menjadi besar. Dan keluarga ialah unit terkecil dan fundamental dari sebuah negara untuk dilakukannya revolusi ini.
Ditulis Oleh: Mauliah Mulkin
Mauliah Mulkin
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/mauliahmulkin/menjaga-keluarga-memelihara-bangsa_55e6685022afbd390fc01204
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/mauliahmulkin/menjaga-keluarga-memelihara-bangsa_55e6685022afbd390fc01204
Mauliah Mulkin
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/mauliahmulkin/menjaga-keluarga-memelihara-bangsa_55e6685022afbd390fc01204
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/mauliahmulkin/menjaga-keluarga-memelihara-bangsa_55e6685022afbd390fc01204
0 Response to "Menjaga Keluarga Memelihara Bangsa"
Posting Komentar