Bagaimana Proses Persiapan Materi Baku Bietanol
1) Persiapan Bahan Baku
Bahan baku untuk produksi bietanol bisa didapatkan dari banyak sekali tanaman, baik yang secara pribadi menghasilkan gula sederhana contohnya tebu (sugarcane), gandum cantik (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung ibarat jagung (corn), singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping materi lainnya. Persiapan materi baku bermacam-macam bergantung pada jenis materi bakunya, sebagai pola materi baku ialah singkong (ubi kayu). Singkong yang telah dikupas dan dibersihkan dihancurkan untuk memecahkan susunan tepungnya semoga bisa berinteraksi dengan air secara baik.
2) Liquifikasi dan Sakarifikasi
Kandungan karbohidrat berupa tepung atau pati pada materi baku singkong dikonversi menjadi gula komplex memakai Enzim Alfa Amilase melalui proses pemanasan (pemasakan) pada suhu 90oC (hidrolisis). Pada kondisi ini tepung akan mengalami gelatinasi (mengental ibarat Jelly). Pada kondisi optimum Enzim Alfa Amylase bekerja memecahkan struktur tepung secara kimia menjadi gula komplex (dextrin). Proses Liquifikasi final ditandai dengan parameter dimana bubur yang diproses bermetamorfosis lebih cair ibarat sup. Sedangkan proses sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana) melibatkan tahapan sebagai berikut :
a) Pendinginan bubur hingga mencapai suhu optimum Enzim Glukosa Amylase bekerja.
b) Pengaturan pH optimum enzim.
c) Penambahan Enzim Amilase secara sempurna dan mempertahankan pH serta temperatur pada suhu 60oChingga proses Sakarifikasi final Efektifitas proses sakarifikasi dilakukan dengan pengetesan kadar gula sederhana yang dihasilkan.
3) Fermentasi
Pada tahap ini, tepung telah bermetamorfosis gula sederhana (glukosa dan sebagian fruktosa) dengan kadar gula berkisar antara 5 hingga 12 %. Tahapan selanjutnya ialah mencampurkan ragi (yeast) pada cairan materi baku tersebut dan mendiamkannya dalam wadah tertutup (fermentor) pada kisaran suhu optimum 27 s/d 32 derajat celcius selama kurun waktu 5 hingga 7 hari (fermentasi secara anaerob). Keseluruhan proses membutuhkan ketelitian semoga materi baku tidak terkotori oleh mikroba lainnya. Dengan kata lain,dari persiapan baku,liquifikasi,sakarifikasi,hingga fermentasi harus pada kondisi bebas kontaminan. Selama proses fermentasi akan menghasilkan cairan etanol/alkohol dan CO2.
Hasil dari fermentasi berupa cairan mengandung alkohol/etanol berkadar rendah antara 7 hingga 10 % (biasa disebut cairan Beer). Pada kadar etanol max 10 % ragi menjadi tidak aktif lagi, sebab kelebihan alkohol akan beakibat racun bagi ragi itu sendiri dan mematikan aktifitasnya.
4) Destilasi.
Destilasi atau lebih umum dikenal dengan istilah penyulingan dilakukan untuk memisahkan alkohol dalam cairan beer hasil fermentasi. Dalam proses destilasi, pada suhu 780C (setara dengan titik didih alkohol), etanol akan menguap lebih dulu daripada air yang bertitik didih 950C. Uap etanol didalam destillator akan dialirkan kebagian kondensor sehingga terkondensasi menjadi cairan etanol. Kegiatan penyulingan etanol merupakan penggalan terpenting dari keseluruhan proses produksi bioetanol. Dalam pelaksanaannya dibutuhkan tenaga operator yang sudah menguasai teknik penyulingan etanol. Selain operator, untuk mendapat hasil penyulingan etanol yang optimal dibutuhkan pemahaman perihal teknik fermentasi dan peralatan destillator yang berkualitas.
Penyulingan etanol sanggup dilakukan dengan 2 (dua) cara :
a) Penyulingan memakai teknik dan destilator tradisional (konvensional). Dengan cara ini kadar etanol yang dihasilkan hanya berkisar antara antara 20 s/d 30 %.
b) Penyulingan memakai teknik dan destilator model kolom reflux (bertingkat). Dengan cara dan destilator ini kadar etanol yang dihasilkan bisa mencapai 90%-95 % melalui 2 (dua) tahap penyulingan.
5) Dehidrasi
Hasil penyulingan berupa etanol berkadar 95 % belum sanggup larut dalam materi bakar bensin. Untuk substitusi BBM dibutuhkan etanol berkadar 99,6%-99,8 % atau disebut etanol kering. Untuk pemurnian ethanol 95 % dibutuhkan proses kehilangan cairan tubuh (destilasi absorbent) memakai beberapa cara,antara lain :
a) Cara Kimia dengan memakai kerikil gamping
b) Cara Fisika ditempuh melalui proses perembesan memakai Zeolit Sintetis.
Hasil kehilangan cairan tubuh berupa etanol berkadar 99,6-99,8 % sehingga sanggup dikatagorikan sebagai Full Grade Ethanol (FGE),barulah layak dipakai sebagai materi bakar motor sesuai standar Pertamina. Alat yang dipakai pada proses pemurnian ini disebut Dehidrator.
Sumber http://kumpulantugasekol.blogspot.com
Bahan baku untuk produksi bietanol bisa didapatkan dari banyak sekali tanaman, baik yang secara pribadi menghasilkan gula sederhana contohnya tebu (sugarcane), gandum cantik (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung ibarat jagung (corn), singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping materi lainnya. Persiapan materi baku bermacam-macam bergantung pada jenis materi bakunya, sebagai pola materi baku ialah singkong (ubi kayu). Singkong yang telah dikupas dan dibersihkan dihancurkan untuk memecahkan susunan tepungnya semoga bisa berinteraksi dengan air secara baik.
2) Liquifikasi dan Sakarifikasi
Kandungan karbohidrat berupa tepung atau pati pada materi baku singkong dikonversi menjadi gula komplex memakai Enzim Alfa Amilase melalui proses pemanasan (pemasakan) pada suhu 90oC (hidrolisis). Pada kondisi ini tepung akan mengalami gelatinasi (mengental ibarat Jelly). Pada kondisi optimum Enzim Alfa Amylase bekerja memecahkan struktur tepung secara kimia menjadi gula komplex (dextrin). Proses Liquifikasi final ditandai dengan parameter dimana bubur yang diproses bermetamorfosis lebih cair ibarat sup. Sedangkan proses sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana) melibatkan tahapan sebagai berikut :
a) Pendinginan bubur hingga mencapai suhu optimum Enzim Glukosa Amylase bekerja.
b) Pengaturan pH optimum enzim.
c) Penambahan Enzim Amilase secara sempurna dan mempertahankan pH serta temperatur pada suhu 60oChingga proses Sakarifikasi final Efektifitas proses sakarifikasi dilakukan dengan pengetesan kadar gula sederhana yang dihasilkan.
3) Fermentasi
Pada tahap ini, tepung telah bermetamorfosis gula sederhana (glukosa dan sebagian fruktosa) dengan kadar gula berkisar antara 5 hingga 12 %. Tahapan selanjutnya ialah mencampurkan ragi (yeast) pada cairan materi baku tersebut dan mendiamkannya dalam wadah tertutup (fermentor) pada kisaran suhu optimum 27 s/d 32 derajat celcius selama kurun waktu 5 hingga 7 hari (fermentasi secara anaerob). Keseluruhan proses membutuhkan ketelitian semoga materi baku tidak terkotori oleh mikroba lainnya. Dengan kata lain,dari persiapan baku,liquifikasi,sakarifikasi,hingga fermentasi harus pada kondisi bebas kontaminan. Selama proses fermentasi akan menghasilkan cairan etanol/alkohol dan CO2.
Hasil dari fermentasi berupa cairan mengandung alkohol/etanol berkadar rendah antara 7 hingga 10 % (biasa disebut cairan Beer). Pada kadar etanol max 10 % ragi menjadi tidak aktif lagi, sebab kelebihan alkohol akan beakibat racun bagi ragi itu sendiri dan mematikan aktifitasnya.
4) Destilasi.
Destilasi atau lebih umum dikenal dengan istilah penyulingan dilakukan untuk memisahkan alkohol dalam cairan beer hasil fermentasi. Dalam proses destilasi, pada suhu 780C (setara dengan titik didih alkohol), etanol akan menguap lebih dulu daripada air yang bertitik didih 950C. Uap etanol didalam destillator akan dialirkan kebagian kondensor sehingga terkondensasi menjadi cairan etanol. Kegiatan penyulingan etanol merupakan penggalan terpenting dari keseluruhan proses produksi bioetanol. Dalam pelaksanaannya dibutuhkan tenaga operator yang sudah menguasai teknik penyulingan etanol. Selain operator, untuk mendapat hasil penyulingan etanol yang optimal dibutuhkan pemahaman perihal teknik fermentasi dan peralatan destillator yang berkualitas.
Penyulingan etanol sanggup dilakukan dengan 2 (dua) cara :
a) Penyulingan memakai teknik dan destilator tradisional (konvensional). Dengan cara ini kadar etanol yang dihasilkan hanya berkisar antara antara 20 s/d 30 %.
b) Penyulingan memakai teknik dan destilator model kolom reflux (bertingkat). Dengan cara dan destilator ini kadar etanol yang dihasilkan bisa mencapai 90%-95 % melalui 2 (dua) tahap penyulingan.
5) Dehidrasi
Hasil penyulingan berupa etanol berkadar 95 % belum sanggup larut dalam materi bakar bensin. Untuk substitusi BBM dibutuhkan etanol berkadar 99,6%-99,8 % atau disebut etanol kering. Untuk pemurnian ethanol 95 % dibutuhkan proses kehilangan cairan tubuh (destilasi absorbent) memakai beberapa cara,antara lain :
a) Cara Kimia dengan memakai kerikil gamping
b) Cara Fisika ditempuh melalui proses perembesan memakai Zeolit Sintetis.
Hasil kehilangan cairan tubuh berupa etanol berkadar 99,6-99,8 % sehingga sanggup dikatagorikan sebagai Full Grade Ethanol (FGE),barulah layak dipakai sebagai materi bakar motor sesuai standar Pertamina. Alat yang dipakai pada proses pemurnian ini disebut Dehidrator.
Sumber http://kumpulantugasekol.blogspot.com
0 Response to "Bagaimana Proses Persiapan Materi Baku Bietanol"
Posting Komentar